I want to
see you once again
Author :
Han Hyo Mi
Main Cast :
Cho Mohyun, Do Kyungsoo EXO-K, Lee Heejun dan Kim Jong Hyun-JR Nu’est
Supp cast :
All member EXO
Genre :
Romantic and Fantasy
Untuk :
15 +
Annyeong~ ketemu lagi sama author kalian yang selalu setia
pada penggemarnya bwakakakak #PeDe bengats. Kembali lagi dengan fanfic baru.
Entah ini yang keberapa. Yang pasti ini fanfic khusus request dari Cho Mohyun
alias Rahmo eh, Rahma. Ini fanfic buat dia sama D.o alias D.onuts eh, Do
kyungsoo maksudnye. Hehehe…tanpa banyak sambel (?) kita langsung ke TPS #author
gile #dilempar readers ke laut atlantik
*~*~*~*
“Setiap
pagi di hari Rabu dan Kamis, aku selalu menunggu mu. Menunggu mu menyanyikan
sebuah lagu dengan gitar mu. Kadang mulutku tak bisa diam saat melihat mu
bernyanyi. Senyum ku tak bisa berhenti menatap mu. Siapa kau? aku tidak
mengenal mu. Di mana kau tinggal? aku tidak tahu. Aku tidak peduli siapa kau,
dari mana kau. Karena aku sudah mengenal mu dengan suara dan petikan gitar mu.
Aku harap aku bisa selalu mendengar kau bernyanyi dan memainkan gitar mu”
itulah perasaan ku saat ini.
“Hyung, aku
ingin es krim itu. Tolong belikan aku!” ucap seorang anak laki-laki.
“Bukankah kau
sakit?” ujar seorang namja.
“Tapi, Hyung
aku sudah 2 minggu tidak maka es krim. Jebal!” mohon anak laki-laki itu.
“Hemh…kau ini
bandel sekali. Baiklah tapi, cuman untuk 1 kali saja” jawab namja itu.
“Ne. Aku
janji” ucap anak laki-laki itu dengan riang.
“Kajja!” ajak
namja itu.
Mereka berdua pun menghampiri
seorang Ahjussi yang menjual es krim. Memang segar makan es krim di musim panas
ini. Itulah perkerjaan namja itu. Membuat anak-anak di rumah sakit itu bahagia.
“Aku juga
ingin es krim” pinta seorang yeoja.
“Kau? Siapa
kau?” tanya namja itu.
“Aku juga
ingin es krim, Oppa” ujar yeoja yang tak menjawab pertanyaan namja itu.
“Kaukan bisa
beli sendiri”
“Aku nggak
punya uang”
“Hah? Lalu
apa hubungannya dengan ku?”
“Masa Oppa
tidak bisa membelikan ku. Sedangkan Oppa bisa membelikan anak itu”
“Ne, ne. Aku
belikan satu. Tolong satu lagi es krimnya!” ucap namja itu sambil mengeluarkan
uang dari saku celana depannya. Yeoja itu hanya tersenyum menatap namja di
hadapannya itu.
“Ini!” ucap
namja itu memberikan es krim kepada yeoja itu.
“Khamsahamnida”
ucap yeoja itu.
“Mohyun!”
panggil seseorang.
“Hah? Ne, aku
segera ke sana” ucap yeoja yang bernama Mohyun itu sambil berlari.
“Ya, yaa!
Hah…dia pergi” ucap namja itu yang tak sempat memanggil Mohyun.
“Oppa, Kajja
kita kembali! Aku ingin mendengar Oppa bernyanyi lagi” ucap anak laki-laki
tadi.
“Ah, ne.
Kajja!” ajak namja itu sambil menggenggam tangan anak laki-laki itu.
Mereka bedua pun memasuki ruang
rawat anak itu. Namja itu meraih gitar akustiknya dan duduk di tengah susunan
tempat tidur rawat yang cukup banyak.
“Kyungsoo”
panggil seseorang yang memasuki ruang rawat anak itu.
“Ne, Heejun”
“Waktunya
mereka tidur siang” ujar yeoja yang memakai baju dokter itu.
“Ne, Oppa
akan menyanyikan satu lagu tidur setelah itu kalian istirahat”
“Ne” jawab
anak-anak yang dirawat di ruang itu. Heejun hanya tersenyum melihat Kyungsoo.
Ketika di tengah nyanyian, mereka
serentak tertidur nyenyak. Kyungsoo pun menghentikan nyanyiannya.
“Kau selalu
membuat mereka nyaman” ucap Heejun yang berpropesi sebagai dokter itu.
“Ah, aniyo.
Biasa saja” jawab Kyungsoo malu-malu.
“Kau
kuliahkan hari ini?” tanya Heejun itu.
“Ne. Aku
berangkat dulu. Annyeonghi Gyeseyo” ucap Kyungsoo.
“Ne,
Annyeonghi Kaseyo” ucap Heejun itu.
“Ah, Heejun.
Malam besok apa kau sibuk?” tanya Kyungsoo.
“Emh…ani.
Wae?”
“Aku ingin
mengajak mu makan malam diluar. Kau mau?”
“Emh. Boleh.
Jam berapa?”
“Jam 7 aku
akan menjemput mu” ucap Kyungsoo.
“Baiklah.
Akan aku tunggu” ucap Heejun.
Kyungsoo pun pergi setelah
meninggalkan senyum untuk yeoja yang ia kenal sangat dalam. Yeoja itu adalah
yeoja yang merawatnya ketika Kyungsoo kehilangan rumah dan keluarganya. Dimana
saat Kyungsoo berumur 9 tahun dan Heejun berumur 12 tahun.
Pada saat itu, Ayah Kyungsoo
menonton TV di ruang tengah, Ibu Kyungsoo sedang memasak di dapur dan Kyungsoo
sedang bermain PS di kamarnya. Ketika adik Kyungsoo memanggil Ibunya untuk
meminta handuk saat di kamar mandi, Ibu Kyungsoo meninggalkan masakannya begitu
saja. Akhirnya sup yang dibuat Ibu Kyungsoo melimpah dan membuat api kompor
memanas. Api itu membuat selang gas buntu dan terbakar.
Api yang cukup besar telah membakar
ruang bawah, Kyungsoo yang asik main PS menyadari bau asap dan suara keras dari
bawah. Kyungsoo pun berlari ke bawah tapi, ruang bawah sudah di lahap si jago
merah itu. Kyungsoo pun berlari ke kamar dan menangis. Tiba-tiba, suara seseorang
memanggil dari bawah. Itu adalah Heejun tetangga sebelah. Ia membawa tangga
untuk Kyungsoo. Kyungsoo pun turun melalui tangga itu dan langsung memeluk
Heejun. Dimulai saat itu lah, Kyungsoo di rawat oleh kedua orang tua Heejun.
Karena sekarang Kyungsoo sudah
dewasa, ia memilih tinggal sendiri di sebuah apartemen sederhana. Heejun
memberikannya pekerjaan sebagai penghibur anak-anak di rumah sakit dimana ia
bekerja sebagai dokter anak.
“Kyungsoo!”
panggil seseorang dari belakang.
“Ne?”
“Kau mau
langsung pulang?” tanya temannya.
“Ne. Aku
ingin tidur”
“Yah, masa
jam segini tidur. Gimana kalau kita kumpul di taman Ilsan?”
“Emh…boleh”
jawab Kyungsoo. Kyungsoo terdiam saat mendengar suara nan indah dari ruang
latihan menyanyi. Ia pun menengok ke arah ruang latihan itu.
“Ada apa?”
tanya teman Kyungsoo.
“Eh, ani. Kau
duluan saja ke Ilsan. Nanti aku menyusul”
“Baiklah. Aku
duluan. Jangan lama ya!”
“Ne” jawab
Kyungsoo mantap. Kyungsoo pun medekat pada kaca jendela ruang latihan menyanyi
untuk mencari sumber suara indah itu.
Tak disangka, yang menyanyi adalah
yeoja yang meminta Kyungsoo membelikannya es krim di depan rumah sakit siang
tadi. Kyungsoo sangat terkejut dan terpesona dengan yeoja itu. Kyungsoo terdiam
dan menghayati suara indah yang dikeluarkan yeoja itu. Yeoja itu menyadari
keberadaan Kyungsoo dan menghentikan nyanyiannya.
“Oppa, apa
yang kau lakukan di sini?” ucap yeoja itu menghampiri Kyungsoo.
“Ah, an-ani”
jawab Kyungsoo seraya pergi dari hadapan yeoja itu.
“Oppa, Oppa
Jakkanman! Nama Oppa siapa?” ucap yeoja itu mengejar Kyungsoo sambil berteriak.
Tapi, Kyungsoo lebih cepat darinya. Hingga akhirnya Kyungsoo sudah pergi.
“Yah,
eh…permisi!” ujar yeoja itu menghentikan seorang namja yang lewat sampingnya.
“Ne,
oh…Mohyun. Ada apa?”
“Kau tahu
nama namja yang tadi memakai motor Thunder itu?”
“Oh itu.
Namanya Do Kyungsoo. Panggilannya Kyungsoo. Memang ada apa?”
“Aniyo.
Gwaencanayo. Khamsahamnida”
“Ne cheonma”
jawab namja itu seraya pergi.
“Oh, jadi
namanya Kyungsoo. Hemh” ujar Mohyun berbicara sendiri.
*~*~*~*
Dengan setelan jas yang lengkap
dengan dasi berwarna netral, Kyungsoo siap menjemput Heejun untuk makan malam.
Dengan motor Tuhndernya, Kyungsoo menerjang angin lembut pada musim panas di
malam hari.
Sesampai di depan rumah Heejun,
Heejun sudah menunggu Kyungsoo lebih dulu. Mereka saling tersenyum satu sama
lain.
“Kajja!” ucap
Kyungsoo sambil memberikan helmnya pada Heejun. Heejun pun naik dan memegang
pinggang Kyungsoo.
Sesampai di rumah makan yang cukup
mewah, mereka berdua langsung di sambut pelayan dan di antar ke tempat duduk
untuk dua orang. Mereka langsung memesan makan malam mereka masing-masing.
“Khamsahamnida,
Dimohon tunggu sebentar!” ucap pelayan itu.
“Ne” jawab
mereka berdua.
Mata Heejun langsung tertuju pada
asal suara yang indah pada panggung di depan mereka. Kyungsoo pun ikut apa yang
dilihat oleh Heejun.
“Bagus sekali
suara yeoja itu” kagum Heejun.
“Ne” jawab
Kyungsoo. Tiba-tiba Kyungsoo menyadari yeoja itu. Yeoja itu adalah yeoja yang
meminta dirinya untuk membelikan es krim dan mengejarnya di kampus.
“Di-dia?”
ujar Kyungsoo mengingat.
“Siapa? Kau
mengenalnya?” tanya Heejun.
“Tidak. Tapi,
aku pernah melihatnya”
“Oh”
“Khamsahamnida”
ucap Mohyun sambil membungkukkan badannya setelah selesai membawakan sebuah
lagu.
“Aku akan
mulai berkerja disini. Aku akan menghibur kalian dengan lagu-lagu permintaan
kalian. Oh ya, sebelumnya aku belum memperkenalkan diri. Jeonun Cho Mohyun
imnida” ucap yeoja yang bernama Mohyun itu.
“Mohyun?”
ucap Kyungsoo dalam hati dan pikirannya.
Besok adalah hari Rabu, dimana
Mohyun harus ke rumah sakit lagi untuk terapi. Mohyun mengidap penyakit XP.
Yaitu, penyakit yang tidak bisa terkena sinar matahari. Untuk itu, ia harus
menjalani terapi 2 kali seminggu. Agar ia masih bisa beraktifitas di bawah
sinar matahari.
“Eotteohke?
Apa ada gejala pada tubuh mu?” tanya dokter itu.
“Ani.
Gwaencanayo” jawab Mohyun mantap.
“Baiklah.
Kalau ada gejala bercak-bercak merah pada tubuh mu segera bawa ke rumah sakit”
“Ne”
“Sekarang
gantilah baju mu. Kita akan melakukan penetralisir pada tubuh mu”
“Ne” jawab
Mohyun yang langsung melaksanakan perintah dokter itu. 15 menit kemudian,
Mohyun selesai di netralisir.
“Eomma, aku
keluar duluan, yah?” ucap Mohyun.
“Ne. Tunggu
Eomma di luar”
“Ne” jawab
Mohyun seraya menutup ruangan dokter itu.
Mohyun pun berjalan ke luar rumah
sakit dan duduk di teras rumah sakit sambil melihat namja yang selama ini ia
kagumi itu. Ia duduk manis sambil menggoyang-goyangkan kepalanya sesuai alunan
lagu yang dinyanyikan namja itu. Namja itu adalah Kyungsoo.
“Hey!” sapa
Heejun yang datang tiba-tiba dan duduk di samping Mohyun.
“Ah, he-hey”
balas Mohyun.
“Kau
menyukainya?” tanya Heejun.
“An-ani. Aku
hanya mengaguminya saja” jawab Mohyun gagap.
“Jinjja? Kau
yang menyanyi di Restaurant Perancis malam kemarin, kan?”
“Hah? N-ne.
Eonnie makan di sana?”
“Emh. Aku
makan bersama Kyungsoo. Namja itu” jawab Mohyun.
“Oh…” Mohyun
terdiam sejenak.
“Sepertinya
Eonnie sangat dekat dengan Kyungsoo Oppa?” tanya Mohyun.
“Ne. Dia
sudah seperti Dongsaeng ku sendiri”
“Oh. Eonnie
dokter apa di sini?”
“Aku dokter
anak. Makanya aku mempekerjakan Kyungsoo di sini sebagai penghibur anak-anak
yang di rawat di sini” ujar Heejun. Mohyun menatap Heejun dengan serius.
“Eh…aku harus
pulang. Mianhae. Annyeonghi Gyeseyo” ucap Mohyun seraya bangkit dari duduknya.
“Ne. Annyeong
Kaseyo” balas Heejun. Mohyun pun bergegas ke mobilnya untuk menyusul Eommanya.
“Siapa wanita itu? Apa dia yeojachingu Kyungsoo Oppa? Tapi,
dia lebih tua dari Oppa. Tapi, umur menurut ku tidak masalah. Aku cemburu” ucap Mohyun
dalam hati sambil mengerut bibir plum-nya.
“Mohyun, apa
kau ada masalah?” tanya Eomma Mohyun yang duduk di depan.
“An-aniyo.
Waeyo?”
“Kau terlihat
melamun dari tadi”
“Heheh.
Ani…aku hanya mencari inspirasi saja untuk tugas ku”
“Tugas? Tugas
apa?”
“Menciptakan
sebuah lagu”
“Oh…semoga
sukses, ya! FIGHTING” ucap Eommanya.
“Ne, Gomawo”
ucap Mohyun sambil tersenyum. Eommanya juga membalas dengan senyuman.
Tak lama, mereka tiba di depan
kampus Mohyun. Mohyun pun keluar dari mobil dan memberikan senyum pada Eommanya.
“Oh ya, Eomma
tidak usah menjemput ku nanti. Aku akan langsung ke Restaurant” ucap Mohyun.
“Oh. Oke.
Hati-hati, yah?”
“Ne. Bye”
“Bye-bye”
ucap Eommanya dengan tersenyum.
Sambil berjalan, mata Mohyun
menelusuri halaman kampusnya. Ia menemukan sosok namja yang ia kenali. Ya, itu
Kyungsoo. Kyungsoo yang sedang asik mengobrol bersama teman-temannya sambil
tertawa riang. Mohyun terdiam dan ikut tersenyum melihat Kyungsoo yang begitu
bahagia.
“Mohyun!”
panggil seseorang.
“Ne?”
“Kau tidak
masuk ke kelas? ini sudah masuk” ujar yeoja teman Mohyun itu.
“Ah, ne”
jawab Mohyun sambil berjalan ke kelas bersama teman yeojanya.
Kyungsoo menyadari Mohyun yang
sedari terus menatapnya. Tapi, Kyungsoo hanya diam sambil menatap Mohyun dengan
ekspresi datar.
*~*~*~*
Hari ini adalah hari kamis. Mohyun
harus ke rumah sakit lagi untuk terapi. Seperti biasa, setelah terapi ia akan
duduk di teras rumah sakit sambil menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti
alunan lagu yang di nyanyikan Kyungsoo dengan gitarnya. Heejun yang melihat itu
hanya tersenyum sambil meminum tehnya dari jendela.
PLOK PLOK
PLOK
Kyungsoo sentak terdiam saat
mendengar tepukan dari Mohyun yang ia sadari berdiri di belakangnya.
“Mwoya?” ucap
Kyungsoo.
“Mwo? Aku
hanya bertepuk tangan karena nyanyian Oppa sangat….bagus” ucap Mohyun dengan
imut.
“Heh…”
Kyungsoo hanya nyengir.
“Kau tahu
lagu Jung Yong Hwa yang Beacause I Miss You?” tanya Mohyun.
“Ne. Wae?”
“Coba kau
mainkan gitarnya”
“Untuk apa?”
“Mainkan
saja!” perintah Mohyun sambil mendorong pelan Kyungsoo untuk bergeser. Mohyun
pun duduk di samping Kyungsoo.
“Ppali!” ucap
Mohyun.
“Ne” jawab
Kyungsoo agak jengkel.
Alunan gitar yang lembut berbunyi
sesuai hembusan angin musim panas. Mohyun pun mulai bernyanyi dan di ikuti
gitar Kyungsoo. Lama-lama Kyungsoo terus menatap Mohyun karena terhipnotis
suara anggun nan tinggi Mohyun. Memang, suara Mohyun benar-benar indah.
PLOK PLOK
PLOK
Anak-anak yang di rawat di rumah
sakit itu bersorak dan bertepuk tangan dengan riang setelah nyanyian Mohyun
selesai.
“Khamsahamnida”
ucap Mohyun dengan tersenyum lebar. Kyungsoo hanya tersenyum kecil.
“Anak-anak.
Kajja masuk sudah waktunya tidur siang!” Heejun memanggil.
“Ne” jawab
anak-anak serentak. Kyungsoo dan Heejun saling tersenyum saat saling
bertatapan. Mohyun hanya menekuk bibirnya saat melihat itu.
“Kau menyukai
Heejun Eonnie, kan?” tanya Mohyun dengan bibir masih tertekuk.
“Kau
mengenalnya?”
“Ne. Jinjja?”
“Itu bukan
urusan mu” ketus Kyungsoo sinis.
“Hih…oh ya,
aku bekerja di Restaurant Perancis yang pernah kau datangi bersama Eonnie. Kau
mau tidak jadi partner ku disana? Kau main gitarnya, aku akan menyanyi” usul
Mohyun.
“Untuk apa?”
“Ya…untuk
menambah uang mu sehari-hari” ujar Mohyun. Kyungsoo pun berpikir sejenak dan
menurutnya itu ide bagus. Kyungsoo pun menerima tawaran Mohyun.
Sesuai kesepakatan, sepulang kuliah Mohyun
dan Kyungsoo pun pergi ke Restaurant Perancis itu. Mohyun langsung mengajak
Kyungsoo ke ruang atasannya.
“Annyeonghaseyo”
sapa Mohyun.
“Annyeong.
Eh, Mohyun. Ada apa? sudah mau bekerja?” jawab atasannya yang seorang Ajumma
cantik.
“Ne. Eh, aku
membawa temanku. Aku mengajaknya bekerja di sini bersama ku. Apa boleh?” ujar
Mohyun.
“Emh, Boleh.
Siapa dia?”
“Eh..it…itu”
ucap Mohyun sambil menarik Kyungsoo yang berdiri di balik pintu.
“Annyeong.
Jeonun Jo Kyungsoo imnida. Kyungsoo”
“Oh,
Kyungsoo. Baiklah…sekarang kalian akan menjadi partner. Bekerja samalah” ucap
Ajumma cantik itu.
“Ne,
arraseoh” jawab Mohyun dan di ikuti oleh Kyungsoo.
Mereka berdua pun langsung keluar
dan naik ke paggung untuk memulai menghibur para pengunjung. Setelah siap,
mereka mulai membawakan sebuah lagu pembuka Ye Eun Wonder Girls Hello To My
self. Lalu di susul dengan lagu J-Min Stand Up dan Jung Sister Butterfly.
Kyungsoo terus memainkan gitarnya
sampai-sampai terhanyut akan suara Mohyun yang indah. Pengunjung mulai sepi dan
jam telah menunjukkan jam 9 malam. Mohyun dan Kyungsoo pun menghentikan nyanyian mereka.
“Ajumma, kami
sudah selesai” ucap Mohyun.
“Jinjja?
Makan malam dulu, ya sebelum pulang. Ajumma sudah siapkan” ujar Ajumma itu
sambil menata makanan di meja makan untuk dua orang.
“Hah, ah…ne”
jawab Mohyun. Mohyun pun menarik lengan Kyungsoo dan menyuruhnya untuk duduk di
meja makan yang sudah di siapkan oleh Ajumma itu.
“Khamsahamnida,
Ajumma” ucap Mohyun sambil meraih sumpit makannya.
“Ne cheonma.
Nikmatilah” ucap Ajumma itu sambil meninggalkan mereka.
“Selamat
makan” ucap Mohyun riang.
Mereka pun menikmati makan malam
mereka. Mohyun dengan lahap memakan makannanya dengan cepat. Kyungsoo hanya
terdiam melihat yeoja yang duduk di hadapannya itu.
“Ajumma, kami
sudah selesai. Kami ingin pamit pulang” Mohyun berteriak.
“Ne.
Oh…baiklah. Hati-hati ya?”
“Ne. Jeongmal
Khamsahamnida”
“Ne, cheonma”
ucap Ajumma.
Mohyun dan Kyungsoo pun berjalan
menunju halte bus. Tak lama bus yang ditunggu telah datang dan mereka langsung
menaiki bus itu. Mohyun dan Kyungsoo duduk bersebelahan.
“Kenapa kau
bekerja di Restaurant itu?” tanya Kyungsoo membelah keheningan.
“Eh, oh…hanya
sekedar hobi” jawab Mohyun terkekeh.
“Hobi?”
“Emh…aku suka
menyanyi”
“Lalu uang
hasil kerja mu itu?”
“Aku
sumbangkan ke panti asuhan”
“Jinjjayo?”
“Emh…mereka
lebih membutuhkan dari pada aku”
“…” Kyungsoo
terdiam sambil menatap Mohyun.
“Oppa tahu?
sejak aku SMA, aku sudah mengidolakan Oppa” ujar Mohyun sambil mendadak menatap
Kyungsoo.
“N-ne? Kau
satu SMA dengan ku?” jawab Kyungsoo gagap.
“Emh. Aku
adik kelas Oppa. Waktu itu aku duduk di bangku kelas 2 dan Oppa kelas 3. Awal
aku mengenal Oppa, waktu Oppa menyumbangkan lagu di perpisahan kelas 3 waktu
itu. Tapi, aku tidak pernah tahu nama Oppa”
“Oh…” jawab
Kyungsoo.
“Dari situlah
aku mengikuti jejak Oppa. Aku masuk ke kampus itu, agar bisa selalu melihat
Oppa. Melihat Oppa bernyanyi dengan gitar akustik Oppa. Aku berharap bisa
bernyanyi bersama Oppa. Impian itu tercapai hari ini” ucap Mohyun.
“A…ah…”
Kyungsoo gugup.
“Oh ya, kita
belum kenalan, kan?” ucap Mohyun seraya memberikan tangan kanannya.
“Kenalan?
Bukankah kita sudah saling kenal?”
“Tapi, belum
resmi”
“Baiklah,
Jeonun Do Kyungsoo imnida”
“Jeunon Cho
Mohyun imnida”
“Ah, aku
sudah sampai. Aku duluan. Annyeonghi gyeseyo” ucap Mohyun seraya bangkit dari
tempat duduknya.
“Ah, ne.
Annyeonghi kaseyo” jawab Kyungsoo.
Tak disadari, mata Kyungsoo tak
lepas melihat Mohyun yang pergi meninggalkan bus. Mohyun menyadari itu dan
langsung melambaikan tangan dan tersenyum pada Kyungsoo. Kyungsoo langsung
membalikkan wajahnya dan bus pun berjalan.
*~*~*~*
Dengan setia, Mohyun menunggu
Kyungsoo di depan Kampus untuk berangkat ke Restaurant Perancis itu bersama.
Tak lama, Kyungsoo datang melewati Mohyun.
“Oppa!”
Mohyun memanggil.
“Mohyun?”
ujar Kyungsoo yang berhenti.
“Oppa ingin pergi
ke Restaurant, kan?”
“Ne. Waeyo?”
“Kita
berangkat sama-sama, ya?”
“Emh…”
Kyngsoo berpikir.
“Jebal,
Oppa!”
“Ne. Ini!”
ujar Kyungsoo memberikan helm. Mohyun pun memakai helm itu dan naik ke motor
Kyungsoo.
Mereka pun bekerja seperti biasa,
yaitu menghibur setiap pelanggan yang datang dengan lagu-lagu yang harmonis.
Kyungsoo makin lama, makin terbiasa dengan suara indah Mohyun. Kyungsoo merasa
ia selalu ingin medengar suara itu.
“Ajumma, kami
sudah selesai” ucap Mohyun.
“Ne. Sudah
ya? makan malam dulu, yah? biar Ajumma masakan”
“Ah, ani.
Kami masih ada keperluan lain” ucap Mohyun. Kyungsoo pun spontan menatap
Mohyun.
“Khamsahamnida.
Annyeonghaseyo” ucap Mohyun sambil membungkuk.
“Ne, cheonma.
Hati-hati ya?”
“Ne. Kajja!”
ujar Mohyun menarik Kyungsoo.
“Kita mau
kemana?” tanya Kyungsoo sambil mengendarai motornya.
“Jalan saja!”
ucap Mohyun. Kyungsoo pun mengikuti perintah yeoja itu.
Mereka sampai di sebuah gedung
tinggi pencakar langit di Korea. Mereka turun dari motor dan langsung naik ke
puncak gedung itu.
“Wah…indah
sekali” ucap Kyungsoo kagum akan pemandangan lampu kota yang berhamburan
bagaikan Bintang.
“Jinjja?
makanya aku mengajak Oppa ke sini. Dulu waktu kecil, aku belum di perbolehkan
keluar rumah terlalu sering. Jadi, Appa aku sering membawa ku ke sini untuk
bermain kembang api” jelas Mohyun.
“Oh, tapi
kenapa kamu tidak terlalu di perbolehkan keluar rumah?”
“Ka-karena,
kalau aku keluar rumah aku akan kemana saja dan mungkin akan menghilang” jawab
Mohyun gagap.
“Hahaha”
Kyungsoo tertawa.
“Hahaha. Aku
dulu nakal sekali” ujar Mohyun dengan senyum Kyungsoo.
“Hah…Ternyata
malam tak kalah seindah siang hari” ucap Kyungsoo.
“Emh…”
Tiba-tiba, sebuah ide muncul di
kepala Mohyun. Mohyun langsung mengeluarkan buku saku di tasnya.
“Buku apa
itu?” tanya Kyungsoo.
“Hanya buku
catatan kecil” jawab Mohyun sambil menulis ide yang muncul di kepalanya.
“Emh…” jawab
Kyungsoo sambil melanjutkan melihat pemandangan dari gedung pencakar langit
itu.
Setelah Mohyun selesai mencatat
idenya, ia pun mengajak Kyungsoo untuk pulang. Mereka pun turun dari gedung itu
sambil mengobrol. Sesampai di bawah, tak disangka Heejun juga keluar bersamaan
dengan mereka.
“Kyungsoo?”
ucap Heejun.
“Heejun?”
ujar Kyungsoo. Mohyun hanya diam melihat dua orang yang sedang bersapa itu.
“Apa yang kau
lakukan disini?” tanya Kyungsoo.
“Biasa ada
panggilan kerjaan. Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini dengan Mohyun?”
tanya Heejun.
“Hah…eh, kami
hanya jalan-jalan” jawab Kyungsoo dengan anggukan Mohyun.
“Oh”
“Aku pulang
duluan, yah? aku sudah di sms Eomma ku” ujar Mohyun seraya berpamitan.
“Kau tidak
ikut dengan ku?” tanya Kyungsoo.
“Aku pakai
bus saja. Annyeonghi Gyeseyo”
“Ne.
Annyeong. Hati-hati, ya?” ucap Kyungsoo.
“Ne” jawab
Mohyun.
“Eoonie, aku
pulang dulu” ucap Mohyun.
“Ne” jawab
Heejun sambil tersenyum.
“Kau ingin
pulang?” tanya Kyungsoo.
“Emh. Kau?”
“Ne.
Bagaimana kalau kau ikut dengan ku?”
“Boleh” ucap
Heejun. Mohyun yang berjalan langsung berhenti mendengar percakapan mereka dan
langsung berbalik ke belakang.
“Heh…” ketus
Mohyun yang langsung berbalik dan mempercepat jalannya.
Besok harinya, sebelum kelas masuk,
Mohyun duduk di tangga teras gedung kampusnya sambil menulis not lagu yang ia
buat kemarin.
“Daaar” ujar
Kyungsoo mengejutkan Mohyun.
“Hah…Oppa
mengejutkan ku”
“Hehemh. Apa
yang kau lakukan?” ujar Kyungsoo sambil melirik buku yang di tangan Mohyun.
“Ah, an-aiyo.
Heheh” Mohyun tertawa.
“Oh ya, Oppa
akan ke Restaurant kan hari ini?” tanya Mohyun mengalihkan pembicaraan.
“Emh. Wae?”
“Kita
berangkat sama-sama, ya?”
“Ne. Tapi,
hari ini aku tidak membawa motor. Kita naik bus saja, ya?”
“Emh…gwaencana.
Memang kenapa Oppa tidak membawa motor?”
“Ya, untuk
merawatnya biar tak lecet” jawab Kyungsoo sambil tertawa.
“Heheh.Ah,
kelas ku sudah masuk. Aku masuk dulu ya, Oppa?”
“Ah, ne” ujar
Kyungsoo yang juga berdiri. Ketika berbalik, Mohyun tiba-tiba jatuh mendadak.
“Ah…” keluh
Mohyun.
“Gwaencanayo?”
tanya Kyungsoo yang langsung membantu Mohyun berdiri.
“Ah,
gwaencana”
“Apa ada yang
sakit?”
“Ani. Hanya
saja tiba-tiba kaki mati rasa”
“Mungkin
kesemutan?”
“Mungkin. Ya
sudah, aku kelas dulu. Gomawo”
“Ne, cheonma”
jawab Kyungsoo. Mohyun pun berjalan perlahan ke kelasnya.
Setelah kelas mereka berakhir,
mereka pergi ke Restaurant bersama dengan naik bus. Mohyun hanya diam dan
membuat di antara mereka hening.
“Gwaencanayo?”
tanya Kyungsoo.
“Ah, ne.
Gwaencana. Waeyo?”
“Ani” jawab
Kyungsoo dan mengalihkan padangannya.
Mereka bekerja sepertia biasa,
bernyanyi untuk pendengar setia di Restaurant itu. Setelah selesai, mereka
berdua pun disiapkan makan malam oleh Ajumma cantik pemilik Restaurant itu.
“Piringnya di
taruh dimana?” tanya Mohyun.
“Taruh di
atas meja kasir saja” jawab Ajumma cantik itu.
“Ne” jawab
Mohyun.
PRAAANG
“Hah?” Mohyun
terkejut karena ia menjatuhkan piringnya.
“Gwaencanayo?”
tanya Ajumma.
“N-ne.
Mi-mianhae”. Kyungsoo langsung bangkit dari kursi saat melihat Mohyun
menjatuhkan piringnya begitu saja.
“Gwaencana.
Biar pelayan yang membersihkan pecahan piringnya. Kau duduklah dulu”
“Ne” jawab
Mohyun. Mohyun pun duduk di kursiya kembali.
“Gwaencanayo?”
tanya Kyungsoo.
“Ne”
“Tangan mu
mati rasa, ya?”
“Emh. Aku
juga tidak tahu kenapa?” jawab Mohyun sambil melihat tangannya.
3 Hari kemudian, Mohyun
mengkhawatirkan keadaannya yang sering mengalami mati rasa pada organ gerak
tubuhnya. Ia pun memeriksa ke rumah sakit.
“Apa kau
merasa pusing?” tanya dokter itu.
“Ani”
“Panas?”
“Ani”
“Ada
bercak-bercak merah di tubuhmu?”
“Ani”
“Aku akan memberikan
resep khusus untuk menghilangkan rasa nyeri dulu. Jika, mati rasa itu tetap
kembali dan tumbuh bercak merah, langsung saja temui aku”
“Ne,
arraseoh” jawab Mohyun.
Mohyun pun keluar dari ruang
periksa. Mohyun terdiam dan melamunkan keadaanya sekarang.
“Mohyun?”
panggil Heejun.
“Ah, ne?”
“Apa yang kau
lakukan disini?”
“Ah, aku?
Hanya ada urusan kecil” jawab Mohyun sambil tertawa kecil.
“Oh” jawab
Heejun.
“Annyeong”
ucap Mohyun berpamitan.
“Ne.
Hati-hati, ya?” ujar Heejun yang begitu perhatian.
Beberapa hari kemudian, Mohyun
menjalani kehidupannya seperti biasa. Berkuliah, bekerja di Restaurant dan
terapi di Rumah Sakit setiap hari Rabu dan Kamis.
“Eomma pulang
duluan saja. Aku akan naik bus ke Kampus” ucap Mohyun.
“Jinjja?
Baiklah. Eomma pulang dulu”
“Ne.
Hati-hati!” Mohyun berteriak. Kemudian, Mohyun langsung menghampiri Kyungsoo
yang sedang bernyanyi bersama anak-anak yang di rawat di Rumah Sakit.
“Tada” ucap
Mohyun yang langsung duduk disamping Kyungsoo.
“Kau? Kau
disini? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kyungsoo.
“Aku tahu
Oppa pasti disini. Jadi, aku kesini” ujar Mohyun berbohong.
“Boleh aku
meminjam gitarnya?” ucap Mohyun.
“Hah? Kau
bisa bermain gitar?” tanya Kyungsoo seraya memberikan gitarnya.
“Ne. Bukan
hanya gitar, aku juga bisa bermain Piano dan Biola” jawab Mohyun sambil
mengetrim gitarnya.
“Wah…tapi,
kenapa kau menjadikan ku sebagai partner mu?” Kyungsoo kagum.
“Karena
itulah impian ku selama ini. Tidak apa-apakan?”
“Ah, hahaha.
Ne” jawab Kyungsoo sambil tertawa kecil. Ketika mendengar kata-kata itu,
Kyungsoo merasa sesuatu yang menusuk hatinya. Tapi, bukan rasa sakit, melainkan
rasa yang tidak biasa.
Mohyun pun memulai detingan gitar
yang ia mainkan. Suara indah Mohyun pun membuka lirik awal lagu yang ia
nyanyikan.
Machi amugeotdo moreuneun airo geureoke
Dashi taeeonan sungan gachi
Jamshi kkumilkkabwa han beon deo nun gamatda tteo boni
Yeokshi neomu ganjeolhaetdeon ne ape gidohadeut seo isseo
Dashi taeeonan sungan gachi
Jamshi kkumilkkabwa han beon deo nun gamatda tteo boni
Yeokshi neomu ganjeolhaetdeon ne ape gidohadeut seo isseo
Dan han beonman ne yeopeseo
Bareul matchwo georeo bogopa han beon,
Ttak han beon manyo
Bareul matchwo georeo bogopa han beon,
Ttak han beon manyo
Neoui sesangeuro yeorin barameul tago
Ne gyeoteuro eodieseo wannyago
Haemarkge mutneun nege bimirira malhaesseo
Manyang idaero hamkke georeumyeon
Eodideun cheongugilteni
Ne gyeoteuro eodieseo wannyago
Haemarkge mutneun nege bimirira malhaesseo
Manyang idaero hamkke georeumyeon
Eodideun cheongugilteni
Mikael boda neon naege nunbusin jonjae
Gamhi nuga neoreul geoyeokhae naega yongseoreul an hae
Eden geu gose bareul deurin taechoui geu cheoreom maeil
Neo hanaman hyanghamyeo maeumeuro mideumyeo
Gamhi nuga neoreul geoyeokhae naega yongseoreul an hae
Eden geu gose bareul deurin taechoui geu cheoreom maeil
Neo hanaman hyanghamyeo maeumeuro mideumyeo
Aju jageun geoshirado neol himdeulge haji motage
Hangsang jikigo shipeo i’’m eternally love
Hangsang jikigo shipeo i’’m eternally love
Neoui suhojaro jeo geosen barameul makgo
Ne pyeoneuro modu da deungeul dollyeodo
Hime gyeoun eoneu nal ne nunmureul dakka jul
Geureon han saram doel su itdamyeon
Eodideun cheongugilteni
Ne pyeoneuro modu da deungeul dollyeodo
Hime gyeoun eoneu nal ne nunmureul dakka jul
Geureon han saram doel su itdamyeon
Eodideun cheongugilteni
Neol saranghage dwaebeorin nan ije deo isang
Doragal goshi eobseoyo nalgaereul geodwogasyeotjyo (oh no)
Yeongwonhan sarmeul irheotdaedo haengbokhan iyu
Naui yeongwon ijen geudaeinikka eternally love
Doragal goshi eobseoyo nalgaereul geodwogasyeotjyo (oh no)
Yeongwonhan sarmeul irheotdaedo haengbokhan iyu
Naui yeongwon ijen geudaeinikka eternally love
Neoui sesangeuro yeorin barameul tago
Ne gyeoteuro eodieseo wannyago
Haemarkge mutneun nege bimirira malhaesseo
Manyang idaero hamkke georeumyeon
Eodideun cheongugilteni
Ne gyeoteuro eodieseo wannyago
Haemarkge mutneun nege bimirira malhaesseo
Manyang idaero hamkke georeumyeon
Eodideun cheongugilteni
PLOK PLOK PLOK
“Wah…aku belum pernah mendengar lagu itu
sebelumnya” ucap Kyungsoo sambil tercengang.
“Lagunya dan suaranya bagus sekali, aku sampai–sampai
mau ketiduran” ucap salah seorang anak.
“Itu lagu ciptaan ku sendiri. Inilah yang aku
tulis di gedung pencakar langit waktu itu” ujar Mohyun.
“Oh…waah DAEBAK. Lagunya sangat menyentuh hati”
kagum Kyungsoo.
“Ah…gomawo. Ini hanya untuk tugas di kampus kok”
ujar Mohyun.
“Hehehm…itu kenapa? luka, ya?” tanya Kyungsoo
saat melihat bercak merah di leher Mohyun.
“Hah? Luka?” ujar Mohyun sambil mencari cermin
di tasnya. Mohyun pun langsung melihat lehernya di cermin dan menemukan
bercak-bercak merah di lehernya.
“Hah?” Mohyun terkejut dan shock.
“Gwaencanayo?” tanya Kyungsoo.
“Luka ya, Eonnie?” tanya seorang anak perempuan.
“Ani, aniyo. Aku permisi sebentar” ujar Mohyun
yang langsung beranjak dan berjalan ke sebuah ruang periksa. Kyungsoo yang
melihat itu hanya duduk heran melihat Mohyun.
“Apa benar itu bercak-bercak yang dokter
maksud?” tanya Mohyun yang masih terbaring di tempat periksa.
“Ne”
“Hah…be-berarti…”
“Dimana Eomma mu, aku ingin bicara dengannya”
“Dia dirumah”
“Kau bisa hubunginya?”
“Ne”
Dalam
10 menit, Eomma Mohyun sudah datang dan langsung berbicara kepada dokter.
Penjelasan yang cukup panjang disampaikan dokter pada Eomma Mohyun.
Perlahan-lahan air mata Eomma Mohyun menetes. Mohyun yang mendengar desis
Eommanya itu, hanya termenung dan terdiam.
“Sebaiknya, Mohyun di bawa ke Tokyo untuk
mendapatkan pelayan intensif disana. Saya akan mengurus rujukan di Rumah Sakit
Umum Tokyo” ucap dokter itu sambil menulis surat rujukan.
“Kenapa tidak disini saja? Apa disini tidak bisa
menanganinya?” tanya Eomma Mohyun yang sudah berderai air mata.
“Kami bukannya tidak bisa, hanya saja di Tokyo
ada dokter spesialis penyakit XP yang sangat profesional”
“Sebaiknya, bawa Mohyun secepatnya. Sebelum mati
rasa yang pernah ia rasakan datang kembali”
“Ehm, Ne. Gomapta” ucap Eomma Mohyun.
“Eomma, Eotteohke?” tanya Mohyun sambil menatap
Eommanya yang mengendarai mobil.
“Hemh? Gwaencanayo. Besok kita akan ke Tokyo”
“Besok?”
“Ne. Sesampai di rumah, segera bereskan
barang-barang mu”
“STOP!” ucap Mohyun yang membuat Eommanya
terkejut.
“Waeyo?”
“Aku ada keperluan sebentar. Eomma pulang saja
dulu” ucap Mohyun yang langsung turun dari mobil.
“Jangan lama!” teriak Eommanya.
“Ne”
Mohyun
terus berlari untuk kembali ke Rumah Sakit. Ia terus berlari dan berlari. Yang
ia pikirkan hanya Kyungsoo saat itu.
“Hah…hah…” Mohyun mendengus-dengus.
“Mohyun? Kau darimana?” ucap Kyungsoo heran.
“Maukah Oppa berkencan denganku?”
“Ke-kencan?”
“Ne. Jebal!” Mohyun sangat memohon.
“Anak-anak, Kajja! waktunya makan siang” ujar
Heejun yang memanggil anak-anak yang setia mendengar nyanyian Kyungsoo.
“Mohyun?” ujar Heejun.
“Ne. An-anyeong Eonnie” sapa Mohyun yang masih
bernafas tak normal.
“Ah, Eonnie!” panggil Mohyun yang langsung
menghampiri Heejun.
Mohyun
membisikkan sesuatu pada Heejun dan terlihat sangat serius. Kyungsoo yang
melihat dua yeoja itu hanya diam sambil memasukkan gitarnya pada tas gitarnya.
Setelah selesai, Mohyun berlari-lari menghampiri Kyungsoo.
“Kajja!” ujar Mohyun sambil menarik lengan
Kyungsoo. Mereka pun menaikki sebuah bus yang menuju ke Everland atau Lotte
World.
“Kita mau kemana?” tanya Kyungsoo yang
kebingungan.
“Berkencan” jawab Mohyun sambil tersenyum lebar
pada namja di sampingnya.
“Kencan?”
“Hemh…” jawab Mohyun sambil tersenyum. Senyum
itu terlihat manis, bukan senyum jail.
Sesampai
di Lotte World, Mohyun langsung menarik Kyungsoo ke tempat pejual Permen Kapas.
“Oppa belikan aku satu, ya?” ujar Mohyun sambil
membuat wajahnya beraegyo.
“Ne” jawab Kyungsoo.
“Gomawo, Oppa”
“Ne, cheonma” jawab Kyungsoo tersenyum lembut
pada yeoja di sampingnya.
Setelah
puas makan permen kapas, Mohyun mengajak Kyungsoo menaikki wahana permainan
yang ada di Lotte Worl. Mulai dari komedi putar, Histeria, dan Kincir Angin.
“Waah…cantik sekali” Mohyun yang kagum melihat
taman indah dari atas Kincir Angin. Kyungsoo hanya tersenyum melihat tingkah
yeoja dihadapannya itu.
“Oppa?” panggil Mohyun mendadak.
“N-ne?”
“Aku hanya akan mengatakan sekali saja. Jadi,
tolong dengarkan baik-baik” ucap Mohyun sambil menatap pekat mata namja imut di
hadapannya.
“Aku menyukai Oppa”
JIRRRT
“Ah…sudah berhenti. Kajja kita turun!” ajak
Mohyun yang lebih dulu keluar.
“Barusan, apa aku salah dengar, ya? atau…”
“Oppa, ppali!” teriak Mohyun.
“Hah…n-ne” jawab Kyungsoo gugup.
“Kita kemana lagi sekarang?” tanya Kyungsoo.
“Berpisah”
“Berpisah? Apa maksudmu?” tanya Kyungsoo dengan
sedikit perasaan khawatir di lubuk hatinya.
“Ne. Kita harus pulang. Ini sudah malam” ucap
Mohyun dengan tetap berjalan. Kyungsoo hampir-hampir lupa kalau sudah malam.
“Oh, hoho…” ujar Kyungsoo sambil tertawa malu.
*~*~*~*
“Gomawo, untuk kencan hari ini” ucap Mohyun yang
masih duduk di kursi bus.
“Ne, cheonma. Annyeong” sapa perpisahan Kyungsoo
yang hendak turun dari bus. Mata jeli Mohyun tak lepas menatap Kyungsoo hingga
turun dari bus.
“Oppa!” panggil Mohyun.
“Ne?” Ucap Kyungsoo menoleh setelah turun dari
bus.
“Aku berharap, Oppa tidak pernah berhenti
bernyanyi dan bermain gitar. Aku selalu ingin mendengarnya” ucap Mohyun dengan
wajah sedih.
Kyungsoo yang mendengar itu
tampak bingung dengan ucapan yeoja yang lebih muda darinya itu. Kata-kata itu
seperti kata-kata perpisahan.
“Annyeonghi Gyeseyo” ucap Mohyun yang langsung
membalik wajahnya ke jendela bus. Perlahan menetes air mata mutiara Mohyun yang
berlinang itu.
Kyungsoo
tetap berdiri di Halte bus pemberhentian sambil menyerap kata-kata Mohyun tadi.
Apa dia mengatakan sebuah perpisahan? pikir Kyungsoo.
Bus
Mohyun pun berhenti di Halte selanjutnya. Ia turun dan berjalan beberapa meter
kearah Caffe. Terlihat dari kaca Caffe seorang yeoja yang telah menunggunya.
Mohyun pun mempercepat langkahnya agar yeoja yang menunggunya tidak merasa
menunggu.
“Mianhae, aku terlambat” ucap Mohyun yang
langsung duduk di bangku seberang.
“Ne, gwaencana. Aku juga baru datang” ucap yeoja
yang adalah Heejun.
“Mau pesan apa?” tanya seorang pelayan yang
menghampiri.
“Aku jus apel saja” ujar Mohyun.
“Aku Teh hangat rasa jeruk” ucap Heejun.
“Ne, dimohon tunggu sebentar” ucap pelayan itu
dan segera kembali ke dapur.
“Ada perlu apa kau mengajak ku bertemu disini?”
tanya Heejun yang memulai pembicaraan.
“Ah, begini…aku besok pagi jam 6 akan pergi ke
Tokyo”
“Waeyo?”
“Aku mengidap penyakit XP. Makanya aku sering ke
Rumah Sakit untuk terapi, agar aku bisa beraktifitas seperti manusia normal
lainnya. Tapi, terapi itu tidak selamanya bisa membantuku bertahan di bawah
sinar matahari. Jadi, aku sangat mohon kepada Eonnie untuk menjaga Oppa
Kyungsoo. Aku tahu, Oppa sangat mencintai Eonnie” jelas Mohyun.
“Tap-tapi…” ujar Heejun gagap.
“Jebal Eonnie! dan ini, tolong berikan surat ini
untuk Oppa” ujar Mohyun yang memberikan sepucuk surat. Heejun hanya termenung.
“Ini pesanannya! maaf membuat kalian menunggu”
ujar pelayan itu sambil meletakkan pesanan mereka ke atas meja.
“Ne, gomawo” ucap mereka hampir bersamaan.
“Ne” jawab pelayan itu dan segera pergi.
“Aku hanya berharap aku cepat sembuh dan segera
kembali ke Seoul. Aku tidak ingin berpisah dengan Oppa” lanjut Mohyun.
“Ne, arraseoh. Aku akan memberikan surat ini
pada Kyungsoo”
“Gomawo, Eonnie” ucap Mohyun sambil meneteskan
air matanya. Heejun yang melihat itu bergegas memberikan sapu tangannya pada
Mohyun.
“Ah, mianhae” ucap Mohyun seraya menghapus air
matanya. Heejun hanya tersenyum.
*~*~*
Jam 9 pagi…
PLOK PLOK PLOK
“Oppa, benar-benar penyanyi yang hebat. Yang
lain lewat” puji seorang anak perempuan manis kepada Kyungsoo.
“Hahaha, kau itu berlebihan manis” ucap Kyungsoo
sambil mengelus pucuk kepala anak itu.
“Anak-anak, watunya makan siang. Suster Jung
sudah menunggu” perintah Heejun seraya menghampiri Kyungsoo.
“Ne” jawab mereka serentak sambil berlarian.
“Kenapa aku merasa ada yang kurang, ya?” ujar
Heejun.
“Ne?” Kyungsoo bingung.
“Cho Mohyun”
“Ada apa dengan Mohyun?”
“Dia pergi ke Tokyo tadi pagi jam 7” jawab
Heejun.
“Mwo?”
“Ini! Bacalah surat itu. Itu dari Mohyun. Aku
tidak membukanya sama sekali” ujar Heejun sambil memberikan sepucuk surat dari
Mohyun. Kyungsoo pun membuka surat tersebut dan membacanya.
Yang
tersayang Oppa Kyungsoo,
Annyeong
Oppa, Mianhae aku baru bilang sekarang :(. Aku harus pindah ke Jepang karena
kondisi ku yang memburuk. Tapi, setelah aku sembuh, aku akan segera kembali.
Karena aku tidak bisa kalau tidak mendengar Oppa bernyanyi.
Oppa, aku
benar-benar mencintai Oppa. Walau aku tahu Oppa tidak mencintai ku. Karena aku
tahu, Oppa mencintai Heejun Eonnie :). Tapi, aku tetap akan menyayangi Oppa.
Oh ya,
aku memberikan lirik lagu yang aku nyanyikan waktu itu. Aku berharap Oppa bisa
menyanyikan laguku itu suatu saat nanti di depan semua orang. Karena lagu ini
tentang perasaanku yang nyata dan tulus dari hati ku Oppa.
Untuk
yang terakhir, jeongmal mianhae. Selama ini aku banyak berbohong dengan Oppa.
Karena aku tidak ingin menunjukkan kelemahan ku. Aku hanya ingin terlihat ceria
di mata Oppa. Aku ingin menjadi yeoja yang kuat, walau pun sebenarnya tidak.
Mungkin
hanya ini yang ingin ku sampaikan, selebihnya Oppa bisa dengar dari Heejun
Eonnie langsung. Saranghae Oppa…
Yang
tersayang,
Cho
Mohyun
“Mwoya? hah…apa maksud semua ini, Heejun?” tanya
Kyungsoo yang tampak serius.
“Seperti yang kau baca di surat itu” jawab Heejun.
“Ada apa dengan keadaan Mohyun?”
“Di-dia…mengidap penyakit XP. Penyakit yang
tidak bisa terkena sinar matahari. Makanya dia harus terapi setiap hari rabu
dan kamis. Itu untuk dapat beraktifitas di bawah sinar matahari. Walaupun tidak
selamanya membantu” jelas Heejun dengan nada rendah.
“Jinjja…mengapa aku tidak pernah tahu soal ini?
Seharusnya aku sudah curiga, bahwa dia sering berada di rumah sakit” ujar
Kyungsoo.
“Tapi, cinta Mohyun itu tulus pada mu Kyungsoo”
balas Heejun.
“…” Kyungsoo terdiam.
“Sepertinya Mohyun salah paham soal hubungan
kita. Dia menganggap bahwa kita itu sepasang kekasih” sambung Heejun.
“Aku akan berusaha mengabulkan permintaan
Mohyun” janji tulus Kyungsoo.
*~*4 tahun kemudian*~*
“Hah…hujan!” teriak seorang yeoja.
Dengan cepat, yeoja itu
berlari melawan arus hujan yang deras di bawah musim semi di Negara Sakura ini.
Yeoja itu pun bergegas masuk ke dalam gedung stasiun kereta.
“Sekilas berita. Para
K-Popers sekalian, bintang Boyband baru dari negeri gingseng dalam naungan SM
Entertainment yang di Direkturi oleh Lee Soo Man ini, akan mengadakan Show Case
di Negara kita Sakura. Siapa itu? Pastinya kalian sudah pada tahukan? Iyalah
EXO. Setelah sukses mengadakan Show Case di Korea Selatan, China, Thailand dan
Indonesia, sekarang Negara kitalah tujuan berikutnya. Karena, penggemar EXO di
Jepang, tepatnya Tokyo ini memiliki penggemar yang sangat banyak tak kalah dari
Negara lainnya. Show Case akan dilakukan di gedung bersejarah, yaitu Tokyo
Dome. Dimana hanya orang-orang bertaraf Internasional saja yang bisa bernyanyi
di situ.
Penjualan tiket akan dibuka di mulai dari hari ini melalui dua
jalur, yaitu di depan gedung Tokyo Dome dan lewat Online. Kabar lebih lanjut
bisa buka website penjualan tiketnya di www.ticketshowcaseexo.blogspot.com. Sekian
berita pagi ini, saya ucapkan terima kasih” berita di televisi stasiun kereta bawah tanah.
“Sudah di buka? aku harus beli secepatnya” ujar
yeoja itu sambil berlari masuk ke gerbong kereta.
Tak
lama kereta berjalan ke stasiun tujuan selanjutnya. Setelah 2 stasiun dilewati,
yeoja itu pun turun dan bergegas mencari taksi untuk menuju rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit, ia langsung menemui seorang namja yang tengah sibuk
memeriksa pasien.
“Oppa!” teriak yeoja itu.
“Ne, Mohyun. Mwo?” tanya namja tampan berparas
senyum tipis itu.
“Apa Oppa sudah mendengar berita Show Case EXO
itu?” tanya Mohyun sambil mengikuti langkah namja itu.
“Ne. Aku sudah membeli tiketnya. Kelas VIP
special”
“Jinjja? waah..daebak. Gomawo Jong Hyun Oppa”
ucap Mohyun dengan aegyo.
“Ne. Kajja, kau harus memeriksa pasien mu yang
sudah mengantri!” perintah Jong Hyun.
“Ne. Sampai ketemu pulang nanti” ucap Mohyun seraya
pergi dari ruangan Jong Hyun.
Sambil
tertawa lepas, Mohyun berjalan ke ruangannya sambil tersenyum ramah tamah pada
setiap orang yang ditemuinya di Rumah Sakit. Terasa sangat tegar dan kuat.
Itulah yang dirasakan oleh Mohyun sekarang. Setelah melawan kerasnya keadaan
kritis penyakit XP yang diderita Mohyun, dimana ketika terbaring lemah di ruang
netralisir.
Untuk
berbicara, mengangkat tangan, apalagi berdiri, itu sangat berat untuk Mohyun.
Tapi, berkat seseorang yang membuat hidupnya bersemangat lagi, ia dapat seperti
sekarang. Ya, itu adalah namja yang bernama Kim Jong Hyun. Seorang Dokter
spesialis penyakit XP sekaligus kakak laki-laki Mohyun.
“Maaf membuat menunggu, silahkan nomor urut satu
langsung masuk ke ruangan” saran Mohyun pada pasien yang sudah menunggu sesuai
nomor urutan.
Mohyun
sekarang menjadi dokter spesialis anak, karena ia tertarik melihat Oppanya.
Makanya ia mengubah jurusan kuliah menjadi seorang dokter. Mana lagi Mohyun
sangat menyukai anak kecil.
Perannya
tidak hanya menjadi dokter tapi penghibur seperti yang dulu dilakukan Kyungsoo.
Ia tetap menyanyi, walaupun menjadi dokter. Mohyun merasa cita-citanya begitu
lengkap.
“Sudah selesai?” tanya Oppanya memasuki ruang
adik yeojanya itu.
“Ne. Kajja kita pulang! kita harus datang cepat
ke Tokyo Dome” ujar Mohyun sambil memegang erat tangan Oppanya.
Sore
jam 3, Mohyun dan Jong Hyun sudah mengantri untuk masuk ke Tokyo Dome. Lapangan
sekitar Tokyo Dome begitu padat dan ramai hingga merasa begitu lelah dan
kepanasan.
“Huft..” Mohyun menghela nafas lelahnya.
“Kau lelah?” tanya Oppanya.
“Ne. Panas sekali”
“Sini!” ujar Jong Hyun seraya mengipas kertas ke
Mohyun agar merasa berangin.
Sementara
itu, EXO sedang bersiap-siap di ruang make-up. Mereka terlihat begitu senang
mengetahui bahwa 50.000 orang akan menonton Show Case mereka.
“Waah…ini rekor jeyongmal DAEBAK!!!” ucap
Baekhyun.
“Ne. Aku tidak menyangka dalam satu jam tiket
habis terjual untuk 50.000 orang” lanjut Chanyeol.
“Oh ya, ini gitar mu” ujar Kai memberikan gitar
ke pada Kyungsoo.
“Ne. Gomawo” jawab Kyungsoo.
“FIGHTING!!! kau harus membuat hati EXOTICS
berdebar-debar. O.K?” ucap Su Ho.
“O.k” jawab Kyungsoo.
“Setelah performance MAMA, HISTORY dan WHAT IS
LOVE?, kau langsung siap-siap” ujar Kris menambahkan.
“Sips” ujar Kyungsoo mengacungkan jempol.
Tak
lama, Show Case EXO pun dimulai dengan sambutan lagu andalan MAMA. Musik mulai
dengan teriakkan EXOTICS yang memenuhi ruanga termasuk Mohyun yang begitu
girang sampai loncat-loncat.
“D.o, D.o…” teriak Mohyun dengan
menggoyang-goyangkan spanduk kecilnya. Semangat Kyungsoo langsung membara
ketika mulai menyanyikan lagu MAMA.
Akhir
yang ditunggu-tunggu, Kyungsoo performance Angel dengan gitarnya diikuti dance
teman-teman lainnya di belakang. EXOTICS hening saat Kyungsoo mulai memetik
gitarnya.
Suara
yang sejernih air itu membuat semua hati dan mata tak lepas menatap Kyungsoo.
Lagu Angel yang langsung membuat Mohyun sentak terkejut dan matanya membulat
penuh. Mohyun begitu tak menyangka bahwa lagunya benar-benar dibawakannya
didepan orang-orang. Hatinya begitu tersentuh hingga akhirnya butiran-butiran
bening membasahi pipinya.
“Gwaencanayo?” tanya Jong Hyun.
“Emh…aku hanya terharu mendengar lagunya” ujar
Mohyun menghapus air matanya.
Show
Case selesai, EXOTICS pun bergerumuman untuk keluar dari gedung. Bertepatan
dengan Mohyun dan Jong Hyun keluar dari gedung, EXO juga keluar dari belakang
mereka untuk masuk ke bus pribadi mereka.
“Mohyun?” ujar Kyungsoo yang ragu-ragu.
Dilihatnya,
Mohyun berjalan ke sebuah mobil dengan seorang namja yang tidak ia kenal.
Mereka terlihat mesra dan membuat hati Kyungsoo panas.
“Yaa! Apa yang kau lakukan? cepat masuk!” teriak
Chen menarik lengan Kyungsoo.
“Hah..” Kyungsoo yang tersadar.
*~*~*~*
Hotel
“Kau mau kemana?” tanya Kai yang melihat teman
sekamarnya itu memakai jaket.
“Aku ingin pergi jalan-jalan sebentar” jawab
Kyungsoo sambil memakai topi dan kaca mata.
“Perlu ku temani?” tanya Kai yang bangkit dari
tempat tidur.
“Tidak perlu. Aku hanya sebentar dan aku tahu
kok daerah sini” jawab Kyungsoo.
“Emh. Ne, hati-hati. Kalau ada apa-apa telepon
saja aku” ujar Kai yang kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
“Ne, arrseo. Aku pergi dulu” ucap Kyungsoo
sambil keluar dari kamar hotel.
Kyungsoo
pun berjalan-jalan di kota Tokyo pada jam 10.00 Pm. Dimana keadaan kota masih
cukup ramai. Ia terus menelusuri kota Tokyo sambil berjalan kaki dan ia
berhenti di depan sebuah Rumah Sakit. Ia terkejut melihat sosok yeoja yang
dirindukannya berjalan di depannya.
“Mohyun?” panggil Kyungsoo lembut.
“Ne? Hah…Op-Oppa?” tanya Mohyun tak percaya.
“Apa benar itu kau?” tanya Kyungsoo yang melihat
sosok yaeoja neomu yeoppo dengan seragam putih dokter.
“Ne. Ini aku Mohyun” jawab Mohyun. Setelah
mendengar itu, Kyungsoo langsung menghampiri Mohyun dan memeluknya dengan erat.
“Aku merindukan mu Chagi-ya” ucap Mohyun. Mohyun
yang mendengar ungkapan itu spontan langsung terkejut dan detag jantungnya tak
menentu.
“Hah…” Mohyun kehabisan kata-kata.
“Mi-mianhae” ujar Kyungsoo melepaskan
pelukannya.
“Kau kenapa bisa ke sini? apa kau tidak takut
fans mu mengejar mu atau ada orang jahat?” tanya Mohyun yang begitu khawatir
tingkat dewi (?)
“Hahaha, gwaencanayo. Kau sendiri ngapain
malam-malam begini keluar? dan kau menjadi dokter ya sekarang?” tanya Kyungsoo.
“Ne, aku jadi dokter spesialis anak sekarang.
Aku keluar untuk membeli makan malam ku” jawab Mohyun.
“Oh, ku kira…”
“Aku sudah mati?”
“Aniyo”
“Menjadi penyanyi?”
“Ne”
“Aku masih menjadi penyanyi kok”
“Doktel, aku mau tidul” ucap seorang anak cadel
yang datang tiba-tiba.
“Hah? ah…ne. Kajja! kau mau ikut?” tanya Mohyun
pada Kyungsoo.
“Ne” jawabnya mantap.
Mereka
pun memasuki ruang istirahat anak-anak yang sakit. Mohyun pun mengambil sebuah
gitar dan bernyanyi untuk anak-anak di ruangan itu.
Kyungsoo
duduk di samping Mohyun dan terus menatap yeoja disampingnya itu. Mohyun
menyanyikan lagu A-Pink My My denga begitu riang. Tak lama mereka semua
tertidur lelap.
“Aku ada melihat mu di konser ku waktu itu
ketika pulang. Aku agak ragu saat itu. Karena kau bersama namja lain” ucap
Kyungsoo lemah.
“Ne? oh, dia Oppa ku. Waeyo? kau cemburu ya?”
goda Mohyun.
“Ah, ani-ani. Siapa yang cemburu?” ujar Kyungsoo
malu-malu.
“Jujur saja?” goda Mohyun lagi. Tiba-tiba
Kyungsoo langsung menatap Mohyun dan membuat Mohyun terdiam.
“M-mwo?” tanya Mohyun gagap.
“Saranghae Chagi-ya” ucap Kyungsoo sambil
tersenyum.
dan Chup~
Kyungsoo
mencium pipi kanan Mohyun dan membuatnya memerah seperti tomat matang yang siap
di petik. Pipi Mohyun terasa begitu hangat dengan sentuhan lembut bibir
Kyungsoo. Mohyun pun tersenyum dengan penuh bunga dihatinya.
^The End^
Tamat deeh…gimana?
jelek, bagus, lumayan, ato hambar? #masak ya thor?. Ah…bikin ni fanfic lama
sekali, karena tertunda tugas sekolah, study tour en lomba segunung berapi
#alay bengats lo thor. Tapi, karena gue loyal ma penggemar, EXO pun nendang gue
(?). Mohon kritik dan sarannya ya? karena author butuh makan, #heh? o.O’ hahaha
XD. O.k sampai ketemu dengan fanfic baru ya…Annyeong Gyeseyo \^O^/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar