Selamat Datang Di Blog Han Hyo Mi


widget

I Want To See You Once Again


I want to see you once again
Author              : Han Hyo Mi
Main Cast         : Cho Mohyun, Do Kyungsoo EXO-K, Lee Heejun dan Kim Jong Hyun-JR Nu’est
Supp cast          : All member EXO
Genre              : Romantic and Fantasy
Untuk             : 15 +
Soundtrack     : U-Kiss_Stop Girl

Annyeong~ ketemu lagi sama author kalian yang selalu setia pada penggemarnya bwakakakak #PeDe bengats. Kembali lagi dengan fanfic baru. Entah ini yang keberapa. Yang pasti ini fanfic khusus request dari Cho Mohyun alias Rahmo eh, Rahma. Ini fanfic buat dia sama D.o alias D.onuts eh, Do kyungsoo maksudnye. Hehehe…tanpa banyak sambel (?) kita langsung ke TPS #author gile #dilempar readers ke laut atlantik
*~*~*~*
            “Setiap pagi di hari Rabu dan Kamis, aku selalu menunggu mu. Menunggu mu menyanyikan sebuah lagu dengan gitar mu. Kadang mulutku tak bisa diam saat melihat mu bernyanyi. Senyum ku tak bisa berhenti menatap mu. Siapa kau? aku tidak mengenal mu. Di mana kau tinggal? aku tidak tahu. Aku tidak peduli siapa kau, dari mana kau. Karena aku sudah mengenal mu dengan suara dan petikan gitar mu. Aku harap aku bisa selalu mendengar kau bernyanyi dan memainkan gitar mu” itulah perasaan ku saat ini.

“Hyung, aku ingin es krim itu. Tolong belikan aku!” ucap seorang anak laki-laki.
“Bukankah kau sakit?” ujar seorang namja.
“Tapi, Hyung aku sudah 2 minggu tidak maka es krim. Jebal!” mohon anak laki-laki itu.
“Hemh…kau ini bandel sekali. Baiklah tapi, cuman untuk 1 kali saja” jawab namja itu.
“Ne. Aku janji” ucap anak laki-laki itu dengan riang.
“Kajja!” ajak namja itu.
            Mereka berdua pun menghampiri seorang Ahjussi yang menjual es krim. Memang segar makan es krim di musim panas ini. Itulah perkerjaan namja itu. Membuat anak-anak di rumah sakit itu bahagia.
“Aku juga ingin es krim” pinta seorang yeoja.
“Kau? Siapa kau?” tanya namja itu.
“Aku juga ingin es krim, Oppa” ujar yeoja yang tak menjawab pertanyaan namja itu.
“Kaukan bisa beli sendiri”
“Aku nggak punya uang”
“Hah? Lalu apa hubungannya dengan ku?”
“Masa Oppa tidak bisa membelikan ku. Sedangkan Oppa bisa membelikan anak itu”
“Ne, ne. Aku belikan satu. Tolong satu lagi es krimnya!” ucap namja itu sambil mengeluarkan uang dari saku celana depannya. Yeoja itu hanya tersenyum menatap namja di hadapannya itu.
“Ini!” ucap namja itu memberikan es krim kepada yeoja itu.
“Khamsahamnida” ucap yeoja itu.
“Mohyun!” panggil seseorang.
“Hah? Ne, aku segera ke sana” ucap yeoja yang bernama Mohyun itu sambil berlari.
“Ya, yaa! Hah…dia pergi” ucap namja itu yang tak sempat memanggil Mohyun.
“Oppa, Kajja kita kembali! Aku ingin mendengar Oppa bernyanyi lagi” ucap anak laki-laki tadi.
“Ah, ne. Kajja!” ajak namja itu sambil menggenggam tangan anak laki-laki itu.
            Mereka bedua pun memasuki ruang rawat anak itu. Namja itu meraih gitar akustiknya dan duduk di tengah susunan tempat tidur rawat yang cukup banyak.
“Kyungsoo” panggil seseorang yang memasuki ruang rawat anak itu.
“Ne, Heejun”
“Waktunya mereka tidur siang” ujar yeoja yang memakai baju dokter itu.
“Ne, Oppa akan menyanyikan satu lagu tidur setelah itu kalian istirahat”
“Ne” jawab anak-anak yang dirawat di ruang itu. Heejun hanya tersenyum melihat Kyungsoo.
            Ketika di tengah nyanyian, mereka serentak tertidur nyenyak. Kyungsoo pun menghentikan nyanyiannya.
“Kau selalu membuat mereka nyaman” ucap Heejun yang berpropesi sebagai dokter itu.
“Ah, aniyo. Biasa saja” jawab Kyungsoo malu-malu.
“Kau kuliahkan hari ini?” tanya Heejun itu.
“Ne. Aku berangkat dulu. Annyeonghi Gyeseyo” ucap Kyungsoo.
“Ne, Annyeonghi Kaseyo” ucap Heejun itu.
“Ah, Heejun. Malam besok apa kau sibuk?” tanya Kyungsoo.
“Emh…ani. Wae?”
“Aku ingin mengajak mu makan malam diluar. Kau mau?”
“Emh. Boleh. Jam berapa?”
“Jam 7 aku akan menjemput mu” ucap Kyungsoo.
“Baiklah. Akan aku tunggu” ucap Heejun.
            Kyungsoo pun pergi setelah meninggalkan senyum untuk yeoja yang ia kenal sangat dalam. Yeoja itu adalah yeoja yang merawatnya ketika Kyungsoo kehilangan rumah dan keluarganya. Dimana saat Kyungsoo berumur 9 tahun dan Heejun berumur 12 tahun.
            Pada saat itu, Ayah Kyungsoo menonton TV di ruang tengah, Ibu Kyungsoo sedang memasak di dapur dan Kyungsoo sedang bermain PS di kamarnya. Ketika adik Kyungsoo memanggil Ibunya untuk meminta handuk saat di kamar mandi, Ibu Kyungsoo meninggalkan masakannya begitu saja. Akhirnya sup yang dibuat Ibu Kyungsoo melimpah dan membuat api kompor memanas. Api itu membuat selang gas buntu dan terbakar.
            Api yang cukup besar telah membakar ruang bawah, Kyungsoo yang asik main PS menyadari bau asap dan suara keras dari bawah. Kyungsoo pun berlari ke bawah tapi, ruang bawah sudah di lahap si jago merah itu. Kyungsoo pun berlari ke kamar dan menangis. Tiba-tiba, suara seseorang memanggil dari bawah. Itu adalah Heejun tetangga sebelah. Ia membawa tangga untuk Kyungsoo. Kyungsoo pun turun melalui tangga itu dan langsung memeluk Heejun. Dimulai saat itu lah, Kyungsoo di rawat oleh kedua orang tua Heejun.
            Karena sekarang Kyungsoo sudah dewasa, ia memilih tinggal sendiri di sebuah apartemen sederhana. Heejun memberikannya pekerjaan sebagai penghibur anak-anak di rumah sakit dimana ia bekerja sebagai dokter anak.
“Kyungsoo!” panggil seseorang dari belakang.
“Ne?”
“Kau mau langsung pulang?” tanya temannya.
“Ne. Aku ingin tidur”
“Yah, masa jam segini tidur. Gimana kalau kita kumpul di taman Ilsan?”
“Emh…boleh” jawab Kyungsoo. Kyungsoo terdiam saat mendengar suara nan indah dari ruang latihan menyanyi. Ia pun menengok ke arah ruang latihan itu.
“Ada apa?” tanya teman Kyungsoo.
“Eh, ani. Kau duluan saja ke Ilsan. Nanti aku menyusul”
“Baiklah. Aku duluan. Jangan lama ya!”
“Ne” jawab Kyungsoo mantap. Kyungsoo pun medekat pada kaca jendela ruang latihan menyanyi untuk mencari sumber suara indah itu.
            Tak disangka, yang menyanyi adalah yeoja yang meminta Kyungsoo membelikannya es krim di depan rumah sakit siang tadi. Kyungsoo sangat terkejut dan terpesona dengan yeoja itu. Kyungsoo terdiam dan menghayati suara indah yang dikeluarkan yeoja itu. Yeoja itu menyadari keberadaan Kyungsoo dan menghentikan nyanyiannya.
“Oppa, apa yang kau lakukan di sini?” ucap yeoja itu menghampiri Kyungsoo.
“Ah, an-ani” jawab Kyungsoo seraya pergi dari hadapan yeoja itu.
“Oppa, Oppa Jakkanman! Nama Oppa siapa?” ucap yeoja itu mengejar Kyungsoo sambil berteriak. Tapi, Kyungsoo lebih cepat darinya. Hingga akhirnya Kyungsoo sudah pergi.
“Yah, eh…permisi!” ujar yeoja itu menghentikan seorang namja yang lewat sampingnya.
“Ne, oh…Mohyun. Ada apa?”
“Kau tahu nama namja yang tadi memakai motor Thunder itu?”
“Oh itu. Namanya Do Kyungsoo. Panggilannya Kyungsoo. Memang ada apa?”
“Aniyo. Gwaencanayo. Khamsahamnida”
“Ne cheonma” jawab namja itu seraya pergi.
“Oh, jadi namanya Kyungsoo. Hemh” ujar Mohyun berbicara sendiri.
*~*~*~*
            Dengan setelan jas yang lengkap dengan dasi berwarna netral, Kyungsoo siap menjemput Heejun untuk makan malam. Dengan motor Tuhndernya, Kyungsoo menerjang angin lembut pada musim panas di malam hari.
            Sesampai di depan rumah Heejun, Heejun sudah menunggu Kyungsoo lebih dulu. Mereka saling tersenyum satu sama lain.
“Kajja!” ucap Kyungsoo sambil memberikan helmnya pada Heejun. Heejun pun naik dan memegang pinggang Kyungsoo.
            Sesampai di rumah makan yang cukup mewah, mereka berdua langsung di sambut pelayan dan di antar ke tempat duduk untuk dua orang. Mereka langsung memesan makan malam mereka masing-masing.
“Khamsahamnida, Dimohon tunggu sebentar!” ucap pelayan itu.
“Ne” jawab mereka berdua.
            Mata Heejun langsung tertuju pada asal suara yang indah pada panggung di depan mereka. Kyungsoo pun ikut apa yang dilihat oleh Heejun.
“Bagus sekali suara yeoja itu” kagum Heejun.
“Ne” jawab Kyungsoo. Tiba-tiba Kyungsoo menyadari yeoja itu. Yeoja itu adalah yeoja yang meminta dirinya untuk membelikan es krim dan mengejarnya di kampus.
“Di-dia?” ujar Kyungsoo mengingat.
“Siapa? Kau mengenalnya?” tanya Heejun.
“Tidak. Tapi, aku pernah melihatnya”
“Oh”
“Khamsahamnida” ucap Mohyun sambil membungkukkan badannya setelah selesai membawakan sebuah lagu.
“Aku akan mulai berkerja disini. Aku akan menghibur kalian dengan lagu-lagu permintaan kalian. Oh ya, sebelumnya aku belum memperkenalkan diri. Jeonun Cho Mohyun imnida” ucap yeoja yang bernama Mohyun itu.
“Mohyun?” ucap Kyungsoo dalam hati dan pikirannya.
            Besok adalah hari Rabu, dimana Mohyun harus ke rumah sakit lagi untuk terapi. Mohyun mengidap penyakit XP. Yaitu, penyakit yang tidak bisa terkena sinar matahari. Untuk itu, ia harus menjalani terapi 2 kali seminggu. Agar ia masih bisa beraktifitas di bawah sinar matahari.
“Eotteohke? Apa ada gejala pada tubuh mu?” tanya dokter itu.
“Ani. Gwaencanayo” jawab Mohyun mantap.
“Baiklah. Kalau ada gejala bercak-bercak merah pada tubuh mu segera bawa ke rumah sakit”
“Ne”
“Sekarang gantilah baju mu. Kita akan melakukan penetralisir pada tubuh mu”
“Ne” jawab Mohyun yang langsung melaksanakan perintah dokter itu. 15 menit kemudian, Mohyun selesai di netralisir.
“Eomma, aku keluar duluan, yah?” ucap Mohyun.
“Ne. Tunggu Eomma di luar”
“Ne” jawab Mohyun seraya menutup ruangan dokter itu.
            Mohyun pun berjalan ke luar rumah sakit dan duduk di teras rumah sakit sambil melihat namja yang selama ini ia kagumi itu. Ia duduk manis sambil menggoyang-goyangkan kepalanya sesuai alunan lagu yang dinyanyikan namja itu. Namja itu adalah Kyungsoo.
“Hey!” sapa Heejun yang datang tiba-tiba dan duduk di samping Mohyun.
“Ah, he-hey” balas Mohyun.
“Kau menyukainya?” tanya Heejun.
“An-ani. Aku hanya mengaguminya saja” jawab Mohyun gagap.
“Jinjja? Kau yang menyanyi di Restaurant Perancis malam kemarin, kan?”
“Hah? N-ne. Eonnie makan di sana?”
“Emh. Aku makan bersama Kyungsoo. Namja itu” jawab Mohyun.
“Oh…” Mohyun terdiam sejenak.
“Sepertinya Eonnie sangat dekat dengan Kyungsoo Oppa?” tanya Mohyun.
“Ne. Dia sudah seperti Dongsaeng ku sendiri”
“Oh. Eonnie dokter apa di sini?”
“Aku dokter anak. Makanya aku mempekerjakan Kyungsoo di sini sebagai penghibur anak-anak yang di rawat di sini” ujar Heejun. Mohyun menatap Heejun dengan serius.
“Eh…aku harus pulang. Mianhae. Annyeonghi Gyeseyo” ucap Mohyun seraya bangkit dari duduknya.
“Ne. Annyeong Kaseyo” balas Heejun. Mohyun pun bergegas ke mobilnya untuk menyusul Eommanya.
“Siapa wanita itu? Apa dia yeojachingu Kyungsoo Oppa? Tapi, dia lebih tua dari Oppa. Tapi, umur menurut ku tidak masalah. Aku cemburu” ucap Mohyun dalam hati sambil mengerut bibir plum-nya.
“Mohyun, apa kau ada masalah?” tanya Eomma Mohyun yang duduk di depan.
“An-aniyo. Waeyo?”
“Kau terlihat melamun dari tadi”
“Heheh. Ani…aku hanya mencari inspirasi saja untuk tugas ku”
“Tugas? Tugas apa?”
“Menciptakan sebuah lagu”
“Oh…semoga sukses, ya! FIGHTING” ucap Eommanya.
“Ne, Gomawo” ucap Mohyun sambil tersenyum. Eommanya juga membalas dengan senyuman.
            Tak lama, mereka tiba di depan kampus Mohyun. Mohyun pun keluar dari mobil dan memberikan senyum pada Eommanya.
“Oh ya, Eomma tidak usah menjemput ku nanti. Aku akan langsung ke Restaurant” ucap Mohyun.
“Oh. Oke. Hati-hati, yah?”
“Ne. Bye”
“Bye-bye” ucap Eommanya dengan tersenyum.
            Sambil berjalan, mata Mohyun menelusuri halaman kampusnya. Ia menemukan sosok namja yang ia kenali. Ya, itu Kyungsoo. Kyungsoo yang sedang asik mengobrol bersama teman-temannya sambil tertawa riang. Mohyun terdiam dan ikut tersenyum melihat Kyungsoo yang begitu bahagia.
“Mohyun!” panggil seseorang.
“Ne?”
“Kau tidak masuk ke kelas? ini sudah masuk” ujar yeoja teman Mohyun itu.
“Ah, ne” jawab Mohyun sambil berjalan ke kelas bersama teman yeojanya.
            Kyungsoo menyadari Mohyun yang sedari terus menatapnya. Tapi, Kyungsoo hanya diam sambil menatap Mohyun dengan ekspresi datar.
*~*~*~*
            Hari ini adalah hari kamis. Mohyun harus ke rumah sakit lagi untuk terapi. Seperti biasa, setelah terapi ia akan duduk di teras rumah sakit sambil menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti alunan lagu yang di nyanyikan Kyungsoo dengan gitarnya. Heejun yang melihat itu hanya tersenyum sambil meminum tehnya dari jendela.
PLOK PLOK PLOK
            Kyungsoo sentak terdiam saat mendengar tepukan dari Mohyun yang ia sadari berdiri di belakangnya.
“Mwoya?” ucap Kyungsoo.
“Mwo? Aku hanya bertepuk tangan karena nyanyian Oppa sangat….bagus” ucap Mohyun dengan imut.
“Heh…” Kyungsoo hanya nyengir.
“Kau tahu lagu Jung Yong Hwa yang Beacause I Miss You?” tanya Mohyun.
“Ne. Wae?”
“Coba kau mainkan gitarnya”
“Untuk apa?”
“Mainkan saja!” perintah Mohyun sambil mendorong pelan Kyungsoo untuk bergeser. Mohyun pun duduk di samping Kyungsoo.
“Ppali!” ucap Mohyun.
“Ne” jawab Kyungsoo agak jengkel.
            Alunan gitar yang lembut berbunyi sesuai hembusan angin musim panas. Mohyun pun mulai bernyanyi dan di ikuti gitar Kyungsoo. Lama-lama Kyungsoo terus menatap Mohyun karena terhipnotis suara anggun nan tinggi Mohyun. Memang, suara Mohyun benar-benar indah.
PLOK PLOK PLOK
            Anak-anak yang di rawat di rumah sakit itu bersorak dan bertepuk tangan dengan riang setelah nyanyian Mohyun selesai.
“Khamsahamnida” ucap Mohyun dengan tersenyum lebar. Kyungsoo hanya tersenyum kecil.
“Anak-anak. Kajja masuk sudah waktunya tidur siang!” Heejun memanggil.
“Ne” jawab anak-anak serentak. Kyungsoo dan Heejun saling tersenyum saat saling bertatapan. Mohyun hanya menekuk bibirnya saat melihat itu.
“Kau menyukai Heejun Eonnie, kan?” tanya Mohyun dengan bibir masih tertekuk.
“Kau mengenalnya?”
“Ne. Jinjja?”
“Itu bukan urusan mu” ketus Kyungsoo sinis.
“Hih…oh ya, aku bekerja di Restaurant Perancis yang pernah kau datangi bersama Eonnie. Kau mau tidak jadi partner ku disana? Kau main gitarnya, aku akan menyanyi” usul Mohyun.
“Untuk apa?”
“Ya…untuk menambah uang mu sehari-hari” ujar Mohyun. Kyungsoo pun berpikir sejenak dan menurutnya itu ide bagus. Kyungsoo pun menerima tawaran Mohyun.
            Sesuai kesepakatan, sepulang kuliah Mohyun dan Kyungsoo pun pergi ke Restaurant Perancis itu. Mohyun langsung mengajak Kyungsoo ke ruang atasannya.
“Annyeonghaseyo” sapa Mohyun.
“Annyeong. Eh, Mohyun. Ada apa? sudah mau bekerja?” jawab atasannya yang seorang Ajumma cantik.
“Ne. Eh, aku membawa temanku. Aku mengajaknya bekerja di sini bersama ku. Apa boleh?” ujar Mohyun.
“Emh, Boleh. Siapa dia?”
“Eh..it…itu” ucap Mohyun sambil menarik Kyungsoo yang berdiri di balik pintu.
“Annyeong. Jeonun Jo Kyungsoo imnida. Kyungsoo”
“Oh, Kyungsoo. Baiklah…sekarang kalian akan menjadi partner. Bekerja samalah” ucap Ajumma cantik itu.
“Ne, arraseoh” jawab Mohyun dan di ikuti oleh Kyungsoo.
            Mereka berdua pun langsung keluar dan naik ke paggung untuk memulai menghibur para pengunjung. Setelah siap, mereka mulai membawakan sebuah lagu pembuka Ye Eun Wonder Girls Hello To My self. Lalu di susul dengan lagu J-Min Stand Up dan Jung Sister Butterfly.
            Kyungsoo terus memainkan gitarnya sampai-sampai terhanyut akan suara Mohyun yang indah. Pengunjung mulai sepi dan jam telah menunjukkan jam 9 malam. Mohyun dan Kyungsoo pun menghentikan  nyanyian mereka.
“Ajumma, kami sudah selesai” ucap Mohyun.
“Jinjja? Makan malam dulu, ya sebelum pulang. Ajumma sudah siapkan” ujar Ajumma itu sambil menata makanan di meja makan untuk dua orang.
“Hah, ah…ne” jawab Mohyun. Mohyun pun menarik lengan Kyungsoo dan menyuruhnya untuk duduk di meja makan yang sudah di siapkan oleh Ajumma itu.
“Khamsahamnida, Ajumma” ucap Mohyun sambil meraih sumpit makannya.
“Ne cheonma. Nikmatilah” ucap Ajumma itu sambil meninggalkan mereka.
“Selamat makan” ucap Mohyun riang.
            Mereka pun menikmati makan malam mereka. Mohyun dengan lahap memakan makannanya dengan cepat. Kyungsoo hanya terdiam melihat yeoja yang duduk di hadapannya itu.
“Ajumma, kami sudah selesai. Kami ingin pamit pulang” Mohyun berteriak.
“Ne. Oh…baiklah. Hati-hati ya?”
“Ne. Jeongmal Khamsahamnida”
“Ne, cheonma” ucap Ajumma.
            Mohyun dan Kyungsoo pun berjalan menunju halte bus. Tak lama bus yang ditunggu telah datang dan mereka langsung menaiki bus itu. Mohyun dan Kyungsoo duduk bersebelahan.
“Kenapa kau bekerja di Restaurant itu?” tanya Kyungsoo membelah keheningan.
“Eh, oh…hanya sekedar hobi” jawab Mohyun terkekeh.
“Hobi?”
“Emh…aku suka menyanyi”
“Lalu uang hasil kerja mu itu?”
“Aku sumbangkan ke panti asuhan”
“Jinjjayo?”
“Emh…mereka lebih membutuhkan dari pada aku”
“…” Kyungsoo terdiam sambil menatap Mohyun.
“Oppa tahu? sejak aku SMA, aku sudah mengidolakan Oppa” ujar Mohyun sambil mendadak menatap Kyungsoo.
“N-ne? Kau satu SMA dengan ku?” jawab Kyungsoo gagap.
“Emh. Aku adik kelas Oppa. Waktu itu aku duduk di bangku kelas 2 dan Oppa kelas 3. Awal aku mengenal Oppa, waktu Oppa menyumbangkan lagu di perpisahan kelas 3 waktu itu. Tapi, aku tidak pernah tahu nama Oppa”
“Oh…” jawab Kyungsoo.
“Dari situlah aku mengikuti jejak Oppa. Aku masuk ke kampus itu, agar bisa selalu melihat Oppa. Melihat Oppa bernyanyi dengan gitar akustik Oppa. Aku berharap bisa bernyanyi bersama Oppa. Impian itu tercapai hari ini” ucap Mohyun.
“A…ah…” Kyungsoo gugup.
“Oh ya, kita belum kenalan, kan?” ucap Mohyun seraya memberikan tangan kanannya.
“Kenalan? Bukankah kita sudah saling kenal?”
“Tapi, belum resmi”
“Baiklah, Jeonun Do Kyungsoo imnida”
“Jeunon Cho Mohyun imnida”
“Ah, aku sudah sampai. Aku duluan. Annyeonghi gyeseyo” ucap Mohyun seraya bangkit dari tempat duduknya.
“Ah, ne. Annyeonghi kaseyo” jawab Kyungsoo.
            Tak disadari, mata Kyungsoo tak lepas melihat Mohyun yang pergi meninggalkan bus. Mohyun menyadari itu dan langsung melambaikan tangan dan tersenyum pada Kyungsoo. Kyungsoo langsung membalikkan wajahnya dan bus pun berjalan.
*~*~*~*
            Dengan setia, Mohyun menunggu Kyungsoo di depan Kampus untuk berangkat ke Restaurant Perancis itu bersama. Tak lama, Kyungsoo datang melewati Mohyun.
“Oppa!” Mohyun memanggil.
“Mohyun?” ujar Kyungsoo yang berhenti.
“Oppa ingin pergi ke Restaurant, kan?”
“Ne. Waeyo?”
“Kita berangkat sama-sama, ya?”
“Emh…” Kyngsoo berpikir.
“Jebal, Oppa!”
“Ne. Ini!” ujar Kyungsoo memberikan helm. Mohyun pun memakai helm itu dan naik ke motor Kyungsoo.
            Mereka pun bekerja seperti biasa, yaitu menghibur setiap pelanggan yang datang dengan lagu-lagu yang harmonis. Kyungsoo makin lama, makin terbiasa dengan suara indah Mohyun. Kyungsoo merasa ia selalu ingin medengar suara itu.
“Ajumma, kami sudah selesai” ucap Mohyun.
“Ne. Sudah ya? makan malam dulu, yah? biar Ajumma masakan”
“Ah, ani. Kami masih ada keperluan lain” ucap Mohyun. Kyungsoo pun spontan menatap Mohyun.
“Khamsahamnida. Annyeonghaseyo” ucap Mohyun sambil membungkuk.
“Ne, cheonma. Hati-hati ya?”
“Ne. Kajja!” ujar Mohyun menarik Kyungsoo.
“Kita mau kemana?” tanya Kyungsoo sambil mengendarai motornya.
“Jalan saja!” ucap Mohyun. Kyungsoo pun mengikuti perintah yeoja itu.
            Mereka sampai di sebuah gedung tinggi pencakar langit di Korea. Mereka turun dari motor dan langsung naik ke puncak gedung itu.
“Wah…indah sekali” ucap Kyungsoo kagum akan pemandangan lampu kota yang berhamburan bagaikan Bintang.
“Jinjja? makanya aku mengajak Oppa ke sini. Dulu waktu kecil, aku belum di perbolehkan keluar rumah terlalu sering. Jadi, Appa aku sering membawa ku ke sini untuk bermain kembang api” jelas Mohyun.
“Oh, tapi kenapa kamu tidak terlalu di perbolehkan keluar rumah?”
“Ka-karena, kalau aku keluar rumah aku akan kemana saja dan mungkin akan menghilang” jawab Mohyun gagap.
“Hahaha” Kyungsoo tertawa.
“Hahaha. Aku dulu nakal sekali” ujar Mohyun dengan senyum Kyungsoo.
“Hah…Ternyata malam tak kalah seindah siang hari” ucap Kyungsoo.
“Emh…”
            Tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepala Mohyun. Mohyun langsung mengeluarkan buku saku di tasnya.
“Buku apa itu?” tanya Kyungsoo.
“Hanya buku catatan kecil” jawab Mohyun sambil menulis ide yang muncul di kepalanya.
“Emh…” jawab Kyungsoo sambil melanjutkan melihat pemandangan dari gedung pencakar langit itu.
            Setelah Mohyun selesai mencatat idenya, ia pun mengajak Kyungsoo untuk pulang. Mereka pun turun dari gedung itu sambil mengobrol. Sesampai di bawah, tak disangka Heejun juga keluar bersamaan dengan mereka.
“Kyungsoo?” ucap Heejun.
“Heejun?” ujar Kyungsoo. Mohyun hanya diam melihat dua orang yang sedang bersapa itu.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Kyungsoo.
“Biasa ada panggilan kerjaan. Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini dengan Mohyun?” tanya Heejun.
“Hah…eh, kami hanya jalan-jalan” jawab Kyungsoo dengan anggukan Mohyun.
“Oh”
“Aku pulang duluan, yah? aku sudah di sms Eomma ku” ujar Mohyun seraya berpamitan.
“Kau tidak ikut dengan ku?” tanya Kyungsoo.
“Aku pakai bus saja. Annyeonghi Gyeseyo”
“Ne. Annyeong. Hati-hati, ya?” ucap Kyungsoo.
“Ne” jawab Mohyun.
“Eoonie, aku pulang dulu” ucap Mohyun.
“Ne” jawab Heejun sambil tersenyum.
“Kau ingin pulang?” tanya Kyungsoo.
“Emh. Kau?”
“Ne. Bagaimana kalau kau ikut dengan ku?”
“Boleh” ucap Heejun. Mohyun yang berjalan langsung berhenti mendengar percakapan mereka dan langsung berbalik ke belakang.
“Heh…” ketus Mohyun yang langsung berbalik dan mempercepat jalannya.
            Besok harinya, sebelum kelas masuk, Mohyun duduk di tangga teras gedung kampusnya sambil menulis not lagu yang ia buat kemarin.
“Daaar” ujar Kyungsoo mengejutkan Mohyun.
“Hah…Oppa mengejutkan ku”
“Hehemh. Apa yang kau lakukan?” ujar Kyungsoo sambil melirik buku yang di tangan Mohyun.
“Ah, an-aiyo. Heheh” Mohyun tertawa.
“Oh ya, Oppa akan ke Restaurant kan hari ini?” tanya Mohyun mengalihkan pembicaraan.
“Emh. Wae?”
“Kita berangkat sama-sama, ya?”
“Ne. Tapi, hari ini aku tidak membawa motor. Kita naik bus saja, ya?”
“Emh…gwaencana. Memang kenapa Oppa tidak membawa motor?”
“Ya, untuk merawatnya biar tak lecet” jawab Kyungsoo sambil tertawa.
“Heheh.Ah, kelas ku sudah masuk. Aku masuk dulu ya, Oppa?”
“Ah, ne” ujar Kyungsoo yang juga berdiri. Ketika berbalik, Mohyun tiba-tiba jatuh mendadak.
“Ah…” keluh Mohyun.
“Gwaencanayo?” tanya Kyungsoo yang langsung membantu Mohyun berdiri.
“Ah, gwaencana”
“Apa ada yang sakit?”
“Ani. Hanya saja tiba-tiba kaki mati rasa”
“Mungkin kesemutan?”
“Mungkin. Ya sudah, aku kelas dulu. Gomawo”
“Ne, cheonma” jawab Kyungsoo. Mohyun pun berjalan perlahan ke kelasnya.
            Setelah kelas mereka berakhir, mereka pergi ke Restaurant bersama dengan naik bus. Mohyun hanya diam dan membuat di antara mereka hening.
“Gwaencanayo?” tanya Kyungsoo.
“Ah, ne. Gwaencana. Waeyo?”
“Ani” jawab Kyungsoo dan mengalihkan padangannya.
            Mereka bekerja sepertia biasa, bernyanyi untuk pendengar setia di Restaurant itu. Setelah selesai, mereka berdua pun disiapkan makan malam oleh Ajumma cantik pemilik Restaurant itu.
“Piringnya di taruh dimana?” tanya Mohyun.
“Taruh di atas meja kasir saja” jawab Ajumma cantik itu.
“Ne” jawab Mohyun.
PRAAANG
“Hah?” Mohyun terkejut karena ia menjatuhkan piringnya.
“Gwaencanayo?” tanya Ajumma.
“N-ne. Mi-mianhae”. Kyungsoo langsung bangkit dari kursi saat melihat Mohyun menjatuhkan piringnya begitu saja.
“Gwaencana. Biar pelayan yang membersihkan pecahan piringnya. Kau duduklah dulu”
“Ne” jawab Mohyun. Mohyun pun duduk di kursiya kembali.
“Gwaencanayo?” tanya Kyungsoo.
“Ne”
“Tangan mu mati rasa, ya?”
“Emh. Aku juga tidak tahu kenapa?” jawab Mohyun sambil melihat tangannya.
            3 Hari kemudian, Mohyun mengkhawatirkan keadaannya yang sering mengalami mati rasa pada organ gerak tubuhnya. Ia pun memeriksa ke rumah sakit.
“Apa kau merasa pusing?” tanya dokter itu.
“Ani”
“Panas?”
“Ani”
“Ada bercak-bercak merah di tubuhmu?”
“Ani”
“Aku akan memberikan resep khusus untuk menghilangkan rasa nyeri dulu. Jika, mati rasa itu tetap kembali dan tumbuh bercak merah, langsung saja temui aku”
“Ne, arraseoh” jawab Mohyun.
            Mohyun pun keluar dari ruang periksa. Mohyun terdiam dan melamunkan keadaanya sekarang.
“Mohyun?” panggil Heejun.
“Ah, ne?”
“Apa yang kau lakukan disini?”
“Ah, aku? Hanya ada urusan kecil” jawab Mohyun sambil tertawa kecil.
“Oh” jawab Heejun.
“Annyeong” ucap Mohyun berpamitan.
“Ne. Hati-hati, ya?” ujar Heejun yang begitu perhatian.
            Beberapa hari kemudian, Mohyun menjalani kehidupannya seperti biasa. Berkuliah, bekerja di Restaurant dan terapi di Rumah Sakit setiap hari Rabu dan Kamis.
“Eomma pulang duluan saja. Aku akan naik bus ke Kampus” ucap Mohyun.
“Jinjja? Baiklah. Eomma pulang dulu”
“Ne. Hati-hati!” Mohyun berteriak. Kemudian, Mohyun langsung menghampiri Kyungsoo yang sedang bernyanyi bersama anak-anak yang di rawat di Rumah Sakit.
“Tada” ucap Mohyun yang langsung duduk disamping Kyungsoo.
“Kau? Kau disini? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kyungsoo.
“Aku tahu Oppa pasti disini. Jadi, aku kesini” ujar Mohyun berbohong.
“Boleh aku meminjam gitarnya?” ucap Mohyun.
“Hah? Kau bisa bermain gitar?” tanya Kyungsoo seraya memberikan gitarnya.
“Ne. Bukan hanya gitar, aku juga bisa bermain Piano dan Biola” jawab Mohyun sambil mengetrim gitarnya.
“Wah…tapi, kenapa kau menjadikan ku sebagai partner mu?” Kyungsoo kagum.
“Karena itulah impian ku selama ini. Tidak apa-apakan?”
“Ah, hahaha. Ne” jawab Kyungsoo sambil tertawa kecil. Ketika mendengar kata-kata itu, Kyungsoo merasa sesuatu yang menusuk hatinya. Tapi, bukan rasa sakit, melainkan rasa yang tidak biasa.
            Mohyun pun memulai detingan gitar yang ia mainkan. Suara indah Mohyun pun membuka lirik awal lagu yang ia nyanyikan.
Machi amugeotdo moreuneun airo geureoke
Dashi taeeonan sungan gachi
Jamshi kkumilkkabwa han beon deo nun gamatda tteo boni
Yeokshi neomu ganjeolhaetdeon ne ape gidohadeut seo isseo

Dan han beonman ne yeopeseo
Bareul matchwo georeo bogopa han beon,
Ttak han beon manyo

Neoui sesangeuro yeorin barameul tago
Ne gyeoteuro eodieseo wannyago
Haemarkge mutneun nege bimirira malhaesseo
Manyang idaero hamkke georeumyeon
Eodideun cheongugilteni

Mikael boda neon naege nunbusin jonjae
Gamhi nuga neoreul geoyeokhae naega yongseoreul an hae
Eden geu gose bareul deurin taechoui geu cheoreom maeil
Neo hanaman hyanghamyeo maeumeuro mideumyeo

Aju jageun geoshirado neol himdeulge haji motage
Hangsang jikigo shipeo i’’m eternally love
Neoui suhojaro jeo geosen barameul makgo
Ne pyeoneuro modu da deungeul dollyeodo
Hime gyeoun eoneu nal ne nunmureul dakka jul
Geureon han saram doel su itdamyeon
Eodideun cheongugilteni

Neol saranghage dwaebeorin nan ije deo isang
Doragal goshi eobseoyo nalgaereul geodwogasyeotjyo (oh no)
Yeongwonhan sarmeul irheotdaedo haengbokhan iyu
Naui yeongwon ijen geudaeinikka eternally love

Neoui sesangeuro yeorin barameul tago
Ne gyeoteuro eodieseo wannyago
Haemarkge mutneun nege bimirira malhaesseo
Manyang idaero hamkke georeumyeon
Eodideun cheongugilteni
PLOK PLOK PLOK
“Wah…aku belum pernah mendengar lagu itu sebelumnya” ucap Kyungsoo sambil tercengang.
“Lagunya dan suaranya bagus sekali, aku sampai–sampai mau ketiduran” ucap salah seorang anak.
“Itu lagu ciptaan ku sendiri. Inilah yang aku tulis di gedung pencakar langit waktu itu” ujar Mohyun.
“Oh…waah DAEBAK. Lagunya sangat menyentuh hati” kagum Kyungsoo.
“Ah…gomawo. Ini hanya untuk tugas di kampus kok” ujar Mohyun.
“Hehehm…itu kenapa? luka, ya?” tanya Kyungsoo saat melihat bercak merah di leher Mohyun.
“Hah? Luka?” ujar Mohyun sambil mencari cermin di tasnya. Mohyun pun langsung melihat lehernya di cermin dan menemukan bercak-bercak merah di lehernya.
“Hah?” Mohyun terkejut dan shock.
“Gwaencanayo?” tanya Kyungsoo.
“Luka ya, Eonnie?” tanya seorang anak perempuan.
“Ani, aniyo. Aku permisi sebentar” ujar Mohyun yang langsung beranjak dan berjalan ke sebuah ruang periksa. Kyungsoo yang melihat itu hanya duduk heran melihat Mohyun.
“Apa benar itu bercak-bercak yang dokter maksud?” tanya Mohyun yang masih terbaring di tempat periksa.
“Ne”
“Hah…be-berarti…”
“Dimana Eomma mu, aku ingin bicara dengannya”
“Dia dirumah”
“Kau bisa hubunginya?”
“Ne”
            Dalam 10 menit, Eomma Mohyun sudah datang dan langsung berbicara kepada dokter. Penjelasan yang cukup panjang disampaikan dokter pada Eomma Mohyun. Perlahan-lahan air mata Eomma Mohyun menetes. Mohyun yang mendengar desis Eommanya itu, hanya termenung dan terdiam.
“Sebaiknya, Mohyun di bawa ke Tokyo untuk mendapatkan pelayan intensif disana. Saya akan mengurus rujukan di Rumah Sakit Umum Tokyo” ucap dokter itu sambil menulis surat rujukan.
“Kenapa tidak disini saja? Apa disini tidak bisa menanganinya?” tanya Eomma Mohyun yang sudah berderai air mata.
“Kami bukannya tidak bisa, hanya saja di Tokyo ada dokter spesialis penyakit XP yang sangat profesional”
“Sebaiknya, bawa Mohyun secepatnya. Sebelum mati rasa yang pernah ia rasakan datang kembali”
“Ehm, Ne. Gomapta” ucap Eomma Mohyun.
“Eomma, Eotteohke?” tanya Mohyun sambil menatap Eommanya yang mengendarai mobil.
“Hemh? Gwaencanayo. Besok kita akan ke Tokyo”
“Besok?”
“Ne. Sesampai di rumah, segera bereskan barang-barang mu”
“STOP!” ucap Mohyun yang membuat Eommanya terkejut.
“Waeyo?”
“Aku ada keperluan sebentar. Eomma pulang saja dulu” ucap Mohyun yang langsung turun dari mobil.
“Jangan lama!” teriak Eommanya.
“Ne”
            Mohyun terus berlari untuk kembali ke Rumah Sakit. Ia terus berlari dan berlari. Yang ia pikirkan hanya Kyungsoo saat itu.
“Hah…hah…” Mohyun mendengus-dengus.
“Mohyun? Kau darimana?” ucap Kyungsoo heran.
“Maukah Oppa berkencan denganku?”
“Ke-kencan?”
“Ne. Jebal!” Mohyun sangat memohon.
“Anak-anak, Kajja! waktunya makan siang” ujar Heejun yang memanggil anak-anak yang setia mendengar nyanyian Kyungsoo.
“Mohyun?” ujar Heejun.
“Ne. An-anyeong Eonnie” sapa Mohyun yang masih bernafas tak normal.
“Ah, Eonnie!” panggil Mohyun yang langsung menghampiri Heejun.
            Mohyun membisikkan sesuatu pada Heejun dan terlihat sangat serius. Kyungsoo yang melihat dua yeoja itu hanya diam sambil memasukkan gitarnya pada tas gitarnya. Setelah selesai, Mohyun berlari-lari menghampiri Kyungsoo.
“Kajja!” ujar Mohyun sambil menarik lengan Kyungsoo. Mereka pun menaikki sebuah bus yang menuju ke Everland atau Lotte World.
“Kita mau kemana?” tanya Kyungsoo yang kebingungan.
“Berkencan” jawab Mohyun sambil tersenyum lebar pada namja di sampingnya.
“Kencan?”
“Hemh…” jawab Mohyun sambil tersenyum. Senyum itu terlihat manis, bukan senyum jail.
            Sesampai di Lotte World, Mohyun langsung menarik Kyungsoo ke tempat pejual Permen Kapas.
“Oppa belikan aku satu, ya?” ujar Mohyun sambil membuat wajahnya beraegyo.
“Ne” jawab Kyungsoo.
“Gomawo, Oppa”
“Ne, cheonma” jawab Kyungsoo tersenyum lembut pada yeoja di sampingnya.
            Setelah puas makan permen kapas, Mohyun mengajak Kyungsoo menaikki wahana permainan yang ada di Lotte Worl. Mulai dari komedi putar, Histeria, dan Kincir Angin.
“Waah…cantik sekali” Mohyun yang kagum melihat taman indah dari atas Kincir Angin. Kyungsoo hanya tersenyum melihat tingkah yeoja dihadapannya itu.
“Oppa?” panggil Mohyun mendadak.
“N-ne?”
“Aku hanya akan mengatakan sekali saja. Jadi, tolong dengarkan baik-baik” ucap Mohyun sambil menatap pekat mata namja imut di hadapannya.
“Aku menyukai Oppa”
JIRRRT
“Ah…sudah berhenti. Kajja kita turun!” ajak Mohyun yang lebih dulu keluar.
“Barusan, apa aku salah dengar, ya? atau…”
“Oppa, ppali!” teriak Mohyun.
“Hah…n-ne” jawab Kyungsoo gugup.
“Kita kemana lagi sekarang?” tanya Kyungsoo.
“Berpisah”
“Berpisah? Apa maksudmu?” tanya Kyungsoo dengan sedikit perasaan khawatir di lubuk hatinya.
“Ne. Kita harus pulang. Ini sudah malam” ucap Mohyun dengan tetap berjalan. Kyungsoo hampir-hampir lupa kalau sudah malam.
“Oh, hoho…” ujar Kyungsoo sambil tertawa malu.
*~*~*~*
“Gomawo, untuk kencan hari ini” ucap Mohyun yang masih duduk di kursi bus.
“Ne, cheonma. Annyeong” sapa perpisahan Kyungsoo yang hendak turun dari bus. Mata jeli Mohyun tak lepas menatap Kyungsoo hingga turun dari bus.
“Oppa!” panggil Mohyun.
“Ne?” Ucap Kyungsoo menoleh setelah turun dari bus.
“Aku berharap, Oppa tidak pernah berhenti bernyanyi dan bermain gitar. Aku selalu ingin mendengarnya” ucap Mohyun dengan wajah sedih.
Kyungsoo yang mendengar itu tampak bingung dengan ucapan yeoja yang lebih muda darinya itu. Kata-kata itu seperti kata-kata perpisahan.
“Annyeonghi Gyeseyo” ucap Mohyun yang langsung membalik wajahnya ke jendela bus. Perlahan menetes air mata mutiara Mohyun yang berlinang itu.
            Kyungsoo tetap berdiri di Halte bus pemberhentian sambil menyerap kata-kata Mohyun tadi. Apa dia mengatakan sebuah perpisahan? pikir Kyungsoo.
            Bus Mohyun pun berhenti di Halte selanjutnya. Ia turun dan berjalan beberapa meter kearah Caffe. Terlihat dari kaca Caffe seorang yeoja yang telah menunggunya. Mohyun pun mempercepat langkahnya agar yeoja yang menunggunya tidak merasa menunggu.
“Mianhae, aku terlambat” ucap Mohyun yang langsung duduk di bangku seberang.
“Ne, gwaencana. Aku juga baru datang” ucap yeoja yang adalah Heejun.
“Mau pesan apa?” tanya seorang pelayan yang menghampiri.
“Aku jus apel saja” ujar Mohyun.
“Aku Teh hangat rasa jeruk” ucap Heejun.
“Ne, dimohon tunggu sebentar” ucap pelayan itu dan segera kembali ke dapur.
“Ada perlu apa kau mengajak ku bertemu disini?” tanya Heejun yang memulai pembicaraan.
“Ah, begini…aku besok pagi jam 6 akan pergi ke Tokyo”
“Waeyo?”
“Aku mengidap penyakit XP. Makanya aku sering ke Rumah Sakit untuk terapi, agar aku bisa beraktifitas seperti manusia normal lainnya. Tapi, terapi itu tidak selamanya bisa membantuku bertahan di bawah sinar matahari. Jadi, aku sangat mohon kepada Eonnie untuk menjaga Oppa Kyungsoo. Aku tahu, Oppa sangat mencintai Eonnie” jelas Mohyun.
“Tap-tapi…” ujar Heejun gagap.
“Jebal Eonnie! dan ini, tolong berikan surat ini untuk Oppa” ujar Mohyun yang memberikan sepucuk surat. Heejun hanya termenung.
“Ini pesanannya! maaf membuat kalian menunggu” ujar pelayan itu sambil meletakkan pesanan mereka ke atas meja.
“Ne, gomawo” ucap mereka hampir bersamaan.
“Ne” jawab pelayan itu dan segera pergi.
“Aku hanya berharap aku cepat sembuh dan segera kembali ke Seoul. Aku tidak ingin berpisah dengan Oppa” lanjut Mohyun.
“Ne, arraseoh. Aku akan memberikan surat ini pada Kyungsoo”
“Gomawo, Eonnie” ucap Mohyun sambil meneteskan air matanya. Heejun yang melihat itu bergegas memberikan sapu tangannya pada Mohyun.
“Ah, mianhae” ucap Mohyun seraya menghapus air matanya. Heejun hanya tersenyum.
*~*~*
Jam 9 pagi…
PLOK PLOK PLOK
“Oppa, benar-benar penyanyi yang hebat. Yang lain lewat” puji seorang anak perempuan manis kepada Kyungsoo.
“Hahaha, kau itu berlebihan manis” ucap Kyungsoo sambil mengelus pucuk kepala anak itu.
“Anak-anak, watunya makan siang. Suster Jung sudah menunggu” perintah Heejun seraya menghampiri Kyungsoo.
“Ne” jawab mereka serentak sambil berlarian.
“Kenapa aku merasa ada yang kurang, ya?” ujar Heejun.
“Ne?” Kyungsoo bingung.
“Cho Mohyun”
“Ada apa dengan Mohyun?”
“Dia pergi ke Tokyo tadi pagi jam 7” jawab Heejun.
“Mwo?”
“Ini! Bacalah surat itu. Itu dari Mohyun. Aku tidak membukanya sama sekali” ujar Heejun sambil memberikan sepucuk surat dari Mohyun. Kyungsoo pun membuka surat tersebut dan membacanya.
Yang tersayang Oppa Kyungsoo,
Annyeong Oppa, Mianhae aku baru bilang sekarang :(. Aku harus pindah ke Jepang karena kondisi ku yang memburuk. Tapi, setelah aku sembuh, aku akan segera kembali. Karena aku tidak bisa kalau tidak mendengar Oppa bernyanyi.
Oppa, aku benar-benar mencintai Oppa. Walau aku tahu Oppa tidak mencintai ku. Karena aku tahu, Oppa mencintai Heejun Eonnie :). Tapi, aku tetap akan menyayangi Oppa.
Oh ya, aku memberikan lirik lagu yang aku nyanyikan waktu itu. Aku berharap Oppa bisa menyanyikan laguku itu suatu saat nanti di depan semua orang. Karena lagu ini tentang perasaanku yang nyata dan tulus dari hati ku Oppa.
Untuk yang terakhir, jeongmal mianhae. Selama ini aku banyak berbohong dengan Oppa. Karena aku tidak ingin menunjukkan kelemahan ku. Aku hanya ingin terlihat ceria di mata Oppa. Aku ingin menjadi yeoja yang kuat, walau pun sebenarnya tidak.
Mungkin hanya ini yang ingin ku sampaikan, selebihnya Oppa bisa dengar dari Heejun Eonnie langsung. Saranghae Oppa…
Yang tersayang,

Cho Mohyun
“Mwoya? hah…apa maksud semua ini, Heejun?” tanya Kyungsoo yang tampak serius.
“Seperti yang kau baca di surat itu” jawab Heejun.
“Ada apa dengan keadaan Mohyun?”
“Di-dia…mengidap penyakit XP. Penyakit yang tidak bisa terkena sinar matahari. Makanya dia harus terapi setiap hari rabu dan kamis. Itu untuk dapat beraktifitas di bawah sinar matahari. Walaupun tidak selamanya membantu” jelas Heejun dengan nada rendah.
“Jinjja…mengapa aku tidak pernah tahu soal ini? Seharusnya aku sudah curiga, bahwa dia sering berada di rumah sakit” ujar Kyungsoo.
“Tapi, cinta Mohyun itu tulus pada mu Kyungsoo” balas Heejun.
“…” Kyungsoo terdiam.
“Sepertinya Mohyun salah paham soal hubungan kita. Dia menganggap bahwa kita itu sepasang kekasih” sambung Heejun.
“Aku akan berusaha mengabulkan permintaan Mohyun” janji tulus Kyungsoo.
*~*4 tahun kemudian*~*
“Hah…hujan!” teriak seorang yeoja.
Dengan cepat, yeoja itu berlari melawan arus hujan yang deras di bawah musim semi di Negara Sakura ini. Yeoja itu pun bergegas masuk ke dalam gedung stasiun kereta.
“Sekilas berita.  Para K-Popers sekalian, bintang Boyband baru dari negeri gingseng dalam naungan SM Entertainment yang di Direkturi oleh Lee Soo Man ini, akan mengadakan Show Case di Negara kita Sakura. Siapa itu? Pastinya kalian sudah pada tahukan? Iyalah EXO. Setelah sukses mengadakan Show Case di Korea Selatan, China, Thailand dan Indonesia, sekarang Negara kitalah tujuan berikutnya. Karena, penggemar EXO di Jepang, tepatnya Tokyo ini memiliki penggemar yang sangat banyak tak kalah dari Negara lainnya. Show Case akan dilakukan di gedung bersejarah, yaitu Tokyo Dome. Dimana hanya orang-orang bertaraf Internasional saja yang bisa bernyanyi di situ.
Penjualan tiket akan dibuka di mulai dari hari ini melalui dua jalur, yaitu di depan gedung Tokyo Dome dan lewat Online. Kabar lebih lanjut bisa buka website penjualan tiketnya di www.ticketshowcaseexo.blogspot.com. Sekian berita pagi ini, saya ucapkan terima kasih” berita di televisi stasiun kereta bawah tanah.
“Sudah di buka? aku harus beli secepatnya” ujar yeoja itu sambil berlari masuk ke gerbong kereta.
            Tak lama kereta berjalan ke stasiun tujuan selanjutnya. Setelah 2 stasiun dilewati, yeoja itu pun turun dan bergegas mencari taksi untuk menuju rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, ia langsung menemui seorang namja yang tengah sibuk memeriksa pasien.
“Oppa!” teriak yeoja itu.
“Ne, Mohyun. Mwo?” tanya namja tampan berparas senyum tipis itu.
“Apa Oppa sudah mendengar berita Show Case EXO itu?” tanya Mohyun sambil mengikuti langkah namja itu.
“Ne. Aku sudah membeli tiketnya. Kelas VIP special”
“Jinjja? waah..daebak. Gomawo Jong Hyun Oppa” ucap Mohyun dengan aegyo.
“Ne. Kajja, kau harus memeriksa pasien mu yang sudah mengantri!” perintah Jong Hyun.
“Ne. Sampai ketemu pulang nanti” ucap Mohyun seraya pergi dari ruangan Jong Hyun.
            Sambil tertawa lepas, Mohyun berjalan ke ruangannya sambil tersenyum ramah tamah pada setiap orang yang ditemuinya di Rumah Sakit. Terasa sangat tegar dan kuat. Itulah yang dirasakan oleh Mohyun sekarang. Setelah melawan kerasnya keadaan kritis penyakit XP yang diderita Mohyun, dimana ketika terbaring lemah di ruang netralisir.
            Untuk berbicara, mengangkat tangan, apalagi berdiri, itu sangat berat untuk Mohyun. Tapi, berkat seseorang yang membuat hidupnya bersemangat lagi, ia dapat seperti sekarang. Ya, itu adalah namja yang bernama Kim Jong Hyun. Seorang Dokter spesialis penyakit XP sekaligus kakak laki-laki Mohyun.
“Maaf membuat menunggu, silahkan nomor urut satu langsung masuk ke ruangan” saran Mohyun pada pasien yang sudah menunggu sesuai nomor urutan.
            Mohyun sekarang menjadi dokter spesialis anak, karena ia tertarik melihat Oppanya. Makanya ia mengubah jurusan kuliah menjadi seorang dokter. Mana lagi Mohyun sangat menyukai anak kecil.
            Perannya tidak hanya menjadi dokter tapi penghibur seperti yang dulu dilakukan Kyungsoo. Ia tetap menyanyi, walaupun menjadi dokter. Mohyun merasa cita-citanya begitu lengkap.
“Sudah selesai?” tanya Oppanya memasuki ruang adik yeojanya itu.
“Ne. Kajja kita pulang! kita harus datang cepat ke Tokyo Dome” ujar Mohyun sambil memegang erat tangan Oppanya.
            Sore jam 3, Mohyun dan Jong Hyun sudah mengantri untuk masuk ke Tokyo Dome. Lapangan sekitar Tokyo Dome begitu padat dan ramai hingga merasa begitu lelah dan kepanasan.
“Huft..” Mohyun menghela nafas lelahnya.
“Kau lelah?” tanya Oppanya.
“Ne. Panas sekali”
“Sini!” ujar Jong Hyun seraya mengipas kertas ke Mohyun agar merasa berangin.
            Sementara itu, EXO sedang bersiap-siap di ruang make-up. Mereka terlihat begitu senang mengetahui bahwa 50.000 orang akan menonton Show Case mereka.
“Waah…ini rekor jeyongmal DAEBAK!!!” ucap Baekhyun.
“Ne. Aku tidak menyangka dalam satu jam tiket habis terjual untuk 50.000 orang” lanjut Chanyeol.
“Oh ya, ini gitar mu” ujar Kai memberikan gitar ke pada Kyungsoo.
“Ne. Gomawo” jawab Kyungsoo.
“FIGHTING!!! kau harus membuat hati EXOTICS berdebar-debar. O.K?” ucap Su Ho.
“O.k” jawab Kyungsoo.
“Setelah performance MAMA, HISTORY dan WHAT IS LOVE?, kau langsung siap-siap” ujar Kris menambahkan.
“Sips” ujar Kyungsoo mengacungkan jempol.
            Tak lama, Show Case EXO pun dimulai dengan sambutan lagu andalan MAMA. Musik mulai dengan teriakkan EXOTICS yang memenuhi ruanga termasuk Mohyun yang begitu girang sampai loncat-loncat.
“D.o, D.o…” teriak Mohyun dengan menggoyang-goyangkan spanduk kecilnya. Semangat Kyungsoo langsung membara ketika mulai menyanyikan lagu MAMA.
            Akhir yang ditunggu-tunggu, Kyungsoo performance Angel dengan gitarnya diikuti dance teman-teman lainnya di belakang. EXOTICS hening saat Kyungsoo mulai memetik gitarnya.
            Suara yang sejernih air itu membuat semua hati dan mata tak lepas menatap Kyungsoo. Lagu Angel yang langsung membuat Mohyun sentak terkejut dan matanya membulat penuh. Mohyun begitu tak menyangka bahwa lagunya benar-benar dibawakannya didepan orang-orang. Hatinya begitu tersentuh hingga akhirnya butiran-butiran bening membasahi pipinya.
“Gwaencanayo?” tanya Jong Hyun.
“Emh…aku hanya terharu mendengar lagunya” ujar Mohyun menghapus air matanya.
            Show Case selesai, EXOTICS pun bergerumuman untuk keluar dari gedung. Bertepatan dengan Mohyun dan Jong Hyun keluar dari gedung, EXO juga keluar dari belakang mereka untuk masuk ke bus pribadi mereka.
“Mohyun?” ujar Kyungsoo yang ragu-ragu.
            Dilihatnya, Mohyun berjalan ke sebuah mobil dengan seorang namja yang tidak ia kenal. Mereka terlihat mesra dan membuat hati Kyungsoo panas.
“Yaa! Apa yang kau lakukan? cepat masuk!” teriak Chen menarik lengan Kyungsoo.
“Hah..” Kyungsoo yang tersadar.
*~*~*~*
Hotel
“Kau mau kemana?” tanya Kai yang melihat teman sekamarnya itu memakai jaket.
“Aku ingin pergi jalan-jalan sebentar” jawab Kyungsoo sambil memakai topi dan kaca mata.
“Perlu ku temani?” tanya Kai yang bangkit dari tempat tidur.
“Tidak perlu. Aku hanya sebentar dan aku tahu kok daerah sini” jawab Kyungsoo.
“Emh. Ne, hati-hati. Kalau ada apa-apa telepon saja aku” ujar Kai yang kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
“Ne, arrseo. Aku pergi dulu” ucap Kyungsoo sambil keluar dari kamar hotel.
            Kyungsoo pun berjalan-jalan di kota Tokyo pada jam 10.00 Pm. Dimana keadaan kota masih cukup ramai. Ia terus menelusuri kota Tokyo sambil berjalan kaki dan ia berhenti di depan sebuah Rumah Sakit. Ia terkejut melihat sosok yeoja yang dirindukannya berjalan di depannya.
“Mohyun?” panggil Kyungsoo lembut.
“Ne? Hah…Op-Oppa?” tanya Mohyun tak percaya.
“Apa benar itu kau?” tanya Kyungsoo yang melihat sosok yaeoja neomu yeoppo dengan seragam putih dokter.
“Ne. Ini aku Mohyun” jawab Mohyun. Setelah mendengar itu, Kyungsoo langsung menghampiri Mohyun dan memeluknya dengan erat.
“Aku merindukan mu Chagi-ya” ucap Mohyun. Mohyun yang mendengar ungkapan itu spontan langsung terkejut dan detag jantungnya tak menentu.
“Hah…” Mohyun kehabisan kata-kata.
“Mi-mianhae” ujar Kyungsoo melepaskan pelukannya.
“Kau kenapa bisa ke sini? apa kau tidak takut fans mu mengejar mu atau ada orang jahat?” tanya Mohyun yang begitu khawatir tingkat  dewi (?)
“Hahaha, gwaencanayo. Kau sendiri ngapain malam-malam begini keluar? dan kau menjadi dokter ya sekarang?” tanya Kyungsoo.
“Ne, aku jadi dokter spesialis anak sekarang. Aku keluar untuk membeli makan malam ku” jawab Mohyun.
“Oh, ku kira…”
“Aku sudah mati?”
“Aniyo”
“Menjadi penyanyi?”
“Ne”
“Aku masih menjadi penyanyi kok”
“Doktel, aku mau tidul” ucap seorang anak cadel yang datang tiba-tiba.
“Hah? ah…ne. Kajja! kau mau ikut?” tanya Mohyun pada Kyungsoo.
“Ne” jawabnya mantap.
            Mereka pun memasuki ruang istirahat anak-anak yang sakit. Mohyun pun mengambil sebuah gitar dan bernyanyi untuk anak-anak di ruangan itu.
            Kyungsoo duduk di samping Mohyun dan terus menatap yeoja disampingnya itu. Mohyun menyanyikan lagu A-Pink My My denga begitu riang. Tak lama mereka semua tertidur lelap.
“Aku ada melihat mu di konser ku waktu itu ketika pulang. Aku agak ragu saat itu. Karena kau bersama namja lain” ucap Kyungsoo lemah.
“Ne? oh, dia Oppa ku. Waeyo? kau cemburu ya?” goda Mohyun.
“Ah, ani-ani. Siapa yang cemburu?” ujar Kyungsoo malu-malu.
“Jujur saja?” goda Mohyun lagi. Tiba-tiba Kyungsoo langsung menatap Mohyun dan membuat Mohyun terdiam.
“M-mwo?” tanya Mohyun gagap.
“Saranghae Chagi-ya” ucap Kyungsoo sambil tersenyum.
dan Chup~
            Kyungsoo mencium pipi kanan Mohyun dan membuatnya memerah seperti tomat matang yang siap di petik. Pipi Mohyun terasa begitu hangat dengan sentuhan lembut bibir Kyungsoo. Mohyun pun tersenyum dengan penuh bunga dihatinya.
^The End^

Tamat deeh…gimana? jelek, bagus, lumayan, ato hambar? #masak ya thor?. Ah…bikin ni fanfic lama sekali, karena tertunda tugas sekolah, study tour en lomba segunung berapi #alay bengats lo thor. Tapi, karena gue loyal ma penggemar, EXO pun nendang gue (?). Mohon kritik dan sarannya ya? karena author butuh makan, #heh? o.O’ hahaha XD. O.k sampai ketemu dengan fanfic baru ya…Annyeong Gyeseyo \^O^/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar