Selamat Datang Di Blog Han Hyo Mi


widget

Kelahiran Iblis


KELAHIRAN IBLIS

Author: Han Hyo Mi
Tokoh: Han Hyo Mi as Park Hyo Jin, Rahma as Cho Mo Hyun, Risa as Gum Hye Weol, Lhia as Jung Na Uel, EXO: Kris, Lu Han, D.O.
Genre: Killer, Friendship and Romantic
Untuk: 15+

“Hah..hah..hah” desis nafas seorang wanita.
“Jangan lari kau!” teriak gerombolan orang-orang.
“Tidak…aku tidak akan pernah membunuh anakku” teriak wanita itu.
            Dimalam yang dingin setelah terbenamnya matahari, seorang wanita telah dikejar-kejar oleh gerombolan masyarakaat. Masyarakat itu menganggap kehamilan itu adalah kelahiran Iblis. Karena tercatat kelahiran anak dari wanita itu akan lahir tanggal 6 bulan 6 tahun 2006 jam 6 menit ke 6 detik ke 6 dan malam bulan purnama.
            Wanita itu terus berlari semakin kedalam hutan. Jam telah menunjukan pukul 06.04. Rasa sakit yang luar biasa sudah tidak dapat ditahankan wanita itu lagi. Wanita itu pun keluar dari hutan dan berusaha mencari seseorang yang bisa membantunya melahirkan. Akhirnya, wanita itu menemukan sebuah papan nama yang bertuliskan BIDAN. Wanita itu pun berlari ke rumah itu.
TOK TOK TOK
“Siapa?” Tanya seorang wanita dari dalam rumah tersebut.
“Tolong…to…long aku!” ujar wanita hamil yang sudah hampir pingsan itu.
“Hah…i..ya” ujar wanita didalam rumah itu yang terkejut melihat wanita hamil itu yang sudah pucat.
            Wanita itu sudah mulai melakukan proses melahirkan. Dengan jeritan yang keras wanita itu tetap berusaha mengeluarkan bayi yang dianggap kelahiran Iblis itu. Keringat yang deras sudah membasahi Bidan dan wanita hamil itu.
“A……” teriakan terakhir yang sangat keras dari wanita hamil itu.
“Hah…syukurlah anak ibu terlahir dengan selamat” ujar Bidan itu.
“Yah…Khamsahamnida” ucap wanita hamil itu sambil tersenyum. Keadaan wanita itu sudah benar-benar sekarat. Nafasnya sudah tidak menentu. Sementara itu, Bidan tersebut memandikan bayi itu.
“Anak ibu perempuan cantik dan tidak mengalami kecacatan sedikit pun” ujar Bidan itu.
“Ibu mau memberi namanya siapa?” lanjut Bidan itu.
“Bu, Ibu” panggil-panggil Bidan itu. Bidan itu merasa bingung karena Wanita itu tidak merespon pembicaraannya. Setelah selesai memandikan bayinya, Bidan itu pun langsung mengatar bayi itu kepada wanita itu. Tida disangka wanita itu….
“A…..” teriak Bidan itu melihat wanita itu telah meninggal dengan keadaan tubuh mengering seperti mumi dengan mulut menganga dan mata yang hampir lepas.
            Bidan itu sangat panik dan bingung. Tangannya gemetaran dan tubuhnya berkeringat dingin. Perlahan-lahan Bidan itu menatap Bayi yang di gendongnya. Bayi itu tampak tenang dan tidak memiliki ekspresi. Mata Bayi yang hitam legam itu tiba-tiba berubah menjadi merah menyala. Bidan itu pun meletakkan Bayi itu dikeranjang bayi dan menyeret wanita hamil tadi kebelakang rumah dan menguburnya. Setelah selesai, ia bergegas membawa bayi itu ke Panti Asuhan.
TOK TOK TOK
“Iya, sebentar” ujar seseorang dari dalam Panti Asuhan.
“Ada apa?” Tanya si wanita yang membukakan Pintu.
“Ini, bayi ini aku serahkan ke Panti ini. Ibu si bayi ini sudah meninggal dan aku tidak bisa merawatnya” ujar Bidan itu dengan gemetaran.
“Hah? i..iya” ujar Wanita itu sambil mengambil Bayi itu.
            Bidan itu pun lari entah kemana. Ia tidak pernah kembali ke rumahnya lagi. Tidak disangka kejadian itu terus menghantuinya dan membuat jiwanya terganggu. Akhirnya, Bidan itu dimasukan ke rumah sakit jiwa.
~ ~ 12 Tahun Kemudian ~ ~
“Pindahkan kesana saja!” teriakku.
“O.K” jawab Gum Hye Woel.
“Ini dimana?” Tanya Jung Na Uel.
“Tendanya sudah siap!” ujar seseorang.
“O.k. Terima kasih atas kerja samanya” ujarku.
            Namaku Park Hyo Jin, seorang mahasiswi di Universitas Nasional Seoul bersama 2 teman dekatku yaitu, Park Hye Weol dan Jung Na Uel. Kami mengikuti Organisasi Bakti Sosial yang digunakan untuk membantu Panti Asuhan dan masyarakat miskin. Anggota kami setiap bulannya akan selalu bertambah 2-3 orang dan akan berkurang 1-2 setiap 2 bulannya. Pacarku juga menjadi salah satu anggota di OBS.
            Saat ini kami sedang mengadakan makan bersama dalam acara Penyambutan Musim Dingin. Acara seperti ini selalu dilakukan 1 tahun sekali. Kebahagia mereka adalah kebahagian bagi kami.
“Terima kasih kepada Ibu Kepala Panti Asuhan dan teman-teman yang telah membantu acara Penyambutan Musim Dingin kali ini. Tanpa kerja sama yang kuat, acara ini mungkin tidak berjalan dengan baik. Baiklah, kita buka saja acara ini” ucapku.
            Kami pun makan siang bersama dihalaman Panti Asuhan itu. Setelah selesai, kami membagi-bagikan barang dan uang yang telah kami kumpulkan dari masyarakat untuk anak-anak Panti Asuhan. Mereka sangat semangat ketika kami membagi-bagikannya. Tapi, ada 1 anak yang baruku sadari bahwa dari tadi dia hanya duduk melihat kami.
“Ini hadiah untukmu!” ujarku seraya menghampirinya dan duduk disampingnnya. Gadis itu hanya diam dan mengambil hadiah yang aku berikan.
“Nama kamu siapa?” Tanyaku.
“Mo Hyun. Cho Mo Hyun” ujarnya yang akhirnya berbicara.
“Nama yang cantik seperti orangnya” pujianku.
            Tidak aku sadari bahwa dari kejauhan seorang Ibu Panti Asuhan sedang melihat ku dan Mo Hyun. Ibu itu melihat dengan penuh ketakutan. Kedua tangannya saling berpegangan dan gemetaran. Mo Hyun langsung menatap sinis ke arah Ibu Panti itu. Aku pun ikut menatap kemana Mo Hyun melihat. Ibu Panti itu langsung terkejut dan spontan langsung masuk ke gedung Panti Asuhan.
“Emh…hah” nafas legaku.
“Kau sangat terlihat senang hari ini” ucap Na Eul.
“Tentu saja. Melihat mereka bahagia membuat hatiku benar-benar nyaman” jelasku.
“Kau juga selalu membuatku nyaman” ujar Kris pacarku yang tiba-tiba langsung berjalan disampingku.
“Cie, cie” ejek mereka.
~ ~ ~ ~
“Daaar, Annyeong Hye Weol” kejut ku untuk Hye Weol.
“Huft…kau ini!”
“Hehemh…mana Na Eul?” tanyaku sambil mengambil Kopi Hangat milik Hye Weol dan duduk disampingnya.
“Belum datang. Mungkin, masih membersihkan Salon milik tantenya” jawab Hye Weol.
“Emh…” jawabku sambil masih meminum Kopi.
“Yaa…kau ini! Beli sendiri dong” ucap Hye Weol merebut Kopinya.
“Yah”
“Hey…” kejut Na Uel dari belakang.
“Waah...baru di omongin sudah datang”
“Ngomongin apaan?” Tanya Na Eul sambil mengambil Kopi Hye Weol dan duduk didepan kami. Belum sempat diminum, gelasnya sudah ditarik Hye Weol.
“Kau ini juga, sama kayak Hyo Jin” ucap Hye Weol sambil mengetek jidad Na Uel.
“Hahaha” tawa belalakku.
“Iihs” keluh Na Uel kesakitan.
“Oh, ya. Aku pengen mengadopsi salah satu anak di Panti Asuhan kemarin”
“Mwo? Untuk apa?” Tanya Hye Weol.
“Menemaniku diapartemen”
“Hemh?” bingung Na Uel.
“Iya. Aku kan tinggal sendiri. Aku merasa kesepian” jelasku.
“Kan Kris dan kami selalu ke apartemen mu?” Tanya Hye Weol.
“Iya, sih. Tapi, kan kalau malam aku sendirian”
“Ya, asalkan kamu yakin dengan tindakanmu kami mendukung saja kok” ucap Hye Weol sambil tersenyum.
“Kalian mau menemaniku ke Panti Asuhan itu lagikan?”
“Aduh, aku kalau hari ini nggak bisa. Aku harus bantu tanteku belanja barang-barang salonnya.Heheh…mianhe” jelas Na Uel.
“Iya nggak apa-apa. Aku bisa aja kok sama Hye Weol”
“Emh…aku akan menemani Hyo Jin” ucap Hye Weol.
~ ~ ~ ~
TOK TOK TOK
“Iya, sebentar” ucap seseorang dari dalam Panti Asuhan.
“Eh, Nona Hyo Jin. Ada perlu apa kesini? Ah…silahkan duduk” ujar Ibu Panti Asuhan yang pernah melihatku bersama Mo Hyun.
“Aku ingin mengadopsi salah satu anak disini untuk menemaniku di apartemen” jelasku.
“Oh, baiklah. Aku akan mengambilkan album poto anak-anak disini”
“Ah, tidak perlu. Aku sudah menentukan siapa yang akan menjadi anak yang aku adopsi”
“Siapa?” Tanya Ibu itu.
“Cho Mo Hyun”
“Cho Moh Hyun?”
“Iya”
“Kamu yakin?”
“Tentu saja. Memang ada apa?”
“Ah…ti…tidak ada apa-apa. Aku akan membawa Mo Hyun kesini” jawab Ibu itu gugup.
            Aku dan Hye Weol pun menunggu sambil berbincang-bincang dikursi teras. Tidak lama munculah dari balik pintu seorang gadis manis dengan rambut hitam panjangnnya. Dia tersenyum kepadaku dan mebghampiriku.
“Annyeong, Mo Hyun” salamku sambil tersenyum.
“Annyeong, Noona” jawabnya sambil tersenyum manis.
“Khamsahamnida, sudah mau mengadopsiku” ucap Mo Hyun.
“Ne, Cheonma”
“Hyo Jin, Kris sudah menjemput kita” ujar Hye Weol melihat pesan dari Hp-nya.
“Emh. Gamsahamnida, maaf merepotkan” ucapku sambil menundukan badan ku.
“Ne, Cheonma. Tidak kok, tidak sama sekali” ujar Ibu itu.
“Ya sudah, kami pulang dulu”
“Ya, hati-hati”
“Emh” jawab ku sambil tersenyum.
            Kami pun berjalan ke depan gerbang untuk menghampiri Kris yang sudah menunggu kami. Tidak disangka, Mo Hyun menatap kebelakang pada Ibu Panti Asuhan itu. Tentu saja Ibu itu kaget. Lagi-lagi tangan Ibu Pnti gemetaran seperti kemarin. Wajahnya pun pucat pasi.
~ ~ 5 Tahun yang Lalu ~ ~
“Ah…” teriak Mo Hyun kesakitan.
“Mo Hyun…Mo Hyun ada apa?” panggil Ibu Panti Asuhan itu.
“Dasar kucing gila!” amarah Mo Hyun yang langsung menyakar-nyakar kucing tersebut dan merobek-robeknya hingga hancur. Ibu Panti itu pun kaget dan ketakutan melihat keganasan Mo Hyun.
“Ap…apa yang kau lakukan?” Tanya Ibu itu. Mo Hyun pun menatap kebelakang pada Ibu Panti itu. Mo Hyun menatapnya penuh amarah dan tiba-tiba lensa matanya berubah menjadi merah.
“Mo…Mo Hyun, ada apa denganmu?”
“Jika kau tidak ingin seperti Kucing ini, pergilah!” usir Mo Hyun seraya bangkit berdiri. Ancaman itu menambah ketakutan Ibu Panti itu. Hampir seluruh tubuh Mo Hyun penuh dengan darah Kucing itu. Tanpa, berpikir panjang lagi, Ibu itu langsung pergi meninggalkan Mo Hyun yang sedari menatapnya.
            Kejadian lain lagi, ketika makan malam Mo Hyun tidak ada diruang makan malam. Ibu Panti pun sangat panik. Ibu panti sudah berkeliling Panti Asuhan. Tapi, tidak dapat menemukan Mo Hyun berada.
“Dimana anak itu?” bingung Ibu itu. Tiba-tiba dari atas Plavon jatuh sebuah tetes darah di hidung Ibu Panti itu. Ibu itu pun menyentuh tetes darah itu dan menatap ke atas. Ibu Panti itu pun berlari ke atas Plavon dan menemukan Mo Hyun disana.
“Mo Hyun?” panggil Ibu Panti itu yang melihat Mo Hyun duduk membelakanginya. Ibu itu pun menyentuh pundak Mo Hyun. Mo Hyun pun menatap Ibu Panti itu dengan darah penuh dimulutnya. Banyak bangkai tikus disekitar Mo Hyun dan ditangannya.
“A…a…” ketakutan Ibu itu sambil gemetaran. Mo Hyun langsung menutup mulut Ibu Panti itu sebelum ia berteriak.
“Jika kau berani-berani berteriak dan bilang pada Ibu Kepala, nyawamu akan hilang seperti tikus-tikus itu” ancam Mo Hyun. Ibu Panti pun mengangguk-angguk mengerti sambil menangis ketakutan. Mo Hyun pun menghapus darah yang ada dibibirnya dengan Ibu Jarinya sambil menatap sinis kepada Ibu Panti itu. Ibu Panti hanya dapat terduduk sambil menangis ketakutan.
~ ~ ~ ~
            Kami pun melambai-lambaikan tangan kepada Ibu Panti yang sedari melihat kami. Dengan gemetaran Ibu Panti pun mengangkat tangannya dan mebalas lambaian tangan kami. Mo Hyun tersenyum kepada Ibu Panti itu.
“Sini barangnya, biar aku masukan ke bagasi” ujar Kris yang langsung mengambil barang-barang yang di bawa Mo Hyun. Mo Hyun terkejut dan langsung menatap wajah Kris. Mo Hyun hanya mengangguk.
            Selama di mobil, aku asik mengobrol bersama Kris di kursi depan. Sedangkan, Hye Weol asik online Facebook di I-Padnya dan Mo Hyun hanya diam dan menatap Kris selama perjalanan ke apartemenku.
“Kita sudah sampai!” teriak ku riang seraya keluar dari mobil.
“Ini apartemen, Noona?” Tanya Mo Hyun yang juga ikut menatap Apartemen yang benar-benar besar dan megah itu.
“Emh. Ayo kita masuk!” ajakku yang langsung menariknya ke dalam gedung Apartemen itu. Sementara itu, Kris dan Hye Weol membawakan barang-barang Mo Hyun.
“Waah…Apartemen Noona sangat mewah sekali, Noona sepertinya orang kaya” ucap Mo Hyun.
“Ah…tidak juga. Ini hadiah dari orang tua ku dulu” sambil membersihkan sebuah kamar.
“Sekarang, mereka dimana?”
“Bersama Tuhan”
“Hah? Maksudnya meninggal?”
“Ne”
“Ah…mianhe Noona”
“Tidak apa-apa. Sekarangkan aku memiliki ade baru” ucapku sambil memusutkan telapak tanganku pada rambutnya.
“Kalian ini enak sekali!” ujar Hye Weol yang membawakan koper Mo Hyun.
“Hehehe” tawa kecilku.
“Dimana kamar Mo Hyun?” Tanya Kris.
“Tuh” tunjukku.
TING TONG (Suara Bell)
“Iya, sebentar” ucapku berteriak. Aku pun bergegas membuka pintu.
“TADA!” ucap Na Uel, Lu Han dan D.o.
“Hoh? Kalian datang”
“Emh…” jawab Na Uel sambil membawakan belanjaan.
“Kita akan mengadakan pesta kedatangan ade barumu” lanjut D.o.
“Ah, kalian ini repot-repot. Oh ya, Na Uel, bukannya kamu harus menemani tantemu ke Swalayan?”
“Sudah. Cukup susah untuk dapat kebebasan dari tanteku itu” sewot Na Uel.
            Malam itu, kami sangat bersenang-senang dengan pesta kecil yang di buat teman-temanku. Mo Hyun pun ikut tertawa dengan kami. Itu adalah hal yang pertama kalinya untuk Mo Hyun.
Pesta telah selesai, teman-temanku pun pulang. Badan ku hari ini benar-benar telah merasa sangat lelah. Aku bergegas ingin segera tidur.
“Kau tidak tidur?” Tanyaku pada Mo Hyun yang sedari melihatku membereskan tempat tidurku.
“Aku akan tidur setelah Noona tidur” ucapnya yang berdiri didepan pintu.
“Sepertinya, teman-teman Noona sangat baik dengan Noona?” Tanya Mo Hyun tiba-tiba.
“Emh. Mereka sangat baik dan setia kawan. Kami telah saling mengenal selama 3 tahun”
“Oh. Noona, apa Noona pacaran dengan Oppa Kris?”
“Hah? Oh…iya”
“Sejak kapan?”
“Sejak kami saling bertemu dikelas bahasa Perancis”
“Oh. Dia terlihat sangat menyayangi Noona”
“Jinja? Hehemh…syukurlah kalau begitu” aku tersenyum menatapnya. Dia hanya memiliki ekspresi datar.
“Emh…ya sudah, aku akan segera tidur” ujarku yang langsung merebahkan badanku. Mo Hyun masih berdiri didepan pintu. Tidak lama, ia mematikan lampu dan menutup pintu kamarku.
~ ~ ~ ~
“Kenapa aku memakai seragam ini?” Tanya Mo Hyun yag tampak resah dengan seragam yang aku berikan.
“Untuk pergi ke sekolah”
“Sekolah?”
“Emh. Kau harus sekolah. Agar kau menjadi orang yang sukses”
“Tapi, kenapa? Bukankah aku diadopsi hanya untuk menemani mu”
“Memang. Tapi, kau juga harus mendapatkan hak seperti orang-orang seumur kamu juga” ujar ku yang memasangkan dasi dileher Mo Hyun.
“Nah, sekarang sudah selesai. Aku akan mengantarmu kesekolah barumu. Ayo!” ajakku.
            Aku pun mengendarai mobilku dengan santai ke sekolah baru Mo Hyun. Mo Hyun hanya diam selama dalam perjalanan. Mukanya tetap saja tidak memiliki ekspresi. Aku sempat bingung untuk mengajaknya berbicara. Aku pun menghidupkan lagu-lagu Favoritku di VCD mobilku. Akhirnya kami pun tiba di sekolah.
“Nah, ini sekolahmu. Kamu tinggal masuk saja” ujarku.
“Emh. Gomawo. Annyeonghaseyo”
“Ne, Annyeong” ucapku sambil perlahan-lahan menjalankan mobilku.
~ ~ ~ ~
“Bagaimana?” Tanya Hye Weol.
“Apa?” ujarku sambil memasukan sebuah sushi ke mulutku sambil menatap layar monitor Laptopku.
“Mo Hyun”
“Oh. Baik-baik saja. Dia sudah mulai sekolah hari ini”
“Jinja?” Tanya Na Eul.
“Emh”
“Annyeong” sambar Lu Han yang meraih sushi dari sumpitku.
“Yaa…kau ini!” teriakku.
“Karma deh” olok Hye Weol.
“Oh ya, sore ini kita jadi beli bahan-bahan untuk Sosialisasi dijalankan?” Tanya Lu Han.
“Oh iya, aku lupa. Emh…jadi”
“Tapi, siapa yang akan menjemput Mo Hyun?” Tanya Na Eul.
“Oh iya, emh…hehemh” aku menyengir menatap Hye Weol.
“Aku? Aku nggak bisa. Aku kan harus mengantar baju untuk sosialisasi kita ke sablon” jawab Hye Weol.
“A…aku juga disuruh bantu-bantu tanteku disalon.hehehe” ujar Na Eul
“Yah, siapa donk? Emh…Kris” ide yang ada dikepalaku. Aku langsung meraih Hp-ku dan memanggil nomor Kris.
“Annyeonghaseyo”
“Annyeong” jawab Kris.
“Kau dimana?” tanyaku
“Di Perpus. Kenapa?”
“Emh, habis pulang sekolah kamu sibuk nggak?”
“Nggak, kenapa?”
“Kamu bisa jemput Mo Hyun disekolah?”
“Oh, Bisa. Memang kamu kenapa?”
“Aku sama Lu Han harus membeli bahan-bahan Sosialisasi”
“Oh, Ne”
“Mianhe, merepotkanmu”
“Ah, tidak kok”
“Gomawo”
“Ne, Cheonma Aejong” ujar Kris lembut. Aku pun mematikan teleponku.
~ ~ ~ ~
            Aku dan Lu Han pun pergi membeli bahan-bahan Sosialisasi. Cukup banyak yang kami beli sampai-sampai tanganku penuh dengan barang-barang. Lu Han tertawa kecil melihat tingkahku itu.
“Sini, biar ku bantu” ujar Lu Han meraih beberapa barang yang ku gendong.
“Hehehm…gomawo” ucapku sambil tertawa kecil.
“Berapa semua ini?” ucapku kepada kasir.
“Rp 250.000,-“
“Oh, ini”
“Khamsahamnida, datanglah kembali”
“Ne, Cheonma” balasku.
“Kau yakin tidak inginku antar pulang?” tawarku pada Lu Han.
“Tidak. Rumahku kan tidak jauh dari sini”
“Baiklah. Hati-hati”
“Emh” ujar Lu Han sambil melambaikan tangannya kepadaku.
            Aku pun bergegas pulang. Sebelum sampai dirumah aku membeli bahan makan siang. Aku membeli beberapa bahan makanan Favorit Kris. Saat memilihnya, aku kadang-kadang tersenyum sendiri dan membayangkan ketika aku sudah menikah dengan Kris dan memiliki anak. Aku memasakan masakan Favorit mereka. Betapa bahagianya aku bisa melakukan semua itu sebagai Ibu Rumah Tangga yang baik.
“Annyeong” salam ku sambil membuka Pintu Apartemenku.
“Annyeong” jawab Kris dan Mo Hyun.
“Wah, Lagi main apa ini?” ujarku yang langsung menghampiri mereka.
“Main Ular Tangga” jawab Mo Hyun dengan riang.
“Ya, sudah. Aku akan masak untuk makan siang. Kris, kamu makan disini saja dengan kami” ajakku.
“Ne, Oppa” mohon Mo Hyun.
“Ya, karena Mo Hyun memohon, apa boleh buat” ujar Kris sambil menatap Mo Hyun. Mo Hyun sejenak terdiam melihat wajah Kris dan ia melanjutkan permainan ular tangganya karena mukanya tiba-tiba memerah.
“Heh…senangnya melihat mereka cepat akrab” ujarku sambil mengeluarkan belanjaan. Aku pun memasak makan siang didapur. Tiba-tiba Kris memelukku dari belakang.
“Ah…Kris. Ada apa?” tanyaku yang terkejut. Kris hanya diam dan tetap memelukku.
“Aku sedang memasak, Kris” ujarku yang ingin melepaskan pelukkannya.
“Hanya sebentar. Aku lama tidak memelukmu”
“Heh” tertawa kecilku.
            Tidak ku sadari Mo Hyun melihatku dan Kris. Mata hitamnya berubah menjadi merah menyala dan tangannya mengepal kuat. Rasa cemburu yang membara dihati Mo Hyun memiliki dendam terhadapku.
TING TONG (Suara Bell)
“Hah?” Mo Hyun yang terkejut dan mata merahnya kembali seperti semula.
“Iya, sebentar” ujar Mo Hyun yang berjalan ke pintu. Kris pun melepaskan pelukkannya dan menghampiri ke ruang tamu.
“Hai, Mo Hyun” ucap D.o dengan tersenyum lebar.
“Hai” sapa balik Mo Hyun dengan datar.
“Hai, Kris” sapa D.o.
“Hai, tumben kesini. Ada apa?” ucap Kris.
“Aku punya rencana buat liburan musim dingin kali ini”
“Jinja?” ujar Kris.
“Emh. Kita akan ke bukit dan kita buat permainan disana”
“Emh…sepertinya menarik” jawab Kris.
“Berarti kamu setuju?”
“Emh” jawab Kris.
“Kamu, bagaimana Hyo Jin?”
“Aku terserah saja. Oh ya, ajak Mo Hyun juga ya?”
“Tentu. Dia juga harus ikut”  ucap D.o. Mo Hyun hanya tersenyum kecil.
“D.o, kamu sudah makan siang?”
“Belum. Mau ngajak makan ya?”
“Hahaha, iya. Ayo kita maka sama-sama!” ajakku sambil menata ruang makan.
~ ~ Liburan ~ ~
“Ayo kita mulai permainannya!” teriak Na Uel yang riang.
“Baiklah. Kita akan berangkat sendiri-sendiri ke hutan itu. Disana sudah kupasangkan panah-panah jalan. Jadi, kalian harus mengikuti arah panah itu dan temukan bendera di sekitar hutan itu. Yang pertama Kris, Kedua Hye Weol, Ketiga aku, Keempat Na Uel, Kelima Lu Han, Keenam Mo Hyun, Terakhir Hyo Jin” jelas D.o.
“Pasti yang terakhir” keluhku.
“Mungkin karena belum beruntung” olok Hye Weol.
“Eissh” aku hanya mengoceh.
            Kami pun mulai bergerak berangkat ke hutan. Semakin naik ke bukit, cuaca semakin dingin. Syukurnya kami memekai baju tebal. Satu persatu telah berangkat, akhirnya giliran Mo Hyun. Cukup lama aku menunggu Mo Hyun yang harus lebih jauh dariku. Rencana Mo Hyun pun dijalankan.
“Hai, serigala manis. Kau sepertinya lapar?” ujar Mo Hyun yang memusut lembut tubuh Serigala ganas itu di tengah Hutan.
“Kau akan makan enak sore ini” ujar Mo Hyun yang memberikan 2 sarung tangan ke hidung serigala itu dan mata Mo Hyun yang hitam itu bersinar merah sejenak.
“Huh…sepertinya Mo Hyun sudah jauh. Sekarang giliranku. FIGHTING!!!” ujarku penuh semangat.
            Aku sudah berjalan cukup jauh dari tempat awalku. Telapak tangan ku sangat dingin dan mungkin sudah membeku. Hari mulai gelap, aku pun mempercepat langkahku.
“Aduuuh, tanganku dingin sekali. Aku lupa membawa sarung tanganku” keluhku.
“Dimana bendera itu? Huh…” ujarku yang meniup-niup tanganku. Mataku tidak lepas menatap pohon-pohon disana.
“Ah…itu dia!” teriakku dengan semangat melihat bendera diatas pohon didepanku.
            Sementara itu, Kris dan yang lainnya sudah sampai di depan Villa. Sudah setengah jam mereka menungguku dan matahari pun sudah terbenam.
“Dimana Hyo Jin?” ujar Na Uel Khawatir.
“Sudah setengah jam kita disini” ujar Hye Weol. Kris pun tampak gelisah dan tidak tenang.
“Aku harus menyusulnya” ujar Kris yang bangkit dari tempat duduknya.
“Aku ikut” ujar D.o yang juga tampak sangat khawatir.
“Aku juga ikut” ujar Lu Han.
“Kau tunggu di sini saja. Jaga mereka” ujar D.o. Lu Han pun hanya menuruti apa kata D.o. Mo Hyun mengepal tangan saat melihat Kris pergi untukku.
~ ~ ~ ~
“Sedikit lagi” ujarku sambil menyodok-nyodokkan ranting kayu pada bendera itu. Aku mendengar sebuah desis menakutkan.
“Hah? Apa itu?” ujarku. Aku pun mengeluarkan Hp-ku untuk menyinari sebuah desis yang menakutkan itu.
“Hah? Se...se…serigala?” ujarku gemetaran. Serigala itu cukup besar dan sangat mengerikan. Dari mulut serigala itu mengeluarkan air liur nafsu lapar. Tubuhku gemetaran dan rasa ingin teriak. Perlahan-lahan aku membalik badanku. Tapi, kakiku menginjak tumpukan daun kering dan mengeluarkan suara.
Kheeeerk (desis serigala yang siap menerjang)
“A…..” teriakku sambil merunduk. Kris muncul dan langsung melempar serigala itu dengan pisau. Serigala itu pun langsung mati.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Kris. D.o pun menghampiri kami. Aku tidak dapat berbicara dan tubuhku masih gemetaran. Tubuhku terasa membeku dan aku pun pingsan.
“Hyo Jin, Hyo Jin!” teriak Kris.
“Sebaiknya, Hyo Jin cepat kita bawa ke Villa” usul D.o. Mereka pun bergegas membawaku ke Villa.
“Hyo Jin, ada apa dengannya?” Tanya Hye Weol khawatir.
“Dia pingsan karena kedinginan dan ketakutan” jelas D.o. Kris langsung membawaku kemar dan merebahka ku ke tempat tidurku.
“Ketakutan?” Tanya Na Eul.
“Dia hampir di serang seekor Serigala”
“Serigala?” kaget Lu Han.
“Kau serius?” ujar Hye Weol yang langsung memegang tangan D.o.
“Untuk apa aku bohong” ujar D.o. Hye Weol, Na Eul, Lu Ha dan D.o langsung menghampiriku dikamar.
“Bagaimana keadaannya?” ujar Na Eul.
“Dia demam tinggi” jawab Kris yang duduk disampingku yang tertidur lelap.
“Badannya benar-benar hangat dan masih gemetaran” ujar Hye Weol yang memegang jidadku.
“Oh ya, dimana Mo Hyun?” Tanya D.o.
“Oh iya, aku juga tidak melihatnya sejak tadi” ujar Na Eul.
“Sebaiknya kita keluar saja dulu. Biar Kris yang menjaga Hyo Jin” ujar Lu Han. Mereka pun keluar dan meninggalkanku dan Kris.
“Kau pasti kedinginan” ujar Kris yang berbaring disampingku dan memberikan pelukkan hangat.
“Kau yakin tidak melihatnya?” Tanya D.o.
“Aku yakin. Sejak Kau dan Kris pergi, Mo Hyun sudah tidak ada bersama kami” ujar Hye Weol.
“Mianhe, aku tidak menjaga mereka dengan baik” ujar Lu Han yang merasa bersalah.
“Aku akan cari dia di toilet” ucap Hye Weol.
~ ~ ~ ~
“Heh…benar-benar mengecewakan” ujar Mo Hyun yang mata hitamnya sudah berubah menjadi  merah.
“Seharusnya aku menyuruh Singa bukan serigala” ujar Mo Hyun.
“Apa maksudmu?” ujar Hye Weol yang mendengar perkataan Mo Hyun.
“Kau? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Mo Hyun sambil menatap penuh amarah kepada Hye Weol.
“A…aku?” gugup Hye Weol karena melihat mata merah Mo Hyun.
“Kau? Kau kan yang membuat serigala itu ingin menyerang kepada Hyo Jin? Kenapa?” teriak Hye Weol.
“Kenapa? Karena aku cemburu. Aku cemburu melihat Noona dengan Oppa Kris” jelas Mo Hyun sambil menatap tajam Hye Weol.
“Apa? Cemburu? Kau menyukai Kris? Apa kurang Hyo Jin padamu, hah? Dia sudah begitu baik terhadapmu. Kau ingin menghianatinya?” ujar Hye Weol yang sudah mulai marah.
“Sebaiknya kau tidak usah ikut campur urusanku?”
“Urusanmu? Ini juga urusanku karena Hyo Jin adalah sahabatku”
“Sahabat?”
PRAAAANG (pecahan kaca)
            Mo Hyun memecahkan cermin toilet dan mengambil pecahan cermin yang cukup besar. Dia mengarahkan pecahan cermin tersebut kepada Hye Weol. Hye Weol sangat kaget dan kebingungan.
“Ma…Mau apa kau?” Tanya Hye Weol ketakutan. Mo Hyun hanya diam sambil menatap sinis ke arah Hye Weol. Mo Hyun pun melemparkan pecahan cermin itu ke arah Hye Weol.
“Argh…” keluh Hye Weol yang mendapatkan tancapan cermin diperutnya.
“Hah?” suara desis Na Eul yang melihat Hye Weol. Tangan Na Eul gemetaran saat melihat Hye Weol tewas seketika. Tatapan Mo Hyun pindah ke arah Na Eul yang mengintip dari balik dinding pintu toilet.
“Ah” Na Eul yang terkejut. Na Eul langsung berlari ke kamarnya dan membereskan barang-barangnya. Na Eul yang ke takutan langsung pergi tanpa sepengetahuan yang lain.
“A…..” Teriak Mo Hyun.
“Hah? Suara Mo Hyun” ujar Lu Han.
“Suara siapa itu?” ujar Kris yang langsung menemui D.o dan Lu Han. Kris, Lu Han dan D.o pun langsung menghampiri Mo Hyun.
“Oppa” ucap Mo Hyun yang langsung memeluk Kris.
“Ada apa?” Tanya Kris.
“Noona, Noona Hye Weol” ujar Mo Hyun yang tiba-tiba menangis.
“Hah?” ujar D.o dan Lu Han terkejut melihat tubuh Hye Weol tergeletak tanpa nyawa dengan perut yang tertancap pecahan cermin.
“Apa yang terjadi, Mo Hyun?” Tanya Kris.
“Aku tidak tau, Oppa. Waktu aku ke sini, tiba-tiba Noona Na Eul keluar dari Toilet dan aku sudah melihat Noona Hye Weol seperti itu” ujar Mo Hyun yang masih memeluk Kris sambil membuat tangisan dramatisnya.
“Ada apa ini?” tanyaku yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. Aku pun terkejut dan syok melihat Hye Weol.
“Hah? Hye…Hye Weol” ujarku langsung terjatuh lemas.
“Hyo Jin!” teriak Lu Han dan D.o.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya D.o.
“Apa yang terjadi? Kenapa Hye Weol seperti itu?”
“Noona” panggil Mo Hyun yang langsung memelukku.
“Ini semua karena Noona Na Eul” ujar Mo Hyun.
“Na Eul? Apa maksudmu? Na Eul tidak mungkin seperti itu” ujarku yang langsung melepaskan pelukkan Mo Hyun.
“Tapi, aku melihatnya, Noona” jelas Mo Hyun yang keras.
“Tidak. Ini tidak mungkin” ujarku yang mulai meneteskan air mata.
~ ~ Pemakaman Hye Weol ~ ~
            Aku duduk dan tak pernah berpaling untuk menatap poto Hye Weol. Senyum di poto itu tidak pernah membuatku ragu akan kesetiaannya. Aku masih ragu dengan apa yang dikatakan Mo Hyun. Kami bertiga sampai sekarang sangat baik-baik saja. Jarang sekali kami bertengkar. Mataku benar-benar sembab dan memiliki kantung.
“Hyo Jin? Kamu terlihat pucat. Sebaiknya kita pulang dan istirahat” ucap Kris. Aku hanya mengeleng-geleng.
“Ne. Nanti kamu sakit” ujar D.o. Mo Hyun hanya diam tanpa ekspresi melihatku.
“Aku harus menemui Na Eul. Aku harus tau kebenarannya” ujarku yang langsung bangkit dan pergi dari pemakaman Hye Weol.
~ ~ ~ ~
“Apa? Rumah Sakit Jiwa?” ujarku terkejut.
“Iya. Ibu terpaksa harus memasukkannya ke sana. Karena dia terus berteriak dan mengamuk. Dia sudah melukai adenya sendiri” ujar Ibu Na Eul yang menangis.
            Aku, Kris, Lu Han, D.o dan Mo Hyun pun bergegas ke Rumah Sakit Jiwa yang dimaksud Ibu Na Eul. Saat kami memasuki taman RSJ itu, kami melihat Na Eul duduk di taman sendirian. Kami pun menghampirinya.
“Na Eul?” panggilku. Na Eul pun menoleh ke arah ku dan langsung memelukku.
“Na Eul, kau baik-baik saja?” tanyaku. Na Eul hanya diam dan tetap memelukku. Ketika dia menatap Mo Hyun di belakangku, dia langsung melepaskan pelukkannya.
“Usir dia! Usir! Dia pembunuh! Dia itu Iblis! Menjaulah kau!” ujar Na Eul yang teriak-teriak sambil menutup telinganya. Tentu, saja Mo Hyun terkejut dan membuat wajahnya pura-pura tidak tau.
“Na Eul, tenang Na Eul” ujarku memeluknya.
“Bukan, Bukan aku Hyo Jin. Aku tidak mungkin melakukan itu” jelas Na Eul yang gemetaran.
“Ne, aku percaya. Pasti ini hanya salah paham” ucapku.
“Sebaiknya kau usir dia. Karena, dia akan membunuhmu dengan segera” lanjut Na Eul.
“Apa maksudmu?” ujar Kris yang tiba-tiba marah.
“Sebaiknya kita pergi dari sini, Hyo Jin. Dia itu gila!” ujar Kris yang menarik tanganku.
“Dia tidak gila, Kris. Kalau dia gila, dia tidak akan mengenaliku” teriakku.
“Terserah, aku tidak mau berlama-lama disini” ujar Kris yang pergi begitu saja. Lu Han pun ikut bersama Kris. Aku hanya diam dan menatap Na Eul. Aku kebingungan. Aku ingin mengejar Kris, Tapi, aku tidak ingin meninggalkan Na Eul. Mo Hyun pun tersenyum licik melihat keadaan ini.
~ ~ ~ ~
“Kau baik-baik saja?” Tanya D.o yang sambil menyetir mobilnya.
“Emh” jawab singkatku.
“Sebaiknya, Noona harus istirahat. Besok Noona, ijin saja dulu kuliahnya” saran Mo Hyun.
“Ne, Mo Hyun benar” ujar D.o. Aku hanya diam sambil menatap pemandangan kota lewat jendela mobil. Tiba-tiba, D.o menggenggam tanganku dan aku reflex menatapnya. D.o hanya tersenyum. Mo Hyun pun tersenyum licik.
“Gomawo, sudah mengantarkan kami pulang” ucapku yang turun dari mobil.
“Ne Cheonma, Istirahatlah dengan baik. Mo Hyun jagalah Noona mu”
“Emh” jawab Mo Hyun.
Aku pun beristirahat dikamar dengan tenang. Sementara itu, Mo Hyun memasang sebuah rencana. Matahari mulai terbenam, Mo Hyun pergi diam-diam tanpa sepengetahuanku. Dia pergi ke RSJ dimana Na Eul dirawat. Sesampai disana, dia meloncati pagar yang cukup besar seperti seekor serigala ganas. Dia berjalan mencari kamar Na Eul dengan berhati-hati. 5 kamar ia lewati, akhirnya ia menemukankamar Na Eul. Na Eul sedang menyantap makan malamnya. Mo Hyun meremuk ganggang pintu itu dan spontan membuat Na Eul terkejut.
“Siapa itu?” Tanya Na Eul seraya berdiri. Mo Hyun pun membuka pintu kamar Na Eul.
“Hah..ka…kau? Mo Hyun? Mau apa kau?” Tanya Na Eul gugup.
“Kau, Kau berani sekali buka mulut soal Hye Weol” ucap Mo Hyun yang mata hitamnya mulai berubah menjadi merah.
“Pergi kau! Pergi!” Teriak Na Eul yang melemparkan nampan makan malamnya ke Mo Hyun. Mo Hyun pun menghindar. Mo Hyun mendekati Na Eul dan meraih lehernya. Mo Hyun mencekik Na Eul dengan kuat.
“Le…lepaskan! Lepaskan aku!” jerit Na Eul.
“Kau pantas mati, karena kau sudah menghancurkan rencanaku” ujar Mo Hyun sambil memperkuat cekikannya.
“Kau telah dirasuki Iblis. Sadarlah!” ucap Na Eul yang sekarat. Mo Hyun hanya diam. Kuku tajamnya keluar dan tertancap dileher Na Eul. Na Eul pun tewas. Mo Hyun pun segera pergi sebelum ada yang melihatnya.
            Ketika sampai didepan apartemen, Mo Hyun melihat Kris yang ingin masuk ke gedung apartemen itu. Mo Hyun langsung menghampirinya dan menarik lengan Kris.
“Oppa?” panggil Mo Hyun.
“Mo Hyun, dari mana kau malam seperti ini?”
“Dari Minimarket. Aku pengen beli bahan makan malam, tapi uangku tertinggal. Jadi, aku balik kesini lagi” ucap Mo Hyun.
“Oh”
“Oppa mau menemui Noona?”
“Iya. Aku khawatir dengannya”
“Dia baik-baik saja. Dia sedang tidur. Bagaimana kalau Oppa temani aku belanja?”
“Hah?”
“Ayo!” ajak Mo Hyun sambil menarik lengan Kris.
~ ~ ~ ~
            Pagi yang cerah, walau cuaca terasa dingin, aku menyantap Roti Bakar buatan Mo Hyun. Mo Hyun tampak tenang pagi itu. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
“Makan yang banyak ya, Noona?” ujar Mo Hyun.
“Emh. Gomawo”
“Ne Cheonma Noona”
KRIIIING KRIIIIING (suara telepon rumah)
“Biar aku yang angkat” ujarku.
“Annyeong” ucapku.
“Annyeong. Ini nona Hyo Jin”
“Ne, ada apa ya? Ini siapa?”
“Ini Ibu Na Eul. Na Eul…Na Eul meninggal dunia”
“…” aku terdiam sejenak.
“Hyo Jin?” panggil Ibu Na Eul. Aku belum menjawabnya dan air mataku menetes duluan. Aku langsung menutup telepon dan duduk dikursi tamu sambil menangis.
“Heh…heh…ada apa ini? Kenapa sahabat-sahabatku pergi?” ucapku dengan rasa bersalah.
TING TONG (suara bell) Mo Hyun bergegas membuka pintu.
“Oppa D.o” ujar Mo Hyun.
“Dimana Noonamu?” Tanya D.o seraya masuk kedalam.
“Hyo Jin?” panggil D.o. D.o langsung memelukku. Air mataku pun semakin deras.
“Ada apa ini? Kenapa mereka meninggalkanku? Apa salahku?” ujarku teriak.
“Ini bukan salahmu” ujar D.o.
~ ~ Pemakaman Na Eul ~ ~
            Aku duduk disamping Ibu Na Eul. Air mataku mengalir deras dan tak bisa berhenti. D.o menggenggam tanganku dan selalu berkata “ Janganlah menangis, nanti mereka tidak akan pergi dengan tenang”. Bagaimana tidak? 2 sahabatku sudah meninggalkanku begitu saja. Sampai sekarang, aku tidak mengetahui penyebab kematian mereka. Kematian mereka karena sebuah dendam seseorang dari hasil penyelidikan.
            Kris datang bersama Lu Han. Aku tidak menyadari itu. Aku hanya menatap poto Na Eul. Kris duduk di depanku. Baru itu aku menyadarinya.
“Maafkan aku, soal yang…” pembicaraan Kris terpotong.
“Jika kau membicarakan soal kemarin, sebaiknya kau tidak usah datang ke pemakaman ini” ucapku.
“Aku tidak ingin membicarakannya sekarang” tegasku dengan memalingkan wajahku dari Kris. Lu Han turut prihatin melihat keadaanku seperti itu.
            2 Hari berlalu setelah kematian Na Eul, 2 Hari juga aku berada dikamar dan hanya menatap jendela kamarku. Tubuhku mengurus dan mata ku berkantung. Mo Hyun beberapa kali mengetuk pintu untuk menyuruhku makan tapi, tidak pernah aku bukakan pintu. D.o pun datang ke apartemenku.
“Dia tidak mau keluar juga, Oppa” ujar Mo Hyun.
“Aku akan mencobanya” ucap D.o. Ketika D.o ingin membuka pintu kamarku, aku sudah membuka pintu kamarku duluan. D.o pun terkejut karena aku tiba-tiba pingsan.
“Hyo Jin? Hyo Jin” panggil-panggil D.o. D.o langsung menggendongku ke tempat tidur dan menyelimutiku. D.o menungguku selama aku pingsan.
“Sepertinya Oppa menyukai Noona?” Tanya Mo Hyun tiba-tiba.
“Apa maksudmu? Itu tidak mungkin. Dia adalah pacar temanku” jelas D.o.
“Kenapa tidak? Mereka juga sekarang lagi renggangkan” ucap Mo Hyun. D.o terdiam dan berpikir sejenak.
“Aku bisa membantu Oppa, asalkan Oppa bisa membatuku” ide Mo Hyun.
“Mwo?” Tanya D.o.
“Buat Oppa Kris dekat denganku”
“Mwo?” D.o terkejut.
“Bisakan?” Tanya Mo Hyun. D.o terdiam dengan ide Mo Hyun yang begitu konyol itu. Tiba-tiba Kris datang dan langsung masuk ke kamarku.
“Hyo Jin? D.o?” ujar Kris yang terkejut.
“Kris?” D.o yang juga terkejut.
“Upss” ujar Mo Hyun.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Kris dengan sinis.
“Ini…ini bukan…” ujar D.o yang terpotong melihat tatapan Mo Hyun yang menyatakan rencana tadi.
“Aku mencintai Hyo Jin” terang D.o.
“Mwo?” ujar Kris. Kris langsung menyerang D.o dengan tamparan yang cukup keras.
“Dasar Brengsek! Teman apa kau, hah?” ujar Kris.
“Hentikan! Kalian ini seperti anak kecil. Noona sedang sakit” teriak Mo Hyun. Kris langsung pergi meninggalkan apartemenku. Mo Hyun menyusul Kris.
            Ditaman tidak jauh dari apatemenku, Kris duduk disana sambil menundukan kepalanya. Mo Hyun duduk didepan Kris. Kris lagsung menatapnya.
“Oppa” ujar Mo Hyun sambil memegang tangan Kris.
“Sepertinya, Noona tidak mencintai Oppa lagi” jelas Mo Hyun.
“Apa maksudmu?”
“Ne. Oppa ingat waktu dipemakaman Noona Na Eul, Noona tidak menghiraukanmu kan? Jelas-jelas dia menyatakan tidak ingin lagi berhubungan dengan Oppa” ujar Mo Hyun. Kris hanya diam.
“Kenapa Oppa tidak denganku saja?” tawar Mo Hyun. Kris lagsung menatap tajam kepada Mo Hyun.
“Heh? Aku tidak sedang ingin bercanda” ujar Kris yang bangkit dan pergi.
“Oppa jangan menganggap itu lelucon. Aku serius. Ya, aku tau Oppa masih menganggapku anak kecil tapi, Hatiku dewasa, Oppa” teriak Mo Hyun. Kris tidak menghiraukannya dan pergi begitu saja.
“Berani sekali dia mencampakkan ku. Lihat saja nanti!” ucap Mo Hyun.
~ ~ ~ ~
TING NONG (suara bell)
“Ne, sebentar” ucapku sambil membukakan pintu.
“Hyo Jin” ujar Kris dan langsung memelukku.
“Ada apa?” tanyaku dengan datar.
“Kamu masih mencintaiku kan?” Tanya Kris yang memelukku dengan erat. Tiba-tiba Mo Hyun muncul dan melihatku dan Kris.
“Oppa, kau mengecewakan ku” ucap Mo Hyun dan membuatku dan Kris terkejut.
            Mata merah Mo Hyun muncul. Tatapan yang penuh amarah itu membuatku bingung. Mo Hyun meraih sebuah botol kaca dan memecahkannya. Mo Hyun mengarahkan pecahan itu kepadaku dan Kris. Kami pun kebingungan. Mo Hyun pun melemparkan pecahan kaca itu ke arah kami. Syukur aku sempat merunduk. Tapi, Kris…
“Kris…” teriakku. Ketika aku ingin menghampirinya, Mo Hyun sudah datang dan mencekikku.
“Le…lepaskan!” jeritku. Tanpa, kesabaran Mo Hyun mempererat cekikannya. Syukur D.o datang dan langsung menarik Mo Hyun.
“Apa yang kau lakukan?” ujar D.o yang masih memegangi Mo Hyun.
“Lepaskan! Mereka pantas mati! Mereka menyakiti hatiku!” teriak Mo Hyun. Tidak lama Lu Han datang.
“Hah…hah…” aku yang sesak nafas.
“Lepaskan aku!” teriak Mo Hyun. D.o pun memeluk Mo Hyun dengan kehangatan dan membuat hati Iblisnya luluh. Mo Hyun pun pingsan dan Iblis yang ada ditubuhnya menghilang dan pergi.
“Hyo Jin? Sadarlah” ujar Lu Han yang melihatku pingsan kehabisan nafas. Lu Han pun membuatkan ku nafas buatan. Tapi, tidak bisa. Lu Han langsung membawaku ke rumah sakit.
~ ~ Seminggu Kemudian ~ ~
            Mo Hyun dirawat di RSJ. Untuk seminggu ini D.o yang menjaganya. D.o perlahan-lahan menceritakan semua kejadian itu. Mo Hyun perlahan-lahan memilki rasa bersalah terhadapku dan hampir setiap hari ia menangis.
“Kris, aku datang” ucapku di makam Kris.
“Lama tidak melihatmu. Bagaimana kabarmu disana?” tanyaku.
“Kau pasti tenang disana. Semoga bidadari-bidadari disana menjagamu untukku” harapanku. Aku pun menebarkan bunga-bunga kemakam Kris dan duduk disamping makamnya.
“Aku merindukan pelukanmu. Pelukan hangatmu. Kasih sayangmu” ucapku yang menangis sambil merebahkan kepalaku kemakamnya. Tiba-tiba Lu Han datang dan memegang pundakku.
“Jika kau menangis, dia tidak akan bahagia” ucap Lu Han. Lu Han pun langsung memberikanku pelukkan hangatnya.
“Aku akan menjagamu dan melindungimu untuk Kris” ujarnya sambil memelukku dengan erat.

^The End^

Close Songs=> EXO-Angel

Ah…akhirnya selesai juga. Ini cerita killer ke-3 ku yang pernah aku buat. Gamsahamnida sudah memberikan waktu untuk membacanya. Kritik dan saran sangat berguna untuk membangun semangatku lagi. Tunggu di FanFic selanjutnya ya!!! Annyeong~ >.<p FIGHTING!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar