Tokoh: Kim Eun Ah, Jung Sang Jin,
Lee Hye Won, EXO: Kim Jun Myeon(Su Ho) dan Oh Se Hun(Se Hun)
Genre: Romantic
Untuk: 15+
Open Song=> EXO-What is Love?
~*~*~*~
Aku
lambai-lambaikan tanganku ke jalan, tapi tidak satu pun taksi yang berhenti
untukku. Sudah setengah jam aku berdiri di pinggir jalan. Muka ku sudah tampak
kumal dan tampak lelah. Rambutku yang pendek ini tampak terlihat berantakan.
Setengah jam lagi kelasku akan masuk. Aku pun berjongkok di pinggir trotoar.
“Taksi, Taksi…” teriak seorang
namja yang berdiri disampingku. Aku spontan menatapnya. Tidak lama, sebuah
taksi berhenti dihadapanku.
“Masuklah ! Nanti kau bisa
terlambat” ujar namja itu.
“Oh, N…ne. Khamsahamnida” ucapku
sambil menunduk. Aku pun bergegas masuk kedalam taksi itu.
Selama
didalam taksi, aku selalu memikirkan namja itu. Kenapa aku tadi tidak bertanya
namanya? Dan dia sekolah dimana? Kalau saja nanti aku bertemu dengannya dan aku
akan membalas kebaikannya. Dasar Bodoh! Pikirku.
~*~*~*~
BRAAAK (suara pintu)
“Je…jeosongimnida” ucapku gugup.
Nafasku benar-benar tidak stabil. Ditambah melihat Ibu dosen itu. Ibu dosen
dikelas ku itu dikenal dengan wajah sangarnya itu. Padahal wajahnya sangat jauh
berbeda dengan sifatnya. Namanya juga cantik, yaitu Kim Tae Ri. Dipanggil Madam
Tae Ri.
“Duduklah!” ujar Madam Tae Ri.
Aku pun bergegas duduk ke bangku ku.
Aku duduk dibangku
paling belakang dan sendirian. Bisa dibilang aku adalah murid yang penyendiri
atau tidak memiliki teman. Tentu saja, siapa juga yang ingin berteman dengan
yeoja seperti aku ini. Sudah badan kecil, rambut acak-acakan, gigiku pakai
kawat dan cara berpakainku juga sungguh-sungguh norak.
Sudah satu jam
berlalu pelajaran Desainer ini berlalu dan hanya lima orang saja yang bertahan
mendengar ocehan Madam Tae Ri. Salah satunya adalah aku dan yang lain pada K.O
alias pada tidur.
“Ya, pelajaran hari ini cukup
sampai disini. Oh ya, sebelum keluar dari kelas tolong kumpulkan tugas minggu
lalu” ucap Madam Tae Ri.
“Ne” jawab kami. Aku pun membuka
tas ku dan ternyata…
“Hah? Dimana sampel ku? Bukankah
sampel itu sudah selesai? Hah…jangan-jangan. Aish…ketinggalan lagi. Ini sudah
yang ke tiga kalinya. Aduuh…bagaimana ini?” gelisahku dengan menggaruk-garuk
rambutku yang sudah acak-acakan tambah hancur.
“Emh…Madam?” panggilku yang
menghampiri meja Madam.
“Apa?” ujar Madam itu sambil
membereskan sampel-sampel.
“Itu…sampelku..”
“Ketinggalan lagi?”
“Heh? Aniyoo. Tapi, lupa. Aku
sudah menyelesaikannya seminggu yang lalu. Tapi, gara-gara buru-buru jadi,
ketinggalan deh, Madam” jelasku dengan nada gugup.
“KIM EUN AH. Ini sudah yang
ketiga kalinya kau tidak mengumpulkan sampelmu. Ini adalah tugas ke enam.
Keenam sampel itu akan ditujukan secara umum minggu depan. Kau tahu sebentar
lagi kau akan menghadapi ujian, Eun Ah?”
“N…ne. Tapi, beri aku satu
kesempatan lagi. Kalau mau, aku akan pulang sekarang untuk mengambil sampelnya”
“Sudah terlambat. Sampel-sampel
yang dulu sudah aku ambil nilainya. Jadi, walau kamu bawa sampelmu, aku tidak
bisa memberimu nilai”
“Ayolah! Sekali ini saja. Ya, ya
,ya?”
“Andwe” jawab Madam itu. Aku
hanya memperlihatkan wajah cemberut. Harapanku musnah…
Istirahat
pertama, aku hanya duduk di taman sambil merebahkan kepalaku pada meja taman.
Aku hanya mengendus-ngenduskan nafasku karena hari ini aku merasa kurang
beruntung.
“Kalau seperti ini, bagaimana
masa depan ku bisa cerah?” keluhku.
Dari kejauhan
aku melihat seorang namja yang sedang berjalan ke arahku. Sepertinya namja itu
aku mengenalnya. Ah, namja yang mencarikan ku taksi. Aku pun mengangkat
kepalaku dan tersenyum. Tapi, harapan itu hilang. Karena seorang Yeoja
menghampirinya dan menariknya pergi.
“Huft…sudah ku bilang, hari ini
bukan hari ke beruntunganku” ujarku sambil merebahkan kepalaku kembali dan
memalingkannya.
“Yaa…” teriakku yang terkejut dan
jatuh kebelakang.
“Ah…mianhe” ujar seorang yeoja
yang sekelas denganku yang sukses mengejutkanku.
“Huh…pantatku, ada apa? Tumben
kau mendekatiku, Sang Jin ”
“Itu, apa kau tidak ikut memfashion
showkan sampel-sampelmu?”
“Itu hanya harapan yang musnah”
“Apa maksudmu? Kau menyerah
begitu saja?”
“Ya, mau bagaimana lagi.
Sampel-sampelku saja tidak di terima Madam”
“Kau harus mencoba cara lain.
Waktumu masih ada seminggu”
“Entahlah!” jawabku yang
merebahkan kepalaku kembali ke meja.
~*~*~*~Apartemen~*~*~*~
Aku
terus menatap tiga sampelku itu dan mencoba mencari ide bagaimana cara sampelku
di terima. Kalau aku tidak lulus ujiannya, pasti orang tuaku marah besar.
Habislah aku!
“Sampelku nggak jelek-jelek
sekali. Sayang kalau tidak digunakan” ucapku sambil memegang sampel-sampelku.
“Hah, entahlah! Aku lelah terus
menatap sampel ini” ujarku yang pergi meninggalkan apartemen yang super
sederhana ini.
BRAAAAK (suara pintu)
Aku
pergi ke kampus sambil menghempaskan pintu apartemenku itu. Ternyata suara itu
membuat seorang namja yang tinggal diseberang apartemenku itu terkejut.
“Woh…huh” ujar namja yang meraih
kameranya yang hampir jatuh gara-gara suara pintu yang ku hempaskan.
“Siapa yang pagi-pagi begini
sudah marah-marah?” ujar namja yang bertanya-tanya sambil melihat-lihat ke arah
apartemenku ku.
~*~*~*~Loteng Kampus~*~*~*~
“Emh…” desisku yang menikmati
suara lembut angin pagi di atas loteng kampus sambil membuat sketsa desain
baju.
JEPREEEET (suara kamera)
“Hah?” aku yang terkejut menatap
suara kamera itu.
“Emh. Bagus” ucap seorang namja
yang melihat hasil gambar yang diambilnya.
“Ya…Yaa” teriakku yang pelan.
“Apa?” tanyanya yang masih melihat-lihat
kameranya.
“Apa yang kau lakukan? Kau
mengambil gambar tanpa seijinku” jelasku.
“Potonya bagus. Biarkan aku
mengoleksinya ya?”
“Hah?” ujarku bingung.
“Wah, kau pintar sekali
menggambar”
“Ah…tidak juga” ucapku malu-malu.
“Hehehm” dia tersenyum padaku.
Untuk
pertama kalinya, ada seorang namja yang tersenyum padaku. Itu adalah sebuah anugerah
paling indah. Senyumnya membuat jatung ku berdetag tidak menentu dan membuat ku
melongo.
“Hey?” panggil namja itu sambil
meraba-raba penglihatanku.
“N…ne. Oh…itu, yang kemarin
Khamsahamnida”
“Oh, Ne Cheonma. Oh ya, kita
belum kenalan?” ujar namja itu sambil memberikan tangan kanannya padaku.
“Hah…eh, joneun Kim Eun Ah imnida”
“Kim Jun Myeon imnida. Panggil saja Su Ho” ujarnya yang
lagi-lagi tersenyum. Itu membuat suhu badanku hangat dan gugup.
“Kau tidak masuk ke kelas?” tanyanya.
“Aku tidak tahu. Masuk atau tidak, itu tidak akan mengubah
apa-apa. Lagi pula aku tidak bisa ikut memperlihatkan sampel-sampel ku minggu
depan” jelasku dengan tampang wajah sedih.
“Heh...” namja itu tertawa kecil.
“Kenapa tertawa?”
“Aniyoo” jawabnya yang masih tersenyum.
“Kau, Kau tidak masuk ke kelas juga?” tanyaku balik.
“Tidak”
“Waeyo?”
“Aku bosan dikelas. Gurunya hanya ngoceh saja. Akukan ingin
prakteknya”
“Oh…”
Kami
pun terdiam setelah itu. Kami duduk sambil menatap pemandangan kota dari loteng
kampus bersama.
~*~*~*~Apartemen~*~*~*~
“Hemh…dari pada nganggur, aku
coba aja sampelnya kalau aja cocok, hehehe” ide yang tiba-tiba muncul
dikepalaku.
Aku pun
mencoba salah satu sampel ku. Sampelku itu mirip dengan gaun pernikahan yang ku
kira cukup mewah. Aku mendesain ini dengan ideku sendiri, tanpa copy paste
milik orang.
“Hemh…pas” ujarku yang melihat
dicermin lemari pakaianku. Aku pun menyisir sedikit rambutku untuk
merapikannya. Aku membawa gaun itu ke luar ke loteng apartemenku.
“Hah…benar-benar indah. Heheh,
seperti seorang pengantin” pujiku pada gaun buatanku itu.
Tidak
kusadari, bahwa namja yang ada diseberang apartemenku, memotretku. Namja itu
tersenyum ketika dia mendapat gambar yang memuaskan.
~*~*~*~Kampus~*~*~*~
BRAAAK (suara pintu)
Aku
masuk ke kelas dikampusku sambil memakai gaun yang aku buat sendiri itu. Semua
mata tertuju padaku, termasuk Madam.
“Eun Ah, apa yang kau lakukan?”
Tanya Madam itu dengan bingung.
“Inilah sampelku. Aku mohon Madam
bisa menerimanya” jelasku.
“Hahahah” tawa teman-temanku.
“Ide apa itu? Kau sengaja
memakainya ke sini agar kau di kasihani, lalu aku harus menerima itu?” Tanya
Madam itu.
“…” aku hanya diam dan menunduk
malu.
“Pulanglah! Ganti bajumu” ujar
Madam itu.
“Aku tidak tahu lagi, harus
berbuat apa agar Madam mau menerima sampelku ini?” ujarku yang mulai menangis.
“Pulanglah! Kau terlalu lelah dan
stress” saran Madam.
Aku
pun keluar dari kelas dengan sempoyongan. Ketika keluar, ada seorang mahasiswa
menginjak gaunku itu dan membuatku terjatuh.
“Ah…” keluhku terjatuh.
“Hah…gaunku!” ujarku yang melihat
gaunku sobek hingga kepinggangku di sisi kananku.
“Hem…heheh” aku pun lari menangis
sambil memegang gaunku yang sobek itu.
Aku
duduk diloteng kampus sambil merapati gaun yang kupakai itu telah sobek. Aku
benar-benar bodoh untuk melakukan ide itu.
“Ini. Pakailah!” ujar seorang
Eunnie yang memberikanku sebuah jaket.
“Khamsahamnida” ucapku sambil
menutupi pahaku yang terbuka karena gaunku yang sobek. Setelah ku ingat-ingat,
Eunnie ini bukankah yang menarik Su Ho waktu itu?
“Ya sudah, aku pulang duluan. Kau
boleh mengembalikan jaketnya, jika kita bertemu lagi” ujar Eunnie itu sambil
beranjak dari sampingku.
“Oh ya, nama eunnie siapa?”
ujarku.
“Lee Hye Won, Hye Won. Kamu?”
“Kim Eun Ah, Eun Ah”
Eunnie
itu pun pergi setelah kami berkenalan sambil meninggalkan senyum manis dari
bibirnya. Aku dan dirinya tentu saja seperti jarak langit dan bumi. Dia seperti
seorang Putri. Bisa jadi dia yeojachingu Su Ho. Kenapa aku berpikiran seperti
itu? Bukankah aku bukan siapa-siapanya Su Ho? Jadi, Su Ho berhak berpacaran
dengan siapa saja.
Hari
mulai sore aku pun berjalan ke depan gerbang kampus. Gaunku yang sobek pun
terseret ketika aku berjalan. Aku duduk berjongkok di depan kampus menunggu
sebuah taksi berhenti untukku.
“Taksi tidak akan datang, jika
kau tidak memanggilnya” suara seorang namja. Aku pun spontan mentap
kesampingku.
“…” aku hanya diam ketika dia
ikut duduk disampingku.
“Kau ada masalah?” Tanya namja
yang bernama Su Ho itu.
“Aniyoo”
“Lalu, kenapa mata mu merah dan
berair?”
“Oh, ini…aku hanya kelilipan”
“Itu alasan yang basi” ujarnya.
“Sampai tidur di sini pun, tidak
akan ada taksi yang berhenti untukmu. Sebaiknya kau ikut denganku saja!”
ujarnya yang menarik lenganku.
“Pakailah!” perintahnya agar aku
memakai helmnya. Aku pun duduk di motor thundernya dan berpegangan erat
dipinggangnya.
“Kita mau kemana?” tanyaku.
“Kau temani aku memotret”
“Maksud ku kemana?”
“Tenang saja” sarannya. Kemudian,
aku hanya diam selama perjalanan.
Perjalanan
kami sudah cukup jauh dari kota. Aku tidak tahu ini dimana. Mana lagi aku
jarang jalan-jalan.Sudah ku bilang, sudah pakaian norak, orangnya juga norak.
“Kenapa harus aku yang
menemanimu?” tanyaku tiba-tiba membuyarkan kesunyian.
“Kamu akan tahu nanti ketika
sampai” ucapnya lembut.
Kata-kata
itu membuat seluruh badanku hangat dan nyaman. Aku tersenyum sendiri. Entah
siapa dia? Entah kenapa dia mau dekat dengan yeoja norak sepertiku ini?
“Yap ini dia!” ujar Su Ho
semangat.
“Dimana?” ujarku tengak tengok.
“Dibelakangmu” ujar namja itu
sambil melepaskan helmnya. Aku pun membalik badanku ke belakang.
“Tempat apa ini?”
“Kau tidak tahu?” taya namja itu.
“Tidak”
“Ini di Ilsan Lake Park”
“Ouh...”
“Kajja!” ajak Su Ho sambil
menarik lenganku lagi.
Setelah
bediri di dekat salah satu pohon Cherry Blossom, Su Ho menjauh dari ku. Aku pun
mengikutinya.
“Jangan bergerak!” ujarnya
mendadak. Aku pun diam di tempat.
“Lepaskan jaketmu!” perintahnya
lagi. Aku pun menatap jaket yang ku ikat pada pinggangku itu.
“Untuk apa?” ujar ku yang tentu
saja aku tidak mau.
“Lepaskan saja!” ucapnya dengan
lembut.
“Andwe” jawabku tegas.
“Bagaimana aku bisa mengambil
gambarnya?” ujarnya.
“Hah? Gambar?” ujarku bingung.
“Ne” jawab Su Ho sambil
menyiapkan kameranya.
“Jadi, aku menjadi modelmu? Wae?”
tanyaku tidak percaya.
“Karena aku suka”
“Suka? Ta…Tapi gaunku sobek”
jelasku.
“Lepaskan saja!” ujarnya yang
mendekatiku.
Su Ho
melepaskan jaket yang berada di pinggangku dan menghadapkan tubuhku pada
pemandangan Pohon Cherry Blossom. Aku hanya diam menyimpan wajahku yang merah
dan malu dari pandangannya.
“Pandanglah bunga cherry blossom
dan danau disana” perintahnya lagi. Aku pun mengikuti perintahnya.
Aku
menikamati pemadangan disana. Aku mencapai salah satu ranting pohon cherry
blossom ketika melihat kupu-kupu kuning menghampiri bunga cherry blossom yang
sedang mekar di hadapanku.
“Sudah selesai, ayo kita pulang!”
ajaknya sambil menyimpan kameranya.
“Sudah? Sebentar sekali, aku
ingin disini sebentar” ujarku yang sudah nyaman sedari duduk memandangi danau
diseberang sana di bawah pohon cherry blossom.
“Ini hampir malam, mana lagi kau
bisa masuk angin dengan gaun itu” ujarnya yang menarik ku berdiri dan
memakaikan jaket itu lagi ke pinggang ku.
Kami
pun pulang. Aku merasa cukup lelah dan tidak ku sadari aku menyandarkan
kepalaku ke punggung Su Ho. Aku tertidur lelap di kehangatan punggung Su Ho. Su
Ho hanya tersenyum melihatku. Senyum itu bukan senyum biasa.
~*~*~*~
“Emh…haaaaaah” aku melonggar-longgarkan
tubuhku.
“Hoh? Aku sudah di apartemenku?
Darimana Su Ho tahu aku tinggal disini?” ujarku yang penuh tanda Tanya.
Aku sempat
berpikir kalau dia selama ini membuntutiku. Tapi, itu tidak mungkin. Hanya
orang pengangguran yang membuntuti ku.
“Hoh…hari ini Fashion Shownya ya?
Nggak kerasa bentar lagi ujian kelulusan” ujarku yang tampak pasrah ini.
~*~*~*~Kampus~*~*~*~
Semua
orang tampak sibuk mempersiapkan Fashion Show malam ini di Jeju. Hanya aku saja
yang ngaggur. Aku duduk sendiri di kelas yang kosong lompong ini. Ku ambil
selembar kertas HVS putih dan kugaris bentuk-bentuk indah di kertas putih itu.
Jadilah sebuah desain baju yang terinspirasi dari bunga Cherry Blossom. Tidak
ku sadari Sang Jin melihatku duduk sendiri di kelas.
“Apa yang kau lakukan disini?”
seraya menghampiriku.
“Tidak ada apa-apa” jawabku
dengan ekspresi datar menatapnya.
“Yang lain sedang sibuk untuk
malam ini, kau santai sekali” celotehnya.
“Lalu aku harus bagaimana?”
tanyaku.
“…” Sang Jin hanya diam sambil
menunjuk gambar desainku.
Tidak
lama Sang Jin pergi meninggalkanku. Aku pun berpikir sejenak dan aku menemukan
sebuah Ide. Aku berpikir harus bergegas pulang. Ketika di taman tengah kampus,
aku melihat Su Ho duduk sendiri sambil memegang kameranya. Dia menatapku. Aku
pun tersenyum dan ingin melambaikan tangan padanya tapi, seorang Eunnie yang ku
kenal menghampirinya. Eunnie Hye Won sepertinya mengatakan sesuatu pada Su Ho.
Su Ho tiba-tiba pergi meninggalkan Eunnie Hye Won. Wajah Su Ho tampak kesal
saat itu. Aku pun berpikir untuk pergi saja. Entah kenapa rasanya setengah dari
semangat ku terbang.
“Eun Ah…” suara teriakan yeoja.
Itulah adalah suara Eunnie Hye Won.
“Ne” jawabku membalik badanku.
“Kau mau kemana?” Tanya eunnie
itu.
“Pulang”
“Pulang?” Tanya Eunnie itu
bingung.
“Ne, wae?”
“Duduklah dulu!” ajak eunnie itu
sambil menarik tanganku dengan lembut.
“Kau dari jurusan apa?” Tanya
eunnie setelah kami duduk.
“Desainer. Eunnie?”
“Reporter”
“Oh”
“Kenapa kau terlihat begitu
santai? Bukankah akan ada fashion show di jeju?” Tanya eunnie yang penasaran.
“Aku masih mencari cara agar aku
dapat ikut fashion show itu” jelasku dengan semua semangat hilang.
“Waeyo?”
“Seharusnya aku mengumpulkan 6
sampel. Tapi, karena aku lupa membawanya, jadi, aku hanya mengumpulkan 3 sampel
saja. Padahal aku sudah membuatnya” jawabku dengan tertunduk.
“Oh…jadi, gaun kemarin adalah
salah satu sampelmu?”
“Ne…” jawabku yang semakin tidak
bersemangat.
“Lalu sekarang apa rencanamu?”
Tanya eunnie yang tiba-tiba membuat kepalaku bangkit.
“Mau mengganti rancangan gaun
kemarin dengan rancangan yang baru. Lalu aku akan nekat membawanya ke jeju”
“Emh… gaunnya sudah siap?”
“Belum. Makanya aku ingin pulang
sekarang untuk membuatnya”
“Oh, gimana kalau aku
membantumu?”
“Hah?”
“Kajja!” ajak eunnie sambil
menarikku. Kebiasaan eunnie ini sama seperti Su Ho. Apa berarti mereka sejodoh
ya? Pikirku.
Aku
pun mengajak Eunnie ke apartemenku. Dia terlihat senang saat bersamaku. Bukan
berarti karena dia menyukaiku sebagai kekasihnya. Serpertinya dia ingin aku
menjadi temanku.
“Silahkan! Mianhe, keadaan dalam
apartemenku beratakan” ucapku sambil mempersilahkannya masuk.
“Ah, aniyoo. Ini rapi kok” jawab
Eunnie sambil mulai menelusuri sudut-sudut apartemenku.
Aku
mulai menjahit rancanganku tadi. Eunnie duduk rapi di sampingku sambil
melihatku menjahit rancanganku.
“Dimana keluargamu?”
“Di Andong” jawabku yang masih serius
menjahit sebuah kain berwarna pink merona.
“Oh…jadi kau ke Seoul untuk
bersekolah sendiri? Lalu, apa perkerjaan orang tuamu disana?”
“Iya, aku harus bersekolah agar
nanti aku bekerja untuk membantu orang tua dan adeku. Disana mereka menjadi nelayan”
jawabku sambil tersenyum.
“Oh”
“Lalu, kenapa eunnie membantu ku?
Dan mau menjadi temanku?”
“Karena kau adalah teman Su Ho,
kan?”
“Ne?” tanyaku bingung.
“Ne, Su Ho banyak bercerita
tentangmu. Sepertinya kau orang yang menarik. Jadi, aku juga ingin berteman
denganmu” ujarnya tersenyum manis kepadaku.
“Heheh, yah…sudah selesai” ujarku
mengubar gaun yang sudah aku rancang.
“Waaah…Gaun Bunga Cherry
Blossom!” ujar Eunnie kagum sekali.
“Hah…syukurlah” ujarku lega.
“Pakailah gaun itu!” saran
Eunnie. Awalnya aku ragu-ragu tapi, aku juga ingin mencobanya.
“Waaah….indah sekali!” ujar
Eunnie ya terkagum-kagum padaku.
“Hah? Hahahah…tidak kok” ujarku
yang malu-malu.
“Sini, ada yang kurang!” ujar
Eunnie sambil mengajakku ke kamar dan menyuruhku duduk di depan cermin make-up.
Ternyata
eunnie mempoleskan semua bahan make-up ke wajahku, mulai rambut, wajah dan
semua kuku ku. Kadang aku mengerut
wajahku karena sedikt tidak merasa nyaman dan gelisah karena sentuhan-sentuhan
make-up itu.
“Berdirilah!” perintah eunnie.
“Waaah…apa benar ini aku?” Tanya
ku yang kagum. Seperti bebek disihir menjadi angsa yang cantik. Rambutku yang
pendek di buatnya bergelombang dengan poni rata. Mataku yang terpoles airliner
dan lensa mata silver. Lipgloss pink merona pada bibirku.
“Hehehm…sekarang lepas kawat di
gigimu itu!” perintahnya lagi. Benar-benar mirip seperti Su Ho. Aku pun
melepaskannya.
“Sekarang kau sudah sempurna”
ujar eunnie tersenyum melihatku. Aku juga tersenyum malu-malu.
“Siap-siaplah untuk pergi ke jeju.
Ini sudah sore. Aku juga ingin pulang dan melihatmu di jeju. Semoga sukses!
FIGHTING” ujar eunnie memberiku semangat.
“Ne, Khamsahamnida. Oh, ini jaket
eunnie” ujarku yang mengambilkan dan menyerahkan jaket eunnie yang pernah aku
pinjam.
“Ne, cheonma” ujar eunnie dan
pergi dari apartemenku.
Setelah itu,
aku sibuk akan persiapan ide fashion show ku nanti di jeju. Setelah semua
barangku beres dan dua sampelku sudah aku masukan ke koperku aku pun bergegas
pergi ke bandara.
TOK TOK TOK (suara pintu)
“Iya, sebentar!” teriak seorang
namja dan membukakan pintu apartemennya.
“Annyeong, Su Ho” sapa seorang
namja yang bertamu.
“Oh…Se Hun. Apa kabar?” ujar Su
Ho yang langsung memeluk Se Hun.
“Baik. Kau?”
“Baik” jawab Su Ho tersenyum.
“Kau tahu aku sangat merindukan Seoul?
Tempat ini banyak sekali berubah sejak kita SMA. Kota ini semakin mewah saja”
ujar Se Hun melepaskan keriduannya dengan kota Seoul. Su Ho malah tersenyum sendiri melihatku
diseberang yang tergesa-gesa menarik koperku.
“Yaa…” teriak Se Hun mengejutkan
Su Ho.
“Ah..ne?” ujar Su Ho.
“Ada apa?” Tanya Se Hun sambil
ikut melihat ke seberang di apartemenku.
“Tidak ada siapa-siapa. Kau lihat
apa?” Tanya Se Hun bingung.
“Tidak ada. Oh ya, kamu mau ikut
ke pulau Jeju sore ini?” Tanya Su Ho.
“Emh…boleh” jawab Se Hun.
~*~*~*~Pulau Jeju ~*~*~*~
“Waaah…bunga-bunganya bermekaran!
Musim semi memang musim yang penuh warna dan indah” kagumku dari dalam taksi
sambil memandangi suasana kebun-kebun bunga.
“15 menit lagi acaranya akan
dimulai. Semoga sempat” harap-harap cemasku.
“Ya, Malam di musim Semi kali
ini, Universitas Nasional Korea sedang mengadakan Fashion Show terbuka di Pulau
Jeju untuk memamerkan hasil karya mahasiswi angkatan 2010 yang akan menghadapi
ujian akhir. Kita langsung saja, Inilah karya pertama!” ucap sang pembawa
acara.
“Heh…aku gugup. Apa aku harus
senekat ini?” pikirku yang menunggu di samping panggung.
“Kalau bukan bigini caranya,
bagaimana aku bisa lulus dan dapat pekerjaan?” pikirku yang mulai kacau sambil
menghela nafas.
“Ya, semua karya sudah
diperlihatkan sekarang waktunya…”
“Tunggu!” teriak ku yang sudah
berdiri di atas panggung dengan membawa dua sampelku.
“Apa yang dilakukan anak nekat
ini lagi?” ujar Madam Tae Ri yang berada di bawah panggung.
“Beri aku satu kesempatan lagi. Aku
mohon!” harapanku.
“Eh…” ujar pembawa acara sambil
menatap Madam. Madam hanya mengangguk.
“Baiklah. Ini adalah karya
terakhir, silahkan!” ujar pembawa acara itu.
Dengan
rasa gugup yang luar biasa, aku melangkahkan kakiku dan tersenyum ke setiap
sudut panggung. Dengan nafas yang sesak aku mulai mempersentasikan sampel ku
itu.
“Yang pertama adalah gaun yang
aku pakai ini adalah gaun Cherry Blossom. Aku terinspirasi dari Bunga Cherry
Blossom yang bemekaran di Ilsan Lake Park. Bunga Cherry Blossom atau yang
sering disebut Sakura ini melambangkan saksi Cinta. Karena bentuknya yang
sempurna dan warna merah muda yang menyatakan kesetiaan Cinta sungguh membuatku
terpikat ketika melihatnya. Jadi, aku menciptakan gaun ini dengan suasana
hatiku sekarang” jelasku sambil mendapati Su Ho yang sedang memotret tepat di
hadapanku. Ada Eunnie Hye Won disamping Su Ho sambil tersenyum kepadaku. Aku
pun membalasnya dengan senyuman juga.
“Dia sangat cantik” ujar Se Hun
yang sedari melihatku dari samping Su Ho.
“Kau menyukainya?” Tanya Su Ho
tiba-tiba.
“Hah…hahaha. Kalau kau Tanya
seperti itu, aku akan bilang Tentu saja” ucap Se Hun.
“Kenapa kau tidak mencoba meraih
hatinya?” Tanya Su Ho.
“Wae? Kau cemburu?” Tanya Se Hun
sambil tertawa.
“Tidak. Kenapa aku harus
cemburu?”
“Kau mengenalnya?”
“Dia temanku. Dia orang baik dan
juga punya semangat yang luar biasa” jelas Su Ho sambil tersenyum melihatku
yang berada di atas panggung.
“Jinja? Kata-katamu membuatku
semakin ingin mengenalnya lebih dalam” ujar Se Hun yang mulai menyukaiku.
“Jinja? Baguslah kalau begitu.
Aku akan mendukungmu” ucap Su Ho yang menyimpan rasa sakitnya sendiri dengan
ucapannya.
~*~*~*~
“Eun Ah…” teriak Sang Jin yang
menghampiriku yang sedang mengambil minuman.
“Eh…Sang Jin”
“DAEBAK!!!” ujar Sang Jin
menempelkan ibu jarinya ke hidungku.
“Auw…” keluhku memusut hidungku.
“Hehehe, Kamu benar-benar hebat,
Kamu adalah Brave Girl!” juluk Sang Jin.
“Hahaha” tertawa kecilku.
Saat itu juga,
aku melihat Su Ho bergandengan dengan Eunnie Hye Won sambil tertawa riang. Saat
itu juga, rasa yang sakit menyelimuti hati ku. Entah perasaan apa ini ? sungguh
menyakitkan di hatiku. Cemburu? Apa iya aku menyukai Su Ho? Tapi, mana mungkin
Su Ho menyukaiku.
“Hey…” Se Hun yang membuyarkan
lamunanku sambil menepuk pundakku.
“N..ne?”
“Hah, kenapa melamun?” Tanya Se
Hun sambil tersenyum lembut padaku.
“Heheh…tidak kok” ujarku
malu-malu.
“Oh ya, Se Hun imnida. Nama kamu
siapa?” ujar Se Hun memberikan tangan kanannya.
“Ah, Eun Ah imnida”
“Kau sangat terlihat cantik saat
di atas panggung tadi” jelas Se Hun sambil meminum minumannya.
“Heh? Ah…hahah” ujar ku dengan
wajah yang mulai memerah.
“Oh ya, aku teman Su Ho”
“Teman Su Ho?”
“Emh. Aku baru saja datang dari
New York”
“Ouh, jadi Su Ho dulu pernah ke
New York?”
“Aniyoo. Kami adalah teman semasa
SMA”
“Oh…jadi kau mengujungi Seoul
untuk bertemu dengan Su Ho?”
“Emh dan aku juga merindukan
Korea Selatan ini” ujar Se Hun sambil menatap langit gelap yang bersinar dengan
taburan bintang dimalam Musim Semi.
“Eh…” ujarku yang masih tersipu
malu oleh kata-katanya yang tadi.
~*~*~*~Kampus~*~*~*~
“Cie…Eun Ah makin cantik!” goda
Sag Jin sambil menyenggol-nyenggolku.
“Ah, kau ini bisa aja. Aku biasa
aja kok” jawabku yang masih membaca novel kecilku.
“Biasa bagaimana? Aku saja
benar-benar tidak menyangka bahwa kau memilki kecantikan seperti ini. Kau
seperti disihir” ujar Sang Jin sambil memutar-mutar jari telunjuknya ke arah
wajahku.
“Hahahah, kau ini” ujar ku yang
tertawa. Saat itu aku melihat sosok namja yang selalu membuat hatiku terasa
ceria jika ku melihat wajahnya berdiri jauh dari tempat ku duduk sambil
membelakangiku. Itu adalah Su Ho.
“Tunggu sebentar, ya!” ujarku
kepada Sang Jin.
“Hah?” Sang Jin yang bingung
melihatku tiba-tiba berlari.
Aku
pun berlari ke arah Su Ho. Munculah niat ku untuk mengejutkan Su Ho. Tapi,
sebelum itu terjadi aku melihat Eunnie Hye Won yang sedang berbicara dengan Su
Ho.
“Hah..” ujarku yang langsung
membalik badan ku dan ingin berlari.
“Eh, Eun Ah!” panggil Eunnie.
“Ah, hahahah. Ne?” ujarku yang
membalik badanku kembali ke arah mereka.
“Sepertinya kau ingin mangatakan
sesuatu, Eun Ah?” Tanya Eunnie yang bersamaan Su Ho menatapku.
“Ah, e…itu…” ujarku yang
ragu-ragu.
“Ah, malam Fashion Show itu, kau
benar-benar menakjubkan. Kau benar-benar DAEBAK!!! Kau seperti seorang putri
panggung” kagum Eunnie yang di ikuti dengan senyum Su Ho.
“Oh itu, Khamsahamnida. Itu semua
juga berkat Eunnie”
“Aku tidak menyangka kalau kalian
berdua sudah menjadi teman” ujar Su Ho yang menyela.
“Bukan hanya kamu saja yang ingin
berteman dengan Eun Ah, aku juga mau. Apalagi setelah mendengarnya dari Su Ho”
“Hah?” ujarku yang bingung.
“Kau tahu, Su Ho benar-benar
mengagumi mu Lo. Dia selalu menceritakan tentangmu setiap kami bertemu” jelas
Eunnie.
“Ah, Noona. Oh ya, kami pergi
dulu ya? Kami masih ada keperluan lagi” ujar Su Ho yang langsung menarik lengan
Eunnie.
Aku
hanya bisa diam dan berpikir tentang apa yang dikatakan Eunnie tadi. Sebenarnya
Su Ho itu pacaran atau nggak sih sama Eunnie? Tapi, kenapa dia mengatakan kagum
terhadapku kepada Eunnie? Tapi, itu wajarkan. Ah, semuanya benar-benar mumet
dipikiranku sekarang.
~*~*~*~Rumah Sakit~*~*~*~
“Bagaimana dok perkembangannya?”
Tanya Eunnie Hye Won kepada seorang dokter.
“Ah, hah…sudah berapa kali dia
tidak cuci darah?”
“Tiga” jawab Su Ho.
“Tiga? Darahmu sangat kotor dan
penumpukan bakterinya bertambah” ujar Dokter itu ragu untuk menjelaskan kepada
mereka.
“Lalu, apa yang harus kami
lakukan dok?”
“Kita hanya pasrah kepada tuhan.
Semoga Su Ho mendapatkan keajaiban”
“Maksud dokter?” Tanya Su Ho.
“Kankermu sudah menyebar ke
seluruh peredaran darah dan umurmu tidak akan lama lagi” jelas dokter dengan
ekspresi bersalah.
“Mwo?” Tanya Su Ho tidak percaya.
“Dok, pasti ada cara untuk
menyembuhkannya kan dok? Iya kan dok?” Tanya Eunni panik.
“Entahlah, kita lakukan pencucian
secara rutin saja dulu. Kita akan lakukan tiga kali dalam seminggu untuk
mencuci darahnya”
“Baiklah, tolong lakukan apa saja
untuk menyelamatkan dongsaeng ku?”
“…” Su Ho hanya diam dengan
tatapan kosong.
~*~*~*~Ilsan Lake Park~*~*~*~
“Huh…kenapa aku bisa mencintai
seorang namja yang mencintai orang lain?” Tanyaku sendiri yang duduk dibawah
pohon Cherry Blossom.
“Hey, kau tahu tidak?” Tanya ku
kepada pohon Cherry Blossom yang menaungiku sambil menendangnya.
“Auuw..huh, kakiku” ujarku yang
menjerit.
PLETAAAK
“Ah…aduuuh” keluhku ketika sebuah
ranting pohon Cherry Blossom mendarat di kepalaku.
“Sakit ya?” suara seorang namja.
“Hah…Su Ho?”
“Hehehm” jawabnya tersenyum dan
duduk disampingku.
“Darimana kau tahu aku ada
disini?”
“Tentu saja aku tahu. Kau seperti
aku yang sudah terpikat oleh bunga Cherry Blossom ini. Apalagi ketika kau
menceritakannya waktu di panggung itu, kau terlihat sangat mengidamkan tempat
ini. Aku juga seperti kamu” jelas Su Ho sambil mengeluarkan kameranya dari tas
selempang kecilnya. Kata-katanya tadi seperti menyatakan kesamaanku dengannya.
Itu membuat keadaanku merasa sedikit nyaman.
“Kesini!” perintah Su Ho
merangkulku dengan tangan kirinya dan tangan kanannya memegang kamera.
“Hah?” ujarku yang merasa tubuhku
telah sangat dekat dengan tubuh Su Ho.
“Cheees” ujar Su Ho yang
menandakan kamera siap memotret kami.
“Kau ini, selalu seperti itu.
Mengambil gambar tanpa persetujuanku” ucapku malu-malu.
“Hehehmh. Kalau bilang-bilang
sama kamu, pasti kamu nggak akan setuju” ujar Su Ho.
“Oh ya, Se Hun itu temanmu kan?”
tanyaku.
“Ne, kau sudah berkenalan
dengannya?”
“Ne. Dia sepertinya orang baik”
“Emh…dia sangat baik dan cocok
untukmu”
“N..ne?” ujarku yang rada-rada
tidak medengar ucapannya tadi.
“Hah…waktu cepat sekali berlalu.
Padahal aku ingin berlama-lama disini bersamamu” ujarnya sambil menatap hari
yang mulai senja.
Lagi-lagi
dia membuat kata-kata yang membuat jantungku berdetag lebih cepat. Syukurnya
aku tidak keringat hangat.
~*~*~*~Apartemen~*~*~*~
TOK TOK TOK
“Iya, sebentar!” teriakku yag
baru selesai berpakaian.
“Annyeong!” sapa Se Hun yang
bertamu ke apartemenku.
“Hoh…Se Hun?” ujarku yang
terkejut.
“Heheh, kau tekejut?”
“Tentu saja. Kau tahu darimana
aku tinggal disini?”
“Su Ho” ujar Se Hun yang menunjuk
Su Ho yang berdiri diseberang apartemenku.
“Mwo? Su Ho tinggal di seberang?”
“Kau tidak tahu ya? Bukakah
kalian berteman?” Tanya Se Hun bingung.
“Tidak. Aku benar-benar tidak
tahu. Aku dengan Su Ho tidak sedekat yang kau kira” jelasku.
“Ah, ya sudah. Kau tidak sibukan?”
Tanya Se Hun tiba-tiba.
“Aniyoo. Waeyo?”
“Bagaimana kalau kita berkencan?”
“Kencan?”
“Emh…aku ingin mengenalmu lebih
dekat lagi” ucapnya sambil tersenyum lebar padaku.
“Hah?” ujarku yang semakin
bingung.
“Aku akan tunggu diluar” ujar Se
Hun dengan riang.
“SEMOGA KENCAN KALIAN SUKSES!!!”
Teriak Su Ho dari seberang.
Malam
itu, aku benar-benar berkencan dengan Se Hun. Aku sangat sering melamun ketika
Se Hun mencoba mengajakku berbicara. Yang aku pikirkan adalah apa semua ini
rencana Su Ho? Kenapa dia melakukan itu? Apa karena dia takut aku mencintainya
karena dia sudah mencintai Eunnie jadi dia kasihan denganku jadi dia mencarikan
ku orang lain? Hah…aku benar-benar tidak mengerti.
“Eun Ah?” paggil Se Hun.
“Hah? Ne?”
“Kau ada masalah?”
“Eh, aniyoo”
“Kenapa kau sering melamun ketika
aku ajak bicara?” Tanya Se Hun penasaran.
“Hah…eh, jinja?” ucapku sambil
memusut-musut pipiku.
“Kau ingin makan apa?”
“Emh…Sop Gurita saja” jawabku.
~*~*~*~Kampus~*~*~*~
Hari
ini adalah ujian akhir semester. Seminggu sudah aku menjalin hubungan bersama
Se Hun sejak malam kencan pertama ku. Tapi, aku tidak pernah mengatakan “Ne”
ketika Se Hun bilang “Saranghae” kepadaku. Tapi, hubungan kami baik-baik saja.
Aku menajalaninya seperti biasa saja. Seminggu juga sudah aku tidak bertemu
dengan Su Ho. Lagi pula aku juga merasa tidak nyaman jika bertemu dengannya
setelah dia bilang “Semoga Kencan Kalian Sukses!”. Itu kata-kata yang sangat
menyakitkan ku.
Ujian
telah berlalu, kami pun menjadi Mahasiswa dan Mahasiswi yang Lulus dari
Universitas Nasional Korea. Dari kejauhan aku dapat melihat senyum Su Ho dan
Eunnie Hye Won yang terpancar indah disana.
“Eun Ah!” Sang Jin yang
mengejutkanku.
“Hah?”
“Hahah, Chukkae” ucapnya sambil
memberikan tangan kanannya padaku.
“Ne, kau juga” ujarku yang
memberikan tanganku.
“Annyeong!” salam Su Ho yang
tiba-tiba muncul dari belakangku.
“A…Annyeong” jawabku gugup.
“Chukkae” ucap Su Ho memberikan
tangannya padaku.
“Ne, kamu juga” aku pun
memberikan tanganku juga.
“Setelah ini kamu akan
melanjutkan kemana?” Tanya Su Ho.
“Aku, Aku bekerja di perusahan
Perancang Baju di Seoul saja. Kau sendiri?”
“Aku akan bekerja ke New York”
jawab Su Ho dengan menatapku secara dalam.
“Hah? New York? Jauh sekali”
“Ne”
“Iya sih. Itu kan Negara besar.
Ya semoga cita-cita mu tercapai” harapanku.
“Kau juga. Ketika kita bertemu
lagi kau harus menjadi orang yang sukses dari aku”
“Tentu. Aku akan tunjukan itu”
semangat ku tersenyum pada Su Ho.
Itu
adalah percakapan terakhirku dengannya. Akhirnya dia benar-benar pergi dan rasa
sakitku semakin dalam dan semakin membuatku menyesal merelakannya pergi begitu
saja. Kini aku sudah bekerja di sebuah Perusahan Majalah Baju Sophie Martien
yang berpusat di Perancis ini selama 2 tahun lamanya. Perusahan ini berdiri di
Ilsan Lake Park tepat di seberang kebun Pohon Cheryy Blossom. Ini adalah Musim
semi yang kedua yang aku lewati dengan masih menyimpan rasa cintaku kepada Su
Ho.
Drrrrrt Drrrrrt (getar Hp-ku)
“Annyeonghaseyo, Se Hun. Ada
apa?”
“Annyeong. Kau sibuk?”
“Aniyoo. Waeyo?”
“Bisa kita ketemu sekarang? Aku ingin membicarakn sesuatu padamu”
“Emh…oke. Kita ketemu di restoran
biasa ya?”
“Ne”
Setelah
menutup telepon dari Se Hun, aku bergegas menemuinya di restoran langganan
kami. Bagaimana pun untuk selama ini, Se Hun lah yang menemaniku dalam
kesepian. Dialah orang yang setia menemaniku dan melawati musim-musim ini.
Jadi, kami hanya menjalani hubungan kami selayaknya.
“Waeyo? Bukankah kau harus
bekerja?” jawabku yang langsung duduk di kursi yang sudah dipesan Se Hun.
“Ini jam istirahat. Kau lupa?”
“Oh, heheh” jawabku tertawa
kecil.
“Begini, aku boleh tanya
sesuatu?” ujarnya yang memulai pembicaraan.
“Apa? Katakana saja” ujarku.
“Apa kau mencintaiku?” Tanya Se
Hun tiba-tiba.
“Hah? Heh…kenapa kau tiba-tiba menanyakan
itu?”
“Jawablah dengan jujur” ujar Se
Hun mulai serius.
“Kau mencintai Su Ho, kan?”
tanyanya kembali.
“Hah?” ujar ku yang bingung untuk
menjawab apa.
“Su Ho juga mencintaimu. Malah
lebih dari itu”
“Apa maksudmu? Aku sungguh tidak
mengerti” ujar ku yang bingung.
“Jangan paksa perasaanmu terhadapku.
Itu hanya akan melukai perasaanmu saja”
“Ah, aniyoo. Lagi pula dia kan
mencintai Eunnie Hye Won. Bukan aku” jelasku.
“Mwo? Eunnie Hye Won?”
“Ne. Mereka kan sepasang kekasih”
“Hehehm. Mereka adalah kakak
adik” ujarnya yang tersenyum kecil padaku.
“Mwo? Kakak adik?”
“Ne”
“Kenapa aku tidak pernah tahu?”
“Apa kau tidak pernah bertanya
kepada mereka?” Tanya Se Hun.
“Aniyoo” jawabku dengan menyusun
semua maksud Se Hun.
“Hah…sudah ku duga hubungan kita
ini hanya karena salah pahammu”
“Lalu, apa Se Hun baik-baik saja
di New York?”
“Itu dia yang harus kau cari tahu
sendiri. Aku tidak bisa mengatakannya”
“Hah? Apa maksudmu?”
“Ini alamat rumah Su Ho.
Datanglah kesana, kurasa kau akan mengerti semua ini dan seumur hidupku aku
akan menyesali apa yang aku lakukan semua ini padamu. Tapi, kau harus tahu,
kalau aku sungguh-sungguh mencintaimu” jelas Se Hun yang benar-benar membuat ku
pusing dan bingung dengan apa yang terjadi sekarang.
Aku
pun mengujungi alamat pada kertas yang diberikan Se Hun. Sebuah rumah mewah
yang pastinya milik orang kaya yang memiliki derajat tinggi.
TING TONG TING TONG (suara bell)
“Annyeong” sapa ku pada seorang
Yeoja yang membukakan pintu pagar untuk ku.
“Hah…Eun Ah” ujar Yeoja yang
adalah Eunnie Hye Won yang langsung memelukku.
“Eun Ah, kau kemana saja? Aku sudah
mencari-carimu” jelas Eunnie itu sambil menangis memeluku.
~*~*~*~Ruang Tamu~*~*~*~
“Ini!” ujar Eunnie yang memberiku
sebuah pot bunga bersama anak pohon Cherry Blossom dan Sebuah album kecil
berukuran buku tulis.
“Apa ini?” tanyaku yang bingung
melihat anak pohon Cherry Blossom itu dan meraih buku album itu.
“Su Ho yang menanam ini”
“Mwo? Su Ho?” ujarku yang
terkejut.
“Ne”
“Lalu apa ini?”
“Lihat saja!”
“Aigoo~ album ini semuanya poto
ku?”
“Ne”
“Dia mengoleksi poto-potomu sejak
pertama bertemu. Dia selalu memotretmu tanpa sepengetahuanmu”
“Hemh…heheh. Dia selalu seperti
itu. Dia tidak pernah bilang kalau mau memotretku” ujarku yang tertawa kecil
sambil menangis.
“Lalu, dimana dia sekarang?”
tanyaku.
“Aku bingung menceritakannya
darimana”
“Ceritakanlah pelan-pelan”
saranku.
“Pertama bertemu denganmu
dipinggir jalan itu adalah awal bagi Su Ho untuk mendapatkan Cinta Pertamanya
yaitu kau. Sejak saat itu dia sering memperhatikanmu dan sering menceritakan
tentangmu padaku. Aku pun turut senang saat mendengarnya, makanya aku ingin
juga berteman denganmu. Tapi, karena dia sering memperhatikanmu, dia lupa kalau
dia harus cuci darah” cerita Eunnie yang panjang dan lebar itu.
“Cuci darah? Apa maksudnya?”
“Dia mengidap kanker darah”
“Hah? Lalu?” ujarku yang mulai
merasa sesak didadaku.
“Dia bilang dia akan bekerja ke
New York. Dia bohong. Sebenarnya dia harus dirawat dirumah sakit. Dia sengaja
mendekatkanmu kepada Se Hun agar kau tidak dalam mencintainya. Dia takut kau
akan menangis lagi ketika kau mengetahui umurnya tidak akan lama. Dia akan amat
sangat menyesal bila harus melihat kau menangis lagi. Lalu, satu bulan kemudian
dia harus pergi meninggalkan kita” jelas Eunnie yang mulai merintih.
“Hah…mwo? waeyo?” ujarku yang tak
dapat menahan rasa sakit mendengar cerita itu.
“Mianhe, Mianhe Eunnie” ujar
Eunnie yang berlutut kepadaku.
“Aniyoo Eunnie. Ini bukan salah
Eunnie. Ini hanya salah paham. Hah…hah..” ujarku yang memeluk Eunnie sambil
mengeluarkan seluruh penyesalanku melalui tangisanku.
~*~*~*~Taman Ilsan Lake
Park~*~*~*~
Aku
membuat sebuah lubang kecil di dekat pepohonan Cherry Blossom. Aku mencabut
anak pohon Cherry Blossom dari pot dan meletakan anak pohon itu ke lubang yang
aku buat. Dengan derai air mata yang deras aku menutup akar anak pohon itu.
Semakin ku tutup akar itu, semakin terasa sakit penyesalan yag aku rasakan.
“Jeosongimnida, Su Ho. Aku
benar-benar menyesal tidak mengatakan Cinta padamu” ujarku.
Sebuah
sentuhan lembut menyentuh punggung tanganku. Tangan itu, tangan Su Ho. Aku
langsung menatapnya. Dia tersenyum menatapku.
“Su…Su Ho?” ujarku yang tak
percaya.
“Saranghae, Eun Ah”
“Sarangheyo Su Ho” ujar ku yang
langsung memeluk Su Ho sambil derai air mataku yang semakin deras.
“Mianhe” ucap Su Ho.
“Aniyoo. Aku yang harus
mengatakan itu”
“Sudahlah. Aku sudah merasa
tenang sekarang setelah aku mengetahui kau juga mencintaiku” jelas Roh Su Ho
itu.
Sebelum
Su Ho benar-benar pergi untuk meninggalkanku, Su Ho mencium keningku. Aku
menutup mataku. Sentuhan bibirnya yang lembut itu akan tercatat dikenangan
manisku. Perlahan-lahan aku membuka mataku dan Su Ho telah hilang. Sekarang dia
benar-benar pergi meninggalkan ku dan yang lainnya.
Hari
mulai senja, aku masih duduk tersipu di bawah pohon Cherry Blossom. Aku masih
teringat dimana terakhir kali aku dan Su Ho duduk disini. Dimana dia
merangkulku dan berpoto bersama. Aku buka kembali album potoku yang dikoleksi Su
Ho. Aku tertawa sambil meneteskan air mata dipipiku.
"Dangsin-eun nae cheos-sarang da majimag Su Ho ibnida. Dangsin-eul sarangae" ucapku sambil memeluk erat album itu.
"Dangsin-eun nae cheos-sarang da majimag Su Ho ibnida. Dangsin-eul sarangae" ucapku sambil memeluk erat album itu.
The End
Close Song=> EXO-Baby Don’t
Cry
Gamsahamnida sudah meluangkan
waktu untuk membaca FanFic ini. FanFicnya bikin Galau ya? Hahaha XD.
Jeosongimnida kalau ada kesalahan kata en bikin kalian pada boring. Kalau
boring di goreng aja (?). Dimohon Like, Kritik en sarannya ya? Tunggu di FanFic
selanjutnya ya!!! Anyeonghaseyo ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar