Selamat Datang Di Blog Han Hyo Mi


widget

Love in Cherry Blossom Flowers


Love in Cherry Blossom Flowers


Author: Han Hyo Mi
Tokoh: Kim Eun Ah, Jung Sang Jin, Lee Hye Won, EXO: Kim Jun Myeon(Su Ho) dan Oh Se Hun(Se Hun)
Genre: Romantic
Untuk: 15+
Open Song=> EXO-What is Love?

 ~*~*~*~

Aku lambai-lambaikan tanganku ke jalan, tapi tidak satu pun taksi yang berhenti untukku. Sudah setengah jam aku berdiri di pinggir jalan. Muka ku sudah tampak kumal dan tampak lelah. Rambutku yang pendek ini tampak terlihat berantakan. Setengah jam lagi kelasku akan masuk. Aku pun berjongkok di pinggir trotoar.
“Taksi, Taksi…” teriak seorang namja yang berdiri disampingku. Aku spontan menatapnya. Tidak lama, sebuah taksi berhenti dihadapanku.
“Masuklah ! Nanti kau bisa terlambat” ujar namja itu.
“Oh, N…ne. Khamsahamnida” ucapku sambil menunduk. Aku pun bergegas masuk kedalam taksi itu.
                Selama didalam taksi, aku selalu memikirkan namja itu. Kenapa aku tadi tidak bertanya namanya? Dan dia sekolah dimana? Kalau saja nanti aku bertemu dengannya dan aku akan membalas kebaikannya. Dasar Bodoh! Pikirku.
~*~*~*~
BRAAAK (suara pintu)
“Je…jeosongimnida” ucapku gugup. Nafasku benar-benar tidak stabil. Ditambah melihat Ibu dosen itu. Ibu dosen dikelas ku itu dikenal dengan wajah sangarnya itu. Padahal wajahnya sangat jauh berbeda dengan sifatnya. Namanya juga cantik, yaitu Kim Tae Ri. Dipanggil Madam Tae Ri.
“Duduklah!” ujar Madam Tae Ri. Aku pun bergegas duduk ke bangku ku.
Aku duduk dibangku paling belakang dan sendirian. Bisa dibilang aku adalah murid yang penyendiri atau tidak memiliki teman. Tentu saja, siapa juga yang ingin berteman dengan yeoja seperti aku ini. Sudah badan kecil, rambut acak-acakan, gigiku pakai kawat dan cara berpakainku juga sungguh-sungguh norak.
Sudah satu jam berlalu pelajaran Desainer ini berlalu dan hanya lima orang saja yang bertahan mendengar ocehan Madam Tae Ri. Salah satunya adalah aku dan yang lain pada K.O alias pada tidur.
“Ya, pelajaran hari ini cukup sampai disini. Oh ya, sebelum keluar dari kelas tolong kumpulkan tugas minggu lalu” ucap Madam Tae Ri.
“Ne” jawab kami. Aku pun membuka tas ku dan ternyata…
“Hah? Dimana sampel ku? Bukankah sampel itu sudah selesai? Hah…jangan-jangan. Aish…ketinggalan lagi. Ini sudah yang ke tiga kalinya. Aduuh…bagaimana ini?” gelisahku dengan menggaruk-garuk rambutku yang sudah acak-acakan tambah hancur.
“Emh…Madam?” panggilku yang menghampiri meja Madam.
“Apa?” ujar Madam itu sambil membereskan sampel-sampel.
“Itu…sampelku..”
“Ketinggalan lagi?”
“Heh? Aniyoo. Tapi, lupa. Aku sudah menyelesaikannya seminggu yang lalu. Tapi, gara-gara buru-buru jadi, ketinggalan deh, Madam” jelasku dengan nada gugup.
“KIM EUN AH. Ini sudah yang ketiga kalinya kau tidak mengumpulkan sampelmu. Ini adalah tugas ke enam. Keenam sampel itu akan ditujukan secara umum minggu depan. Kau tahu sebentar lagi kau akan menghadapi ujian, Eun Ah?”
“N…ne. Tapi, beri aku satu kesempatan lagi. Kalau mau, aku akan pulang sekarang untuk mengambil sampelnya”
“Sudah terlambat. Sampel-sampel yang dulu sudah aku ambil nilainya. Jadi, walau kamu bawa sampelmu, aku tidak bisa memberimu nilai”
“Ayolah! Sekali ini saja. Ya, ya ,ya?”
“Andwe” jawab Madam itu. Aku hanya memperlihatkan wajah cemberut. Harapanku musnah…
                Istirahat pertama, aku hanya duduk di taman sambil merebahkan kepalaku pada meja taman. Aku hanya mengendus-ngenduskan nafasku karena hari ini aku merasa kurang beruntung.
“Kalau seperti ini, bagaimana masa depan ku bisa cerah?” keluhku.
Dari kejauhan aku melihat seorang namja yang sedang berjalan ke arahku. Sepertinya namja itu aku mengenalnya. Ah, namja yang mencarikan ku taksi. Aku pun mengangkat kepalaku dan tersenyum. Tapi, harapan itu hilang. Karena seorang Yeoja menghampirinya dan menariknya pergi.
“Huft…sudah ku bilang, hari ini bukan hari ke beruntunganku” ujarku sambil merebahkan kepalaku kembali dan memalingkannya.
“Yaa…” teriakku yang terkejut dan jatuh kebelakang.
“Ah…mianhe” ujar seorang yeoja yang sekelas denganku yang sukses mengejutkanku.
“Huh…pantatku, ada apa? Tumben kau mendekatiku, Sang Jin ”
“Itu, apa kau tidak ikut memfashion showkan sampel-sampelmu?”
“Itu hanya harapan yang musnah”
“Apa maksudmu? Kau menyerah begitu saja?”
“Ya, mau bagaimana lagi. Sampel-sampelku saja tidak di terima Madam”
“Kau harus mencoba cara lain. Waktumu masih ada seminggu”
“Entahlah!” jawabku yang merebahkan kepalaku kembali ke meja.
~*~*~*~Apartemen~*~*~*~
                Aku terus menatap tiga sampelku itu dan mencoba mencari ide bagaimana cara sampelku di terima. Kalau aku tidak lulus ujiannya, pasti orang tuaku marah besar. Habislah aku!
“Sampelku nggak jelek-jelek sekali. Sayang kalau tidak digunakan” ucapku sambil memegang sampel-sampelku.
“Hah, entahlah! Aku lelah terus menatap sampel ini” ujarku yang pergi meninggalkan apartemen yang super sederhana ini.
BRAAAAK (suara pintu)
                Aku pergi ke kampus sambil menghempaskan pintu apartemenku itu. Ternyata suara itu membuat seorang namja yang tinggal diseberang apartemenku itu terkejut.
“Woh…huh” ujar namja yang meraih kameranya yang hampir jatuh gara-gara suara pintu yang ku hempaskan.
“Siapa yang pagi-pagi begini sudah marah-marah?” ujar namja yang bertanya-tanya sambil melihat-lihat ke arah apartemenku ku.
~*~*~*~Loteng Kampus~*~*~*~
“Emh…” desisku yang menikmati suara lembut angin pagi di atas loteng kampus sambil membuat sketsa desain baju.
JEPREEEET (suara kamera)
“Hah?” aku yang terkejut menatap suara kamera itu.
“Emh. Bagus” ucap seorang namja yang melihat hasil gambar yang diambilnya.
“Ya…Yaa” teriakku yang pelan.
“Apa?” tanyanya yang masih melihat-lihat kameranya.
“Apa yang kau lakukan? Kau mengambil gambar tanpa seijinku” jelasku.
“Potonya bagus. Biarkan aku mengoleksinya ya?”
“Hah?” ujarku bingung.
“Wah, kau pintar sekali menggambar”
“Ah…tidak juga” ucapku malu-malu.
“Hehehm” dia tersenyum padaku.
                Untuk pertama kalinya, ada seorang namja yang tersenyum padaku. Itu adalah sebuah anugerah paling indah. Senyumnya membuat jatung ku berdetag tidak menentu dan membuat ku melongo.
“Hey?” panggil namja itu sambil meraba-raba penglihatanku.
“N…ne. Oh…itu, yang kemarin Khamsahamnida”
“Oh, Ne Cheonma. Oh ya, kita belum kenalan?” ujar namja itu sambil memberikan tangan kanannya padaku.
“Hah…eh, joneun Kim Eun Ah imnida”
“Kim Jun Myeon imnida. Panggil saja Su Ho” ujarnya yang lagi-lagi tersenyum. Itu membuat suhu badanku hangat dan gugup.
“Kau tidak masuk ke kelas?” tanyanya.
“Aku tidak tahu. Masuk atau tidak, itu tidak akan mengubah apa-apa. Lagi pula aku tidak bisa ikut memperlihatkan sampel-sampel ku minggu depan” jelasku dengan tampang wajah sedih.
“Heh...” namja itu tertawa kecil.
“Kenapa tertawa?”
“Aniyoo” jawabnya yang masih tersenyum.
“Kau, Kau tidak masuk ke kelas juga?” tanyaku balik.
“Tidak”
“Waeyo?”
“Aku bosan dikelas. Gurunya hanya ngoceh saja. Akukan ingin prakteknya”
“Oh…”
                Kami pun terdiam setelah itu. Kami duduk sambil menatap pemandangan kota dari loteng kampus bersama.
~*~*~*~Apartemen~*~*~*~
“Hemh…dari pada nganggur, aku coba aja sampelnya kalau aja cocok, hehehe” ide yang tiba-tiba muncul dikepalaku.
Aku pun mencoba salah satu sampel ku. Sampelku itu mirip dengan gaun pernikahan yang ku kira cukup mewah. Aku mendesain ini dengan ideku sendiri, tanpa copy paste milik orang.
“Hemh…pas” ujarku yang melihat dicermin lemari pakaianku. Aku pun menyisir sedikit rambutku untuk merapikannya. Aku membawa gaun itu ke luar ke loteng apartemenku.
“Hah…benar-benar indah. Heheh, seperti seorang pengantin” pujiku pada gaun buatanku itu.
                Tidak kusadari, bahwa namja yang ada diseberang apartemenku, memotretku. Namja itu tersenyum ketika dia mendapat gambar yang memuaskan.
~*~*~*~Kampus~*~*~*~
BRAAAK (suara pintu)
                Aku masuk ke kelas dikampusku sambil memakai gaun yang aku buat sendiri itu. Semua mata tertuju padaku, termasuk Madam.
“Eun Ah, apa yang kau lakukan?” Tanya Madam itu dengan bingung.
“Inilah sampelku. Aku mohon Madam bisa menerimanya” jelasku.
“Hahahah” tawa teman-temanku.
“Ide apa itu? Kau sengaja memakainya ke sini agar kau di kasihani, lalu aku harus menerima itu?” Tanya Madam itu.
“…” aku hanya diam dan menunduk malu.
“Pulanglah! Ganti bajumu” ujar Madam itu.
“Aku tidak tahu lagi, harus berbuat apa agar Madam mau menerima sampelku ini?” ujarku yang mulai menangis.
“Pulanglah! Kau terlalu lelah dan stress” saran Madam.
                Aku pun keluar dari kelas dengan sempoyongan. Ketika keluar, ada seorang mahasiswa menginjak gaunku itu dan membuatku terjatuh.
“Ah…” keluhku terjatuh.
“Hah…gaunku!” ujarku yang melihat gaunku sobek hingga kepinggangku di sisi kananku.
“Hem…heheh” aku pun lari menangis sambil memegang gaunku yang sobek itu.
                Aku duduk diloteng kampus sambil merapati gaun yang kupakai itu telah sobek. Aku benar-benar bodoh untuk melakukan ide itu.
“Ini. Pakailah!” ujar seorang Eunnie yang memberikanku sebuah jaket.
“Khamsahamnida” ucapku sambil menutupi pahaku yang terbuka karena gaunku yang sobek. Setelah ku ingat-ingat, Eunnie ini bukankah yang menarik Su Ho waktu itu?
“Ya sudah, aku pulang duluan. Kau boleh mengembalikan jaketnya, jika kita bertemu lagi” ujar Eunnie itu sambil beranjak dari sampingku.
“Oh ya, nama eunnie siapa?” ujarku.
“Lee Hye Won, Hye Won. Kamu?”
“Kim Eun Ah, Eun Ah”
                Eunnie itu pun pergi setelah kami berkenalan sambil meninggalkan senyum manis dari bibirnya. Aku dan dirinya tentu saja seperti jarak langit dan bumi. Dia seperti seorang Putri. Bisa jadi dia yeojachingu Su Ho. Kenapa aku berpikiran seperti itu? Bukankah aku bukan siapa-siapanya Su Ho? Jadi, Su Ho berhak berpacaran dengan siapa saja.
                Hari mulai sore aku pun berjalan ke depan gerbang kampus. Gaunku yang sobek pun terseret ketika aku berjalan. Aku duduk berjongkok di depan kampus menunggu sebuah taksi berhenti untukku.
“Taksi tidak akan datang, jika kau tidak memanggilnya” suara seorang namja. Aku pun spontan mentap kesampingku.
“…” aku hanya diam ketika dia ikut duduk disampingku.
“Kau ada masalah?” Tanya namja yang bernama Su Ho itu.
“Aniyoo”
“Lalu, kenapa mata mu merah dan berair?”
“Oh, ini…aku hanya kelilipan”
“Itu alasan yang basi” ujarnya.
“Sampai tidur di sini pun, tidak akan ada taksi yang berhenti untukmu. Sebaiknya kau ikut denganku saja!” ujarnya yang menarik lenganku.
“Pakailah!” perintahnya agar aku memakai helmnya. Aku pun duduk di motor thundernya dan berpegangan erat dipinggangnya.
“Kita mau kemana?” tanyaku.
“Kau temani aku memotret”
“Maksud ku kemana?”
“Tenang saja” sarannya. Kemudian, aku hanya diam selama perjalanan.
                Perjalanan kami sudah cukup jauh dari kota. Aku tidak tahu ini dimana. Mana lagi aku jarang jalan-jalan.Sudah ku bilang, sudah pakaian norak, orangnya juga norak.
“Kenapa harus aku yang menemanimu?” tanyaku tiba-tiba membuyarkan kesunyian.
“Kamu akan tahu nanti ketika sampai” ucapnya lembut.
                Kata-kata itu membuat seluruh badanku hangat dan nyaman. Aku tersenyum sendiri. Entah siapa dia? Entah kenapa dia mau dekat dengan yeoja norak sepertiku ini?
“Yap ini dia!” ujar Su Ho semangat.
“Dimana?” ujarku tengak tengok.
“Dibelakangmu” ujar namja itu sambil melepaskan helmnya. Aku pun membalik badanku ke belakang.
“Tempat apa ini?”
“Kau tidak tahu?” taya namja itu.
“Tidak”
“Ini di Ilsan Lake Park”
“Ouh...”
“Kajja!” ajak Su Ho sambil menarik lenganku lagi.
                Setelah bediri di dekat salah satu pohon Cherry Blossom, Su Ho menjauh dari ku. Aku pun mengikutinya.
“Jangan bergerak!” ujarnya mendadak. Aku pun diam di tempat.
“Lepaskan jaketmu!” perintahnya lagi. Aku pun menatap jaket yang ku ikat pada pinggangku itu.
“Untuk apa?” ujar ku yang tentu saja aku tidak mau.
“Lepaskan saja!” ucapnya dengan lembut.
“Andwe” jawabku tegas.
“Bagaimana aku bisa mengambil gambarnya?” ujarnya.
“Hah? Gambar?” ujarku bingung.
“Ne” jawab Su Ho sambil menyiapkan kameranya.
“Jadi, aku menjadi modelmu? Wae?” tanyaku tidak percaya.
“Karena aku suka”
“Suka? Ta…Tapi gaunku sobek” jelasku.
“Lepaskan saja!” ujarnya yang mendekatiku.
Su Ho melepaskan jaket yang berada di pinggangku dan menghadapkan tubuhku pada pemandangan Pohon Cherry Blossom. Aku hanya diam menyimpan wajahku yang merah dan malu dari pandangannya.
“Pandanglah bunga cherry blossom dan danau disana” perintahnya lagi. Aku pun mengikuti perintahnya.
                Aku menikamati pemadangan disana. Aku mencapai salah satu ranting pohon cherry blossom ketika melihat kupu-kupu kuning menghampiri bunga cherry blossom yang sedang mekar di hadapanku.
“Sudah selesai, ayo kita pulang!” ajaknya sambil menyimpan kameranya.
“Sudah? Sebentar sekali, aku ingin disini sebentar” ujarku yang sudah nyaman sedari duduk memandangi danau diseberang sana di bawah pohon cherry blossom.
“Ini hampir malam, mana lagi kau bisa masuk angin dengan gaun itu” ujarnya yang menarik ku berdiri dan memakaikan jaket itu lagi ke pinggang ku.
                Kami pun pulang. Aku merasa cukup lelah dan tidak ku sadari aku menyandarkan kepalaku ke punggung Su Ho. Aku tertidur lelap di kehangatan punggung Su Ho. Su Ho hanya tersenyum melihatku. Senyum itu bukan senyum biasa.
~*~*~*~
“Emh…haaaaaah” aku melonggar-longgarkan tubuhku.
“Hoh? Aku sudah di apartemenku? Darimana Su Ho tahu aku tinggal disini?” ujarku yang penuh tanda Tanya.
Aku sempat berpikir kalau dia selama ini membuntutiku. Tapi, itu tidak mungkin. Hanya orang pengangguran yang membuntuti ku.
“Hoh…hari ini Fashion Shownya ya? Nggak kerasa bentar lagi ujian kelulusan” ujarku yang tampak pasrah ini.
~*~*~*~Kampus~*~*~*~
                Semua orang tampak sibuk mempersiapkan Fashion Show malam ini di Jeju. Hanya aku saja yang ngaggur. Aku duduk sendiri di kelas yang kosong lompong ini. Ku ambil selembar kertas HVS putih dan kugaris bentuk-bentuk indah di kertas putih itu. Jadilah sebuah desain baju yang terinspirasi dari bunga Cherry Blossom. Tidak ku sadari Sang Jin melihatku duduk sendiri di kelas.
“Apa yang kau lakukan disini?” seraya menghampiriku.
“Tidak ada apa-apa” jawabku dengan ekspresi datar menatapnya.
“Yang lain sedang sibuk untuk malam ini, kau santai sekali” celotehnya.
“Lalu aku harus bagaimana?” tanyaku.
“…” Sang Jin hanya diam sambil menunjuk gambar desainku.
                Tidak lama Sang Jin pergi meninggalkanku. Aku pun berpikir sejenak dan aku menemukan sebuah Ide. Aku berpikir harus bergegas pulang. Ketika di taman tengah kampus, aku melihat Su Ho duduk sendiri sambil memegang kameranya. Dia menatapku. Aku pun tersenyum dan ingin melambaikan tangan padanya tapi, seorang Eunnie yang ku kenal menghampirinya. Eunnie Hye Won sepertinya mengatakan sesuatu pada Su Ho. Su Ho tiba-tiba pergi meninggalkan Eunnie Hye Won. Wajah Su Ho tampak kesal saat itu. Aku pun berpikir untuk pergi saja. Entah kenapa rasanya setengah dari semangat ku terbang.
“Eun Ah…” suara teriakan yeoja. Itulah adalah suara Eunnie Hye Won.
“Ne” jawabku membalik badanku.
“Kau mau kemana?” Tanya eunnie itu.
“Pulang”
“Pulang?” Tanya Eunnie itu bingung.
“Ne, wae?”
“Duduklah dulu!” ajak eunnie itu sambil menarik tanganku dengan lembut.
“Kau dari jurusan apa?” Tanya eunnie setelah kami duduk.
“Desainer. Eunnie?”
“Reporter”
“Oh”
“Kenapa kau terlihat begitu santai? Bukankah akan ada fashion show di jeju?” Tanya eunnie yang penasaran.
“Aku masih mencari cara agar aku dapat ikut fashion show itu” jelasku dengan semua semangat hilang.
“Waeyo?”
“Seharusnya aku mengumpulkan 6 sampel. Tapi, karena aku lupa membawanya, jadi, aku hanya mengumpulkan 3 sampel saja. Padahal aku sudah membuatnya” jawabku dengan tertunduk.
“Oh…jadi, gaun kemarin adalah salah satu sampelmu?”
“Ne…” jawabku yang semakin tidak bersemangat.
“Lalu sekarang apa rencanamu?” Tanya eunnie yang tiba-tiba membuat kepalaku bangkit.
“Mau mengganti rancangan gaun kemarin dengan rancangan yang baru. Lalu aku akan nekat membawanya ke jeju”
“Emh… gaunnya sudah siap?”
“Belum. Makanya aku ingin pulang sekarang untuk membuatnya”
“Oh, gimana kalau aku membantumu?”
“Hah?”
“Kajja!” ajak eunnie sambil menarikku. Kebiasaan eunnie ini sama seperti Su Ho. Apa berarti mereka sejodoh ya? Pikirku.
                Aku pun mengajak Eunnie ke apartemenku. Dia terlihat senang saat bersamaku. Bukan berarti karena dia menyukaiku sebagai kekasihnya. Serpertinya dia ingin aku menjadi temanku.
“Silahkan! Mianhe, keadaan dalam apartemenku beratakan” ucapku sambil mempersilahkannya masuk.
“Ah, aniyoo. Ini rapi kok” jawab Eunnie sambil mulai menelusuri sudut-sudut apartemenku.
                Aku mulai menjahit rancanganku tadi. Eunnie duduk rapi di sampingku sambil melihatku menjahit rancanganku.
“Dimana keluargamu?”
“Di Andong” jawabku yang masih serius menjahit sebuah kain berwarna pink merona.
“Oh…jadi kau ke Seoul untuk bersekolah sendiri? Lalu, apa perkerjaan orang tuamu disana?”
“Iya, aku harus bersekolah agar nanti aku bekerja untuk membantu orang tua dan adeku. Disana mereka menjadi nelayan” jawabku sambil tersenyum.
“Oh”
“Lalu, kenapa eunnie membantu ku? Dan mau menjadi temanku?”
“Karena kau adalah teman Su Ho, kan?”
“Ne?” tanyaku bingung.
“Ne, Su Ho banyak bercerita tentangmu. Sepertinya kau orang yang menarik. Jadi, aku juga ingin berteman denganmu” ujarnya tersenyum manis kepadaku.
“Heheh, yah…sudah selesai” ujarku mengubar gaun yang sudah aku rancang.
“Waaah…Gaun Bunga Cherry Blossom!” ujar Eunnie kagum sekali.
“Hah…syukurlah” ujarku lega.
“Pakailah gaun itu!” saran Eunnie. Awalnya aku ragu-ragu tapi, aku juga ingin mencobanya.
“Waaah….indah sekali!” ujar Eunnie ya terkagum-kagum padaku.
“Hah? Hahahah…tidak kok” ujarku yang malu-malu.
“Sini, ada yang kurang!” ujar Eunnie sambil mengajakku ke kamar dan menyuruhku duduk di depan cermin make-up.
                Ternyata eunnie mempoleskan semua bahan make-up ke wajahku, mulai rambut, wajah dan semua  kuku ku. Kadang aku mengerut wajahku karena sedikt tidak merasa nyaman dan gelisah karena sentuhan-sentuhan make-up itu.
“Berdirilah!” perintah eunnie.
“Waaah…apa benar ini aku?” Tanya ku yang kagum. Seperti bebek disihir menjadi angsa yang cantik. Rambutku yang pendek di buatnya bergelombang dengan poni rata. Mataku yang terpoles airliner dan lensa mata silver. Lipgloss pink merona pada bibirku.
“Hehehm…sekarang lepas kawat di gigimu itu!” perintahnya lagi. Benar-benar mirip seperti Su Ho. Aku pun melepaskannya.
“Sekarang kau sudah sempurna” ujar eunnie tersenyum melihatku. Aku juga tersenyum malu-malu.
“Siap-siaplah untuk pergi ke jeju. Ini sudah sore. Aku juga ingin pulang dan melihatmu di jeju. Semoga sukses! FIGHTING” ujar eunnie memberiku semangat.
“Ne, Khamsahamnida. Oh, ini jaket eunnie” ujarku yang mengambilkan dan menyerahkan jaket eunnie yang pernah aku pinjam.
“Ne, cheonma” ujar eunnie dan pergi dari apartemenku.
Setelah itu, aku sibuk akan persiapan ide fashion show ku nanti di jeju. Setelah semua barangku beres dan dua sampelku sudah aku masukan ke koperku aku pun bergegas pergi ke bandara.
TOK TOK TOK (suara pintu)
“Iya, sebentar!” teriak seorang namja dan membukakan pintu apartemennya.
“Annyeong, Su Ho” sapa seorang namja yang bertamu.
“Oh…Se Hun. Apa kabar?” ujar Su Ho yang langsung memeluk Se Hun.
“Baik. Kau?”
“Baik” jawab Su Ho tersenyum.
“Kau tahu aku sangat merindukan Seoul? Tempat ini banyak sekali berubah sejak kita SMA. Kota ini semakin mewah saja” ujar Se Hun melepaskan keriduannya dengan kota Seoul.  Su Ho malah tersenyum sendiri melihatku diseberang yang tergesa-gesa menarik koperku.
“Yaa…” teriak Se Hun mengejutkan Su Ho.
“Ah..ne?” ujar Su Ho.
“Ada apa?” Tanya Se Hun sambil ikut melihat ke seberang di apartemenku.
“Tidak ada siapa-siapa. Kau lihat apa?” Tanya Se Hun bingung.
“Tidak ada. Oh ya, kamu mau ikut ke pulau Jeju sore ini?” Tanya Su Ho.
“Emh…boleh” jawab Se Hun.
~*~*~*~Pulau Jeju ~*~*~*~
“Waaah…bunga-bunganya bermekaran! Musim semi memang musim yang penuh warna dan indah” kagumku dari dalam taksi sambil memandangi suasana kebun-kebun bunga.
“15 menit lagi acaranya akan dimulai. Semoga sempat” harap-harap cemasku.
“Ya, Malam di musim Semi kali ini, Universitas Nasional Korea sedang mengadakan Fashion Show terbuka di Pulau Jeju untuk memamerkan hasil karya mahasiswi angkatan 2010 yang akan menghadapi ujian akhir. Kita langsung saja, Inilah karya pertama!” ucap sang pembawa acara.
“Heh…aku gugup. Apa aku harus senekat ini?” pikirku yang menunggu di samping panggung.
“Kalau bukan bigini caranya, bagaimana aku bisa lulus dan dapat pekerjaan?” pikirku yang mulai kacau sambil menghela nafas.
“Ya, semua karya sudah diperlihatkan sekarang waktunya…”
“Tunggu!” teriak ku yang sudah berdiri di atas panggung dengan membawa dua sampelku.
“Apa yang dilakukan anak nekat ini lagi?” ujar Madam Tae Ri yang berada di bawah panggung.
“Beri aku satu kesempatan lagi. Aku mohon!” harapanku.
“Eh…” ujar pembawa acara sambil menatap Madam. Madam hanya mengangguk.
“Baiklah. Ini adalah karya terakhir, silahkan!” ujar pembawa acara itu.
                Dengan rasa gugup yang luar biasa, aku melangkahkan kakiku dan tersenyum ke setiap sudut panggung. Dengan nafas yang sesak aku mulai mempersentasikan sampel ku itu.
“Yang pertama adalah gaun yang aku pakai ini adalah gaun Cherry Blossom. Aku terinspirasi dari Bunga Cherry Blossom yang bemekaran di Ilsan Lake Park. Bunga Cherry Blossom atau yang sering disebut Sakura ini melambangkan saksi Cinta. Karena bentuknya yang sempurna dan warna merah muda yang menyatakan kesetiaan Cinta sungguh membuatku terpikat ketika melihatnya. Jadi, aku menciptakan gaun ini dengan suasana hatiku sekarang” jelasku sambil mendapati Su Ho yang sedang memotret tepat di hadapanku. Ada Eunnie Hye Won disamping Su Ho sambil tersenyum kepadaku. Aku pun membalasnya dengan senyuman juga.
“Dia sangat cantik” ujar Se Hun yang sedari melihatku dari samping Su Ho.
“Kau menyukainya?” Tanya Su Ho tiba-tiba.
“Hah…hahaha. Kalau kau Tanya seperti itu, aku akan bilang Tentu saja” ucap Se Hun.
“Kenapa kau tidak mencoba meraih hatinya?” Tanya Su Ho.
“Wae? Kau cemburu?” Tanya Se Hun sambil tertawa.
“Tidak. Kenapa aku harus cemburu?”
“Kau mengenalnya?”
“Dia temanku. Dia orang baik dan juga punya semangat yang luar biasa” jelas Su Ho sambil tersenyum melihatku yang berada di atas panggung.
“Jinja? Kata-katamu membuatku semakin ingin mengenalnya lebih dalam” ujar Se Hun yang mulai menyukaiku.
“Jinja? Baguslah kalau begitu. Aku akan mendukungmu” ucap Su Ho yang menyimpan rasa sakitnya sendiri dengan ucapannya.
~*~*~*~
“Eun Ah…” teriak Sang Jin yang menghampiriku yang sedang mengambil minuman.
“Eh…Sang Jin”
“DAEBAK!!!” ujar Sang Jin menempelkan ibu jarinya ke hidungku.
“Auw…” keluhku memusut hidungku.
“Hehehe, Kamu benar-benar hebat, Kamu adalah Brave Girl!” juluk Sang Jin.
“Hahaha” tertawa kecilku.
Saat itu juga, aku melihat Su Ho bergandengan dengan Eunnie Hye Won sambil tertawa riang. Saat itu juga, rasa yang sakit menyelimuti hati ku. Entah perasaan apa ini ? sungguh menyakitkan di hatiku. Cemburu? Apa iya aku menyukai Su Ho? Tapi, mana mungkin Su Ho menyukaiku.
“Hey…” Se Hun yang membuyarkan lamunanku sambil menepuk pundakku.
“N..ne?”
“Hah, kenapa melamun?” Tanya Se Hun sambil tersenyum lembut padaku.
“Heheh…tidak kok” ujarku malu-malu.
“Oh ya, Se Hun imnida. Nama kamu siapa?” ujar Se Hun memberikan tangan kanannya.
“Ah, Eun Ah imnida”
“Kau sangat terlihat cantik saat di atas panggung tadi” jelas Se Hun sambil meminum minumannya.
“Heh? Ah…hahah” ujar ku dengan wajah yang mulai memerah.
“Oh ya, aku teman Su Ho”
“Teman Su Ho?”
“Emh. Aku baru saja datang dari New York”
“Ouh, jadi Su Ho dulu pernah ke New York?”
“Aniyoo. Kami adalah teman semasa SMA”
“Oh…jadi kau mengujungi Seoul untuk bertemu dengan Su Ho?”
“Emh dan aku juga merindukan Korea Selatan ini” ujar Se Hun sambil menatap langit gelap yang bersinar dengan taburan bintang dimalam Musim Semi.
“Eh…” ujarku yang masih tersipu malu oleh kata-katanya yang tadi.
~*~*~*~Kampus~*~*~*~
“Cie…Eun Ah makin cantik!” goda Sag Jin sambil menyenggol-nyenggolku.
“Ah, kau ini bisa aja. Aku biasa aja kok” jawabku yang masih membaca novel kecilku.
“Biasa bagaimana? Aku saja benar-benar tidak menyangka bahwa kau memilki kecantikan seperti ini. Kau seperti disihir” ujar Sang Jin sambil memutar-mutar jari telunjuknya ke arah wajahku.
“Hahahah, kau ini” ujar ku yang tertawa. Saat itu aku melihat sosok namja yang selalu membuat hatiku terasa ceria jika ku melihat wajahnya berdiri jauh dari tempat ku duduk sambil membelakangiku. Itu adalah Su Ho.
“Tunggu sebentar, ya!” ujarku kepada Sang Jin.
“Hah?” Sang Jin yang bingung melihatku tiba-tiba berlari.
                Aku pun berlari ke arah Su Ho. Munculah niat ku untuk mengejutkan Su Ho. Tapi, sebelum itu terjadi aku melihat Eunnie Hye Won yang sedang berbicara dengan Su Ho.
“Hah..” ujarku yang langsung membalik badan ku dan ingin berlari.
“Eh, Eun Ah!” panggil Eunnie.
“Ah, hahahah. Ne?” ujarku yang membalik badanku kembali ke arah mereka.
“Sepertinya kau ingin mangatakan sesuatu, Eun Ah?” Tanya Eunnie yang bersamaan Su Ho menatapku.
“Ah, e…itu…” ujarku yang ragu-ragu.
“Ah, malam Fashion Show itu, kau benar-benar menakjubkan. Kau benar-benar DAEBAK!!! Kau seperti seorang putri panggung” kagum Eunnie yang di ikuti dengan senyum Su Ho.
“Oh itu, Khamsahamnida. Itu semua juga berkat Eunnie”
“Aku tidak menyangka kalau kalian berdua sudah menjadi teman” ujar Su Ho yang menyela.
“Bukan hanya kamu saja yang ingin berteman dengan Eun Ah, aku juga mau. Apalagi setelah mendengarnya dari Su Ho”
“Hah?” ujarku yang bingung.
“Kau tahu, Su Ho benar-benar mengagumi mu Lo. Dia selalu menceritakan tentangmu setiap kami bertemu” jelas Eunnie.
“Ah, Noona. Oh ya, kami pergi dulu ya? Kami masih ada keperluan lagi” ujar Su Ho yang langsung menarik lengan Eunnie.
                Aku hanya bisa diam dan berpikir tentang apa yang dikatakan Eunnie tadi. Sebenarnya Su Ho itu pacaran atau nggak sih sama Eunnie? Tapi, kenapa dia mengatakan kagum terhadapku kepada Eunnie? Tapi, itu wajarkan. Ah, semuanya benar-benar mumet dipikiranku sekarang.
~*~*~*~Rumah Sakit~*~*~*~
“Bagaimana dok perkembangannya?” Tanya Eunnie Hye Won kepada seorang dokter.
“Ah, hah…sudah berapa kali dia tidak cuci darah?”
“Tiga” jawab Su Ho.
“Tiga? Darahmu sangat kotor dan penumpukan bakterinya bertambah” ujar Dokter itu ragu untuk menjelaskan kepada mereka.
“Lalu, apa yang harus kami lakukan dok?”
“Kita hanya pasrah kepada tuhan. Semoga Su Ho mendapatkan keajaiban”
“Maksud dokter?” Tanya Su Ho.
“Kankermu sudah menyebar ke seluruh peredaran darah dan umurmu tidak akan lama lagi” jelas dokter dengan ekspresi bersalah.
“Mwo?” Tanya Su Ho tidak percaya.
“Dok, pasti ada cara untuk menyembuhkannya kan dok? Iya kan dok?” Tanya Eunni panik.
“Entahlah, kita lakukan pencucian secara rutin saja dulu. Kita akan lakukan tiga kali dalam seminggu untuk mencuci darahnya”
“Baiklah, tolong lakukan apa saja untuk menyelamatkan dongsaeng ku?”
“…” Su Ho hanya diam dengan tatapan kosong.
~*~*~*~Ilsan Lake Park~*~*~*~
“Huh…kenapa aku bisa mencintai seorang namja yang mencintai orang lain?” Tanyaku sendiri yang duduk dibawah pohon Cherry Blossom.
“Hey, kau tahu tidak?” Tanya ku kepada pohon Cherry Blossom yang menaungiku sambil menendangnya.
“Auuw..huh, kakiku” ujarku yang menjerit.
PLETAAAK
“Ah…aduuuh” keluhku ketika sebuah ranting pohon Cherry Blossom mendarat di kepalaku.
“Sakit ya?” suara seorang namja.
“Hah…Su Ho?”
“Hehehm” jawabnya tersenyum dan duduk disampingku.
“Darimana kau tahu aku ada disini?”
“Tentu saja aku tahu. Kau seperti aku yang sudah terpikat oleh bunga Cherry Blossom ini. Apalagi ketika kau menceritakannya waktu di panggung itu, kau terlihat sangat mengidamkan tempat ini. Aku juga seperti kamu” jelas Su Ho sambil mengeluarkan kameranya dari tas selempang kecilnya. Kata-katanya tadi seperti menyatakan kesamaanku dengannya. Itu membuat keadaanku merasa sedikit nyaman.
“Kesini!” perintah Su Ho merangkulku dengan tangan kirinya dan tangan kanannya memegang kamera.
“Hah?” ujarku yang merasa tubuhku telah sangat dekat dengan tubuh Su Ho.
“Cheees” ujar Su Ho yang menandakan kamera siap memotret kami.
“Kau ini, selalu seperti itu. Mengambil gambar tanpa persetujuanku” ucapku malu-malu.
“Hehehmh. Kalau bilang-bilang sama kamu, pasti kamu nggak akan setuju” ujar Su Ho.
“Oh ya, Se Hun itu temanmu kan?” tanyaku.
“Ne, kau sudah berkenalan dengannya?”
“Ne. Dia sepertinya orang baik”
“Emh…dia sangat baik dan cocok untukmu”
“N..ne?” ujarku yang rada-rada tidak medengar ucapannya tadi.
“Hah…waktu cepat sekali berlalu. Padahal aku ingin berlama-lama disini bersamamu” ujarnya sambil menatap hari yang mulai senja.
                Lagi-lagi dia membuat kata-kata yang membuat jantungku berdetag lebih cepat. Syukurnya aku tidak keringat hangat.
~*~*~*~Apartemen~*~*~*~
TOK TOK TOK
“Iya, sebentar!” teriakku yag baru selesai berpakaian.
“Annyeong!” sapa Se Hun yang bertamu ke apartemenku.
“Hoh…Se Hun?” ujarku yang terkejut.
“Heheh, kau tekejut?”
“Tentu saja. Kau tahu darimana aku tinggal disini?”
“Su Ho” ujar Se Hun yang menunjuk Su Ho yang berdiri diseberang apartemenku.
“Mwo? Su Ho tinggal di seberang?”
“Kau tidak tahu ya? Bukakah kalian berteman?” Tanya Se Hun bingung.
“Tidak. Aku benar-benar tidak tahu. Aku dengan Su Ho tidak sedekat yang kau kira” jelasku.
“Ah, ya sudah. Kau tidak sibukan?” Tanya Se Hun tiba-tiba.
“Aniyoo. Waeyo?”
“Bagaimana kalau kita berkencan?”
“Kencan?”
“Emh…aku ingin mengenalmu lebih dekat lagi” ucapnya sambil tersenyum lebar padaku.
“Hah?” ujarku yang semakin bingung.
“Aku akan tunggu diluar” ujar Se Hun dengan riang.
“SEMOGA KENCAN KALIAN SUKSES!!!” Teriak Su Ho dari seberang.
                Malam itu, aku benar-benar berkencan dengan Se Hun. Aku sangat sering melamun ketika Se Hun mencoba mengajakku berbicara. Yang aku pikirkan adalah apa semua ini rencana Su Ho? Kenapa dia melakukan itu? Apa karena dia takut aku mencintainya karena dia sudah mencintai Eunnie jadi dia kasihan denganku jadi dia mencarikan ku orang lain? Hah…aku benar-benar tidak mengerti.
“Eun Ah?” paggil Se Hun.
“Hah? Ne?”
“Kau ada masalah?”
“Eh, aniyoo”
“Kenapa kau sering melamun ketika aku ajak bicara?” Tanya Se Hun penasaran.
“Hah…eh, jinja?” ucapku sambil memusut-musut pipiku.
“Kau ingin makan apa?”
“Emh…Sop Gurita saja” jawabku.
~*~*~*~Kampus~*~*~*~
                Hari ini adalah ujian akhir semester. Seminggu sudah aku menjalin hubungan bersama Se Hun sejak malam kencan pertama ku. Tapi, aku tidak pernah mengatakan “Ne” ketika Se Hun bilang “Saranghae” kepadaku. Tapi, hubungan kami baik-baik saja. Aku menajalaninya seperti biasa saja. Seminggu juga sudah aku tidak bertemu dengan Su Ho. Lagi pula aku juga merasa tidak nyaman jika bertemu dengannya setelah dia bilang “Semoga Kencan Kalian Sukses!”. Itu kata-kata yang sangat menyakitkan ku.
                Ujian telah berlalu, kami pun menjadi Mahasiswa dan Mahasiswi yang Lulus dari Universitas Nasional Korea. Dari kejauhan aku dapat melihat senyum Su Ho dan Eunnie Hye Won yang terpancar indah disana.
“Eun Ah!” Sang Jin yang mengejutkanku.
“Hah?”
“Hahah, Chukkae” ucapnya sambil memberikan tangan kanannya padaku.
“Ne, kau juga” ujarku yang memberikan tanganku.
“Annyeong!” salam Su Ho yang tiba-tiba muncul dari belakangku.
“A…Annyeong” jawabku gugup.
“Chukkae” ucap Su Ho memberikan tangannya padaku.
“Ne, kamu juga” aku pun memberikan tanganku juga.
“Setelah ini kamu akan melanjutkan kemana?” Tanya Su Ho.
“Aku, Aku bekerja di perusahan Perancang Baju di Seoul saja. Kau sendiri?”
“Aku akan bekerja ke New York” jawab Su Ho dengan menatapku secara dalam.
“Hah? New York? Jauh sekali”
“Ne”
“Iya sih. Itu kan Negara besar. Ya semoga cita-cita mu tercapai” harapanku.
“Kau juga. Ketika kita bertemu lagi kau harus menjadi orang yang sukses dari aku”
“Tentu. Aku akan tunjukan itu” semangat ku tersenyum pada Su Ho.
                Itu adalah percakapan terakhirku dengannya. Akhirnya dia benar-benar pergi dan rasa sakitku semakin dalam dan semakin membuatku menyesal merelakannya pergi begitu saja. Kini aku sudah bekerja di sebuah Perusahan Majalah Baju Sophie Martien yang berpusat di Perancis ini selama 2 tahun lamanya. Perusahan ini berdiri di Ilsan Lake Park tepat di seberang kebun Pohon Cheryy Blossom. Ini adalah Musim semi yang kedua yang aku lewati dengan masih menyimpan rasa cintaku kepada Su Ho.
Drrrrrt Drrrrrt (getar Hp-ku)
“Annyeonghaseyo, Se Hun. Ada apa?”
“Annyeong. Kau sibuk?”
“Aniyoo. Waeyo?”
“Bisa kita ketemu sekarang? Aku ingin membicarakn sesuatu padamu”
“Emh…oke. Kita ketemu di restoran biasa ya?”
“Ne”
                Setelah menutup telepon dari Se Hun, aku bergegas menemuinya di restoran langganan kami. Bagaimana pun untuk selama ini, Se Hun lah yang menemaniku dalam kesepian. Dialah orang yang setia menemaniku dan melawati musim-musim ini. Jadi, kami hanya menjalani hubungan kami selayaknya.
“Waeyo? Bukankah kau harus bekerja?” jawabku yang langsung duduk di kursi yang sudah dipesan Se Hun.
“Ini jam istirahat. Kau lupa?”
“Oh, heheh” jawabku tertawa kecil.
“Begini, aku boleh tanya sesuatu?” ujarnya yang memulai pembicaraan.
“Apa? Katakana saja” ujarku.
“Apa kau mencintaiku?” Tanya Se Hun tiba-tiba.
“Hah? Heh…kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?”
“Jawablah dengan jujur” ujar Se Hun mulai serius.
“Kau mencintai Su Ho, kan?” tanyanya kembali.
“Hah?” ujar ku yang bingung untuk menjawab apa.
“Su Ho juga mencintaimu. Malah lebih dari itu”
“Apa maksudmu? Aku sungguh tidak mengerti” ujar ku yang bingung.
“Jangan paksa perasaanmu terhadapku. Itu hanya akan melukai perasaanmu saja”
“Ah, aniyoo. Lagi pula dia kan mencintai Eunnie Hye Won. Bukan aku” jelasku.
“Mwo? Eunnie Hye Won?”
“Ne. Mereka kan sepasang kekasih”
“Hehehm. Mereka adalah kakak adik” ujarnya yang tersenyum kecil padaku.
“Mwo? Kakak adik?”
“Ne”
“Kenapa aku tidak pernah tahu?”
“Apa kau tidak pernah bertanya kepada mereka?” Tanya Se Hun.
“Aniyoo” jawabku dengan menyusun semua maksud Se Hun.
“Hah…sudah ku duga hubungan kita ini hanya karena salah pahammu”
“Lalu, apa Se Hun baik-baik saja di New York?”
“Itu dia yang harus kau cari tahu sendiri. Aku tidak bisa mengatakannya”
“Hah? Apa maksudmu?”
“Ini alamat rumah Su Ho. Datanglah kesana, kurasa kau akan mengerti semua ini dan seumur hidupku aku akan menyesali apa yang aku lakukan semua ini padamu. Tapi, kau harus tahu, kalau aku sungguh-sungguh mencintaimu” jelas Se Hun yang benar-benar membuat ku pusing dan bingung dengan apa yang terjadi sekarang.
                Aku pun mengujungi alamat pada kertas yang diberikan Se Hun. Sebuah rumah mewah yang pastinya milik orang kaya yang memiliki derajat tinggi.
TING TONG TING TONG (suara bell)
“Annyeong” sapa ku pada seorang Yeoja yang membukakan pintu pagar untuk ku.
“Hah…Eun Ah” ujar Yeoja yang adalah Eunnie Hye Won yang langsung memelukku.
“Eun Ah, kau kemana saja? Aku sudah mencari-carimu” jelas Eunnie itu sambil menangis memeluku.
~*~*~*~Ruang Tamu~*~*~*~
“Ini!” ujar Eunnie yang memberiku sebuah pot bunga bersama anak pohon Cherry Blossom dan Sebuah album kecil berukuran buku tulis.
“Apa ini?” tanyaku yang bingung melihat anak pohon Cherry Blossom itu dan meraih buku album itu.
“Su Ho yang menanam ini”
“Mwo? Su Ho?” ujarku yang terkejut.
“Ne”
“Lalu apa ini?”
“Lihat saja!”
“Aigoo~ album ini semuanya poto ku?”
“Ne”
“Dia mengoleksi poto-potomu sejak pertama bertemu. Dia selalu memotretmu tanpa sepengetahuanmu”
“Hemh…heheh. Dia selalu seperti itu. Dia tidak pernah bilang kalau mau memotretku” ujarku yang tertawa kecil sambil menangis.
“Lalu, dimana dia sekarang?” tanyaku.
“Aku bingung menceritakannya darimana”
“Ceritakanlah pelan-pelan” saranku.
“Pertama bertemu denganmu dipinggir jalan itu adalah awal bagi Su Ho untuk mendapatkan Cinta Pertamanya yaitu kau. Sejak saat itu dia sering memperhatikanmu dan sering menceritakan tentangmu padaku. Aku pun turut senang saat mendengarnya, makanya aku ingin juga berteman denganmu. Tapi, karena dia sering memperhatikanmu, dia lupa kalau dia harus cuci darah” cerita Eunnie yang panjang dan lebar itu.
“Cuci darah? Apa maksudnya?”
“Dia mengidap kanker darah”
“Hah? Lalu?” ujarku yang mulai merasa sesak didadaku.
“Dia bilang dia akan bekerja ke New York. Dia bohong. Sebenarnya dia harus dirawat dirumah sakit. Dia sengaja mendekatkanmu kepada Se Hun agar kau tidak dalam mencintainya. Dia takut kau akan menangis lagi ketika kau mengetahui umurnya tidak akan lama. Dia akan amat sangat menyesal bila harus melihat kau menangis lagi. Lalu, satu bulan kemudian dia harus pergi meninggalkan kita” jelas Eunnie yang mulai merintih.
“Hah…mwo? waeyo?” ujarku yang tak dapat menahan rasa sakit mendengar cerita itu.
“Mianhe, Mianhe Eunnie” ujar Eunnie yang berlutut kepadaku.
“Aniyoo Eunnie. Ini bukan salah Eunnie. Ini hanya salah paham. Hah…hah..” ujarku yang memeluk Eunnie sambil mengeluarkan seluruh penyesalanku melalui tangisanku.
~*~*~*~Taman Ilsan Lake Park~*~*~*~
                Aku membuat sebuah lubang kecil di dekat pepohonan Cherry Blossom. Aku mencabut anak pohon Cherry Blossom dari pot dan meletakan anak pohon itu ke lubang yang aku buat. Dengan derai air mata yang deras aku menutup akar anak pohon itu. Semakin ku tutup akar itu, semakin terasa sakit penyesalan yag aku rasakan.
“Jeosongimnida, Su Ho. Aku benar-benar menyesal tidak mengatakan Cinta padamu” ujarku.
                Sebuah sentuhan lembut menyentuh punggung tanganku. Tangan itu, tangan Su Ho. Aku langsung menatapnya. Dia tersenyum menatapku.
“Su…Su Ho?” ujarku yang tak percaya.
“Saranghae, Eun Ah”
“Sarangheyo Su Ho” ujar ku yang langsung memeluk Su Ho sambil derai air mataku yang semakin deras.
“Mianhe” ucap Su Ho.
“Aniyoo. Aku yang harus mengatakan itu”
“Sudahlah. Aku sudah merasa tenang sekarang setelah aku mengetahui kau juga mencintaiku” jelas Roh Su Ho itu.
                Sebelum Su Ho benar-benar pergi untuk meninggalkanku, Su Ho mencium keningku. Aku menutup mataku. Sentuhan bibirnya yang lembut itu akan tercatat dikenangan manisku. Perlahan-lahan aku membuka mataku dan Su Ho telah hilang. Sekarang dia benar-benar pergi meninggalkan ku dan yang lainnya.
                Hari mulai senja, aku masih duduk tersipu di bawah pohon Cherry Blossom. Aku masih teringat dimana terakhir kali aku dan Su Ho duduk disini. Dimana dia merangkulku dan berpoto bersama. Aku buka kembali album potoku yang dikoleksi Su Ho. Aku tertawa sambil meneteskan air mata dipipiku.
"Dangsin-eun nae cheos-sarang da majimag Su Ho ibnida. Dangsin-eul sarangae" ucapku sambil memeluk erat album itu.


The End

Close Song=> EXO-Baby Don’t Cry

Gamsahamnida sudah meluangkan waktu untuk membaca FanFic ini. FanFicnya bikin Galau ya? Hahaha XD. Jeosongimnida kalau ada kesalahan kata en bikin kalian pada boring. Kalau boring di goreng aja (?). Dimohon Like, Kritik en sarannya ya? Tunggu di FanFic selanjutnya ya!!! Anyeonghaseyo ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar