Author :Han Hyo Mi
Main Cast :Gum Gyu Ri, Song Hwe Jin, Choi Seo Hee,
EXO: Lu Han, Nu’est: Min Hyun and Ren
Supp. Cast :EXO K:Kai, Baekhyun, Jung Jin Yong and
Resiana as Victoria
Genre :Romantic and Sad
Soundtrack :BoA_Only One
Part.2
Nah...ini Part.2'nya. Semua pertanyaan di Part.1 ada di sini...Buat nyari inspirasi nggak gampang Lo #emank peduli. Aku harus menirukan beberapa adegan di cerita ini Lo? #nggak ada yg nannya. Lucunya, aku mengikuti adegan Minhyun yang muncratin makanannya, yg jdi korban adik aku wkwkwkwk XD #dilempar sepatu. Nah...tanpa bisa basi, kita langsung ke TKP...Drung tak tak tak tak... XD
“Hah…Minhyun, kau praktek disini?” ujar ku menatap seragam
yang terbalut ditubuh tinggi itu dari bawah sampai ke atas.
“E..ne” jawab Minhyun gugup.
“Kau dari kamar ku?” Tanya ku yang melihat Mihyun berdiri tak
jauh dari kamar rawatku.
“Ne. Aku habis memeriksa tubuh mu”
“Oh…” jawab ku santai.
“Mi…mianhe. Aku sungguh-sungguh menyesal tak percaya dengan
perkataan mu”
“Ne, tidak apa-apa. Aku mengerti kok. Aku juga kalau jadi
dirimu pasti aku akan melakukan hal yang sama”
“Entah kenapa aku sangat merasa bersalah padamu dan aku
sungguh terkejut melihat tubuh mu dalam keadaan seperti itu. Apalagi ketika aku
membentak mu saat itu. Sebenarnya, aku tidak berniat begitu” ucap Minhyun
sambil menundukan kepalanya.
“Aniyoo. Aku mengerti. Jangan merasa bersalah lagi” ucap ku
sambil mendekat pada Minhyun. Spontan Minhyun mengangkat kepalanya dan menatap
wajah ku. Keadaan sempat hening ketika Minhyun menatap dalam mata ku. Wajah
Minhyun memerah dan langsung membuang tatapannya.
“Hemh…eh, apa permohonan mu masih berlaku?”
“Mwo? Kau mau membantu ku?”
“Emh, anggap saja untuk menebus kesalahan ku” ucap Minhyun
sambil tersenyum.
“Ya, sudah. Aku akan menunggu mu di rumah. Semoga pekerjaan
mu sukses, FIGHTING!” ujar ku sambil tersenyum lebar.
~*~*~*~Rumah Minhyun~*~*~*~
Aku duduk
menunggu Minhyun makan malam. Minhyun sedang memasak makan malam di dapur
seperti biasa. Terlintas dipikiran ku, bahwa sekarang Tuhan memiliki rencana
untuk ku. Semua berawal dari cobaan dan akan ada jalan dari cobaan itu. Walau
pun sangat berat dan menyakitkan bahwa pengalaman hidup itu adalah kenangan
yang berwarna.
Minhyun
telah selesai memasak dan menyiapkannya di atas meja yang sedari aku duduk
menunggu Minhyun. Minhyun mulai melahap makannya.
“Bagaimana kau bisa mendapatkan tusukan diperut?” Tanya
Minhyun yang memulai pembicaraannya.
“Aku diganggu oleh seorang pemabuk di dekat rumah ku di depan kedai Soju pada malam hari jam 9.
Pertama dia merayu ku. Tapi, aku melawannya. Jadi, dia mencoba untuk memperkosa
ku. Aku pun memukulkan tas ku ke kepalanya. Kemudian, dia mengeluarkan pisau
lipatnya dan menusukkan ke perut ku” jelas ku sambil menundukan kepala ku.
Saat
mendengar itu, Minhyun tidak dapat menelan makananya. Perlahan-lahan air mataku
menetes dari mata ku. Ia melihat air mata ku berjatuhan. Di dalam hati Minhyun,
ia ingin sekali mengusap air mata itu. Tapi sayangnya ia tidak dapat menyuntuh
ku.
“Lalu apa yang harus ku lakukan?” ujar Minhyun yang
melanjutkan pertanyaan dan melanjutkan makan malamnya.
“Besok, Lu Han namjachingu ku akan mengantar sahabat ku Hwe
Jin ke kampusnya. Aku ingin kita ke sana menunggu Lu Han. Aku ingin kau
mengatakan bahwa aku sangat sangat sangat mencintainya selama ini. Untuk
menyakinkan bahwa aku mencintainya sangat tulus”
“Mwo??” Tanya Minhyun yang masih dalam keadaan mengunyah
makanannya. Syukurnya aku roh jika tidak mungkin ini adalah kedua kalinya ia
memuncratkan makanannya ke wajah ku.
“Kau gila! Masa aku harus mengatakan itu kepadanya. Apa yang
orang- orang katakan bahwa aku mengatakan itu kepada seorang namja. Aku kan
normal” ujar Minhyun.
“Ya, bilang saja itu dari ku”
“Mwo?? Hah…jadi, aku harus bilang bahwa Gyu Ri yang
mengatakan itu. Jelas-jelas dia tahu kalau kau sedang tak sadarkan diri di
Rumah Sakit. Apa aku harus bilng bahwa Roh Gyu Ri yang mengatakannya? Ah, Pabu”
ucap Minhyun sambil menepuk dahinya.
“Bilang saja kau teman ku”
“Teman? Memang mereka percaya?”
“Lalu harus bagaimana? Kenapa kita tidak mencobanya saja
dulu?”
“Heh…ya, ya, ya. Akan aku coba”
“Hehehe, Gomawo” ucap ku tersenyum gembira pada Minhyun.
Deg!
Minhyun
merasa gugup ketika menatap ku tersenyum. Suhu tubuhnya menghangat. Ia pun
langsung melanjutkan makan malamnya kembali dan menatap makan malamnya itu.
~*~*~*~5 Hari Lagi~*~*~*~
Pagi jam 7 kami
sudah menunggu Lu Han dan Hwe Jin di kampus ku atau kampus Hwe Jin. Hingga jam
menunjukan pukul 08.00 Am, mereka belum datang juga. Minhyun yang tampak
gelisah karena tak sabar, mondar mandir di hadapan ku yang sedari duduk
berjongkok di depan Pos Satpam.
“Dimana mereka?” Tanya Minhyun.
“Sebentar lagi” ujar ku.
“Jam 9 aku sudah harus ke Rumah Sakit”
“Ne, sebentar lagi kok” ujar ku meyakinkan Minhyun.
Tak lama
kemudian, seorang namja yang aku cintai itu datang dengan motor Thundernya
bersama Hwe Jin di belakangnya. Aku pun berdiri dan membuat Minhyun tercengang ke
arah dimana aku melihat. Ku lihat Hwe Jin memegang erat pinggang Lu Han membuat
ku hati ku benar-benar cemburu. Mereka memang saling mengenal, tapi aku belum
pernah melihat mereka terlihat mesra begini. Karena aku merasa gugup melihat
mereka, kebiasaan ku menggigit ku pun terjadi.
“Itu mereka?” Tanya Minhyun yang membuyarkan kecemburuan ku.
“Hah? N..ne”
“Kajja!” ucap Minhyun yang memajukan langkahnya ke arah
dimana mereka memarkirkan motor Thunder Lu Han.
“Permisi!” ujar Minhyun yang mengejutkan keduanya.
“Ne, ada apa?” Tanya Lu Han.
“Aku Minhyun teman Gyu Ri yeojachingu mu”
“Teman?” Tanya Hwe Jin tak percaya.
“Ne. Ada yang ingin ku katakan pada mu Lu Han”
“Apa?”
“Sebelum Gyu Ri masuk Rumah Sakit, dia bilang dia ingin
sekali mengatakan bahwa dia Sangat Mencintaimu” ucap Minhyun yang tiba-tiba
seperti menyiksa dirinya sendiri. Aku dapat melihat wajah Minhyun yang tampak
tak ikhlas mengatakan itu.
“Mwo? kau berbohongkan?” Tanya Lu Han yang tak percaya.
“Aku belum pernah melihat mu sebelumnya dan aku juga tidak
tahu kalau kau adalah temannya” jelas Hwe Jin.
“Mwo? Kalian tidak percaya? Kau sahabat Gyu Ri kan?” Tanya
Minhyun menunjuk Hwe Jin dengan jari telunjuknya.
“Ne” jawab Hwe Jin.
“Sudahlah jangan hiraukan dia. Kita tidak mengenalnya. Pasti
dia hanya berbohong” ucap Lu Han sambil menarik lengan kiri Hwe Jin.
Deg!
Lagi-lagi
hati ku terasa sakit. Malah lebih sakit lagi. Tanpa sadar aku memegang dada ku.
Sayangnya aku tidak bisa menutupi rasa sakit ini. Minhyun menatap ku penuh rasa
kasihan melihat apa yang terjadi dihadapannya sekarang. Aku melihat Ren juga
menatap Lu Han dan Hwe Jin dari seberang. Tatapan Ren sama dengan tatapan ku.
Tapi, aku tidak tahu perasaan Ren ketika menatap mereka.
“Kajja! Kita pergi dari sini” ucap ku yang langsung
melangkahkan kaki ku.
“Gomawo. Hati-hati ya?” ucap Hwe Jin pada Lu Han yang sudah
mengantar sampai ke depan gedung kampusnya.
“Ne cheonma” jawab Lu Han tersenyum manis pada Hwe Jin.
“Hah..Ren?” ucap Hwe Jin yang terkejut melihat Ren di
belakang Lu Han.
“Annyeonghaseyo” sapa Ren kepada Lu Han dan Hwe Jin.
“Annyeong” jawab keduanya.
“Hey, Lu Han apa kabar? Lama tidak betemu setelah Gyu Ri
masuk ke Rumah sakit” ucap Ren dengan sengaja.
“Ne? eh…ne aku baik-baik saja”
“Oh, baguslah kalau begitu” ucap Ren.
“Ya sudah aku pulang dulu, ya?” ucap Lu Han.
“Ne” jawab Ren dan Hwe Jin.
“Hwe Jin?” panggil Ren.
“Ne?”
“Nanti sebelum kamu berangkat kerja, kita jenguk Gyu Ri dulu,
ya?”
“Emh, aku ingin menjenguknya” ucap Hwe Jin.
~*~*~*~Di Kampus Minhyun~*~*~*~
Hari mulai
senja, aku masih setia menunggu Minhyun keluar dari kelasnya. Aku duduk
memandangi halaman kampus yang sunyi di terangi nan langit kuning. Angin musim
semi yang lembut mengurai rambut panjang ku. Tak lama, Kelas Minhyun telah
bubar. Aku masih duduk terpesona akan pemandangan langit sore.
“Yaa…” panggil Minhyun yang ternyata tak ku sadari. Minhyun
duduk disamping dan ikut menatap langit.
“Hah..kau sudah keluar?”
“Langitnya sangat indah bukan?”
“Hemh…eh, ne” jawab ku.
“Mianhe, aku gagal membantu mu”
“Aniyoo. Aku mengerti kok. Memang tidak mudah melakukan itu”
jawab ku. Minhyun hanya diam menatap ku melihat ekspresi ku yang tampak pasrah.
“Permohonan ku sudah kau lakukan. Waktu ku juga tinggal 5
hari lagi”
“5 hari lagi? Maksudnya apa?”
“Sebenarnya setelah kejadian itu, aku sudah pergi dari dunia
ini. Tapi, karena aku terlalu terkejut dan masih ada yang ingin ku lakukan, aku
memohon untuk di beri waktu untuk melakukan hal aku inginkan. Makanya aku di
beri waktu 10 hari untuk melakukannya. Walaupun 10 hari, yang hanya bisa
melihat ku adalah kamu. Jadi, cuman kepada mu aku bisa meminta bantuan.
Sebenarnya, aku dan Hwe Jin baru saja melakukan tes menjadi Pembawa Acara
Berita di kampus ku. Setelah itu aku ingin bertunangan dengan Lu Han. Tapi,
jalan hidupku tidak seperti yang aku rencanakan. Aku hanya dapat menjalaninya
sesuai jalannya” jelas ku sambil menopang dagu pada lutut ku.
Minhyun
hanya diam setelah mendengar penjelasan ku. Ekspresinya tampak seperti
bermimpi. Ia tidak percaya bahwa ada hal seperti itu di kehidupannya.
“Ya, sudah. Keperluan ku padamu sudah selesai. Jadi, sesuai
janji, aku tidak akan pernah mengganggu mu lagi. Mianhe, kalau selama ini aku
membebani mu. Gomawo” ucapku sambil tersenyum polos padanya. Aku pun beranjak
dari tempat ku dan melangkahkan kaki ku untuk pergi.
“Kau ingin pergi kemana?”
“Aku akan menjaga tubuh ku dan menghabiskan waktu ku bersama
kedua orang tua ku” jawab ku. Aku pun melanjutkan perjalanan pulang ku.
Minhyun
hanya diam dan merasa bersalah tidak dapat berhasil membantu ku. Rasa
menyesalnya meluap dan merencanakan ingin membujuk kembali pada Lu Han.
~*~*~*~Rumah Sakit_4 Hari Lagi~*~*~*~
“Kau yakin, tidak ada yang ingin kau lakukan lagi?” Tanya
Victoria.
“Emh, aku hanya ingin menghabiskan waktu ku bersama tubuh ku
dan bersama orang tua ku” jawab ku yang dari kemarin hanya duduk menjaga tubuh
ku.
“Padahal masih tersisa 4 Hari lagi” ucap Victoria.
“Annyeong” sapa Ren yang data mengunjungi ku. Saat itu juga,
Victoria menghilang.
“Ren” ujar ku yang terkejut.
“Ren” paggil Appa dan Eomma ku.
“Ini ada serangkai bunga untuk Gyu Ri” ujar Ren yang
memberikan serangkai bunga kepada Eomma ku.
“Gomawo” ujar Eomma ku.
“Ahjusi dan Ahjumma sudah baca Koran hari ini?” Tanya Ren.
“Ne. Kai yang menusuk Gyu Ri sudah ditangkap kan?” Tanya Appa
ku.
“Emh. Syukurlah” ujar Ren.
“Hah, syukurlah. Semoga dia mendapat hukuman yang setimpal”
ujar Ku.
Ren pun mendekat
pada tubuh ku. Aku langsung berdiri dari kursi. Takut kalau dia duduk di situ.
“Permisi, saya ingin berbicara dengan Orang Tua Gyu Ri” ujar
Dokter Jin Yong.
“Ne” ucap kedua orang tua ku. Mereka pun pergi menemui Donter
Jin Yong.
“Gyu Ri, apa kabar?”
“Baik” jawab ku.
“Pasti kau baik-baik saja” ucap Ren.
“Kau sudah tahu tidak, kabar tentang Lu Han dan Hwe Jin”
“Emh. Aku tahu” ujar ku murung.
“Mereka akan bertunangan 6 hari lagi”
“Mwo??” ujar ku yang benar-benar shock.
“Kau pasti sangat terkejut. Aku juga. Hati ku sangat sakit
mendengar itu dari mulut Hwe Jin. Kau pasti juga sangat sakit jika
mendengarnya”
“Ya, sangat…sangat mengejutkan dan menyakitkan” pikirku yang
masih shock sambil memegang dada ku.
Nafas tak menentu dan mata ku sudah
berair. Aku menyandarkan diriku pada dinding kamar. Aku tak bisa menahan air
mata ku lagi. Dengan deras air mata ku mengalir di pipi ku. Kenapa? Kenapa bisa
dengan secepat itu terjadi?. Tak kusadari, air mata ku juga mengalir di pipi ku
dan membuat Ren terkejut melihat air mataku mengalir di pipi ku. Jelas-jelas
tubuh ku sedang koma. Aku pun langsung menghapus air mata ku.
“Kau, kau menangis?” Tanya Ren yang masih terkejut melihat
air mata yang mengalir di pipi ku. Ia pun meraih selembar tisu dan
mengusapkannya ke pipi ku.
“Mianhe, aku sudah mencoba berbicara pada Hwe Jin. Tapi, Hwe
Jin tidak meresponnya” ucap Ren.
~*~*~*~Kampus Ku~*~*~*~
Hari mulai
senja, Minhyun masih duduk di depan Pos Satpam menunggu Hwe Jin keluar. Tak
lama, Hwe Jin keluar berjalan ke arah gerbang.
“Hwe Jin” panggil Minhyun.
“Ne? Kau, kau Minhyun kan?”
“Ne. Aku ingin berbicara dengan mu sebentar”
“Kau ingin berbicara apa lagi?”
“Tolong percayalah pada ku. Gyu Ri sangat menyayangi Lu Han.
Mungkin, kalau kau yang mengatakannya, Lu Han akan percaya pada mu”
“Heh? Apa buktinya kalau kau memang benar?”
“Kita tunggu saja, Gyu Ri sembuh”
“Sembuh? Kemungkin untuk sembuh hanya 3% untuk Gyu Ri, apa
kita harus menunggunya?”
“Kenapa tidak kalau kau adalah sahabatnya?”
“Ya, aku tahu. Tapi, aku akan segera bertunangan dengan Lu
Han”
“Mwo? Tunangan?” ujar Minhyun yang langsung memegang kedua
pundak Hwe Jin.
“Apa-apaan kau ini?” ujar Hwe Jin yang langsung melepaskan
tangan Minhyun.
BUUUUK
“Ah…” ujar Minhyun yang terjatuh di tampar Lu Han yang
tiba-tiba datang menghampiri mereka.
“Dasar laki-laki gila!” ucap Lu Han dengan kasar.
“Kau yang gila, kau mengkhianati kekasih mu sendiri yang
masih tergeletak di rumah sakit” jawab Minhyun yang bangkit sambil mengusap
darah di bibirnya.
“Kalian memang pantas di bilang pengkhianat. Jika, aku yang
menjadi kekasih Gyu Ri. Aku tidak akan pernah menyakitinya dan aku akan ada
selalu di sampingnya” ucap Minhyun yang langsung meninggalkan mereka.
Hwe Jin
terdiam mendengar pernyataan itu. Dia sempat panik dan bingung. Hwe Jin
sebenarnya tidak ingin bertunangan dengan Lu Han. Karena dia sangat menyayangi
ku. Tapi, dia juga punya perasaan terhadap Lu Han. Apa lagi Lu Han pernah
mencintai Hwe Jin. Walaupun sekarang Lu Han mencintai ku.
~*~*~*~2 Hari Lagi~*~*~*~
2 Hari sudah
aku merenungkan nasib ku. 2 Hari juga aku harus menopang sakit hati yang luar
biasa. Ketika mengingat kenanganku bersama Lu Han, dimana ia memeluk ku ketika
aku sedih dan kedinginan, dimana ia mengecup keningku ketika ia ingin pergi,
dimana ia memegang erat tangan ku ketika aku gugup dan tidak yakin. Membuat ku
terus menangisi tubuh ku yang sekarang tak berdaya itu.
“Permisi” ujar Dokter Jin Yong yang selama ini menangani ku.
“Ne, silahkan” ujar Appa ku.
“Saya ingin menyampaikan sesuatu tentang keadaan anak anda”
“Ne, katakan saja dok”
“Begini. Saya cek semua data perkembangannya dan hasilnya..”
“Otte?” Tanya Eomma ku. Aku pun mendekat pada mereka.
“Malah tidak ada perkembangan. Hanya ada penurunan.
Kondisinya memburuk”
“Mwo?” Tanya Eomma ku yang tak percaya.
“Aniyoo. Dok, pasti ada cara untuk menyelamatkan anak ku kan
dok?” lanjut Eomma ku sambil memohon pada dokter Jin Yong.
“Jeosongimnida. Kami hanya dapat melakukan semampu kami dan
kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan kami”
“Aku sudah tahu akan begini jadinya” ucap ku.
“Aku sudah tahu akan begini jadinya” ucap Minhyu. Tak kami
sadari, kami sama-sama mengatakan itu secara bersamaan.
Minhyun yang
sedari duduk di balkon rumahnya, merenungi keadaan ku sekarang. Dia mengingat
bahwa hanya akan ada 2 hari lagi sisa waktu ku.
“Hah…mianhe, aku tidak berhasil membantu mu” ucap Minhyun
sambil menghela nafasnya.
~*~*~*~Rumah Lu Han~*~*~*~
Karena besok
aku sudah benar-benar harus pergi, aku ingin melihat Lu Han untuk terakhir
kalinya. Hati ku sebenarnya sangat sakit untuk melihatnya mengingat kabar
pertunangannya bersama Hwe Jin.
Dengan berat
hati aku masuk ke rumahnya dan…
“ANDWEYO” teriak gadis kecil yang ku kenal.
“Seo Hee, dengar kan Oppa dulu”
“ANDWE. Oppa jahat. Oppa mengkhianati Gyu Ri Eonnie” ucap Seo
Hee sambil melempar barangnya dari kamarnya.
“Dengarkan Oppa dulu”
“ANDWE”
“Oppa bertunangan dengan Eonnie Hwe Jin untuk mengembalikan
cinta Oppa yang dulu”
“Bohong. Oppa jahat. Oppa menganggap Eonnie sudah meninggal.
Eonnie pasti bisa sembuh dan kembali seperti dulu” jelas Seo Hee yang mulai
meneteskan air matanya.
“Itu sangat berat untuk Eonnie, Seo Hee”
“Jika itu berat, Kenapa Oppa tidak membuat itu ringan, hah?”
“Oppa…Oppa bukanlah malaikat. Jika Oppa malaikat, Oppa sudah
membuat Eonnie sembuh. Lagi pula Hwe Jin Eonnie baik seperti Gyu Ri Eonnie.
Oppa kesepian, Seo Hee”
“PERGI” teriak Seo Hee.
BLAAAAK
“Hah?” ujar Lu Han yang terkejut Seo Hee menghempas pintu
kamarnya.
“Hah…hahaha..hiks…hah” ujar ku yang menangis melihat kejadian
yang ada di hadapan ku ini. Aku pun memilih segera pergi.
~*~*~*~1 Hari Lagi_Pukul 11.50 Pm ~*~*~*~
Mata ku
hanya terpaku menatap keberadaan tubuh ku yang semakin melemah. Sejak Dokter
mengatakan bahwa aku semakin memburuk, itu membuat Orang Tua tak bisa tidur
dari kemarin.
“Waktu mu tinggal 10 menit lagi” ucap Victoria yang datang ke
samping ku.
“Ne, aku tahu” jawab ku datar.
“Inilah kehidupan sebenarnya. Semua orang yang hidup, pasti
akan mati sesuai yang di katakana Tuhan”
“Ne, aku tahu” jawab ku dengan tetap datar.
~Pukul 11.58 Pm~
“Kau siap?” Tanya Victoria.
“Ne” jawab ku seraya bangkit dari tempat duduk ku.
Dengan satu
jentikan jari tangan Victoria, Eskalator Emas yang akan membawa ku ke kehidupan
selanjutnya pun datang.
“Appa, Eomma, aku sangat mencintai kalian. Kalian adalah
cinta kedua ku setelah Tuhan. Cinta ketigas ku Hwe Jin mungkin akan musnah.
Cinta Lu Han pada ku pun mungkin akan musnah di hatinya. Tapi, Cinta ku pada Lu
Ha tak akan pernah mati seperti diri ku. Pengalaman hidup ini memang seperti
petualangan singkat tapi, berwarna. Jagalah diri kalian baik-baik. Aku akan
menunggu kalian di sana” ucap ku yang mulai tak bisa menahan air mata ku.
Ketika kaki
kiriku ku angkat, buku yang selalu di pegang Victoria terbang ke hadapanku.
Tulisan emas itu berubah.
‘Gyu Ri akan kembali ke
tubuhnya dan umurnya akan di perpanjang atas ke baikan yang pernah dia buat
selama ini di dunia’
“Hah? Jinjjayo?” Tanya ku pada Victoria.
“Tuhan itu Maha Adil”
“Hah, hahaha…hiks” air mata ku mulai deras tak percaya apa
yang terjadi sekarang.
“Chukkae” ucap Victoria.
Setalah itu,
perlahan-lahan kaki ku menghilang. Tangan ku pun menghilang perlahan. Ketika hampir
seluruh tubuh ku menghilang aku mengucapkan terima kasih pada Victoria.
“Khamsahamnida” ucap ku. Victoria hanya tersenyum pada ku.
Aku pun kembali ke tubuh ku.
“HAH…..” desis nafas ku yang ke kurangan Oksigen.
“Hah? Gyu Ri” teriak Appa dan Eomma ku yang sangat terkejut
melihat ku mendadak bangun yang langsung duduk.
“Hah…hah..hah…” nafas ku yang masih tak normal.
“Dokter…” teriak Appa ku keluar dari ruang rawat ku.
“Sayang, tenang sayang” ujar Eomma ku yang memusut lembut ke
kepala ku.
“Ada apa?” Tanya dokter Jin Yong.
“Gyu Ri sudah sadar” ucap Appa ku.
“Sadar?” ujar Dokter Jin Yong yang tak percaya. Ia pun
langsung bergegas masuk ke kamar rawat ku.
“Tolong tinggal kan saya dan suster saya sebentar untuk
memeriksa Gyu Ri!” perintah Dokter Jin Yong pada Orang Tua ku.
“Tingkatkan kecepatan Oksigennya, sus”
“Ne” jawab Suster itu yang langsung melaksanakan tugasnya.
Dengan
sigap, dokter langsung menangani ku. Suntikan yang diberikan kepada ku membuat
ku terlelap.
~*~*~*~Di Hari Baru, Di Musim Baru~*~*~*~
Sinar
Matahari Musim panas menyorot wajah ku. Membuat kelopak mata ku perlahan-lahan
membukanya.
“Annyeong, sayang” ucap Eomma ku sambil tersenyum manis pada ku.
“Annyeong, Eomma”
“Kau sudah tertidur selama 2 hari setelah dimana kau sadarkan
diri”
“Jinjja?” jawab ku yang masih lemas.
“Hari apa hari ini?” Tanya ku.
“Selasa”
“Selasa?” ujar ku yang teringat hari Pertunangan Lu Han dan
Hwe Jin.
“Eomma, aku pinjam ponsel mu boleh?”
“Ne? Oh…tentu saja boleh”
Aku
mengubungi Minhyun. Mencoba menyuruhnya untuk menemui ku.
“Yeoboseo” jawab
Minhyun.
“Yeoboseo, Ini aku Gyu Ri”
“Oh…MWO??” respon Minhyun yang mengejutkan ku.
“Ne, ini aku”
“Kau belum mati?”
“Pertayaan mu itu, seperti berharap aku ini mati”
“Hah? An..aniyoo. Aku hanya kaget saja. Masalahnya ini sudah
lewat dari 10 hari”
“Itu karena Tuhan Mencintai aku”
“Hahah, aku senang kau kembali. Emh…ngomong-ngomong, ada
keperluan apa kau menelpon ku?”
“Bisa jemput aku di rumah sakit”
“Mwo?”
“Iya, aku ingin ke suatu tempat dan kau mau kan membantu ku?”
“Eh…baiklah”
~*~*~*~
“Annyeong” sapa Minhyun yang membuka pintu kamar rawat ku.
“Annyeong” sapa ku yang sudah menunggu Minhyun.
“Waah…Yeppeo” ucap Minhyun yang terpesona menatap ku. Setelan
dres biru langit dengan rambut di gelombang dan bado biru muda berpita
memewahkan rambutku.
“Ah,hah…Gomawo” ucap ku yang malu.
“Ah…heheh, ne cheonma” jawab Minhyun sambil menggaruk
kepalanya yang tak gatal itu.
“Kajja” ajak ku yang langsung menarik tangan Minhyun.
~*~*~*~Pertunangan Lu Han dan Hwe Jin~*~*~*~
Hamparan
rumput taman yang luas, berdiri sebuah tenda putih dan paparan kursi tamu
undangan di pinggir danau yang natural. Minhyun sempat heran dengan pemandangan
yang di hadapannya itu.
“Ini tempat apa?”
“Pertunangan Lu Han dan Hwe Jin” jawab ku.
“MWO?? Kau yakin mau datang ke sini?”
“Ne” jawab singkat ku.
“Aku bingung. Kau ini terlalu baik atau apa sih?” Tanya
Minhyun heran.
“…”aku hanya diam.
Minhyun
masih heran dengan kelakuan ku itu. Kami memilih kursi di barisan nomor tiga
dari belakang. Dari situ, aku dapat melihat sosok namja yang ku kenal sedang
berdiri menunggu yeojanya. Ku genggam kedua tanga ku agar menutupi rasa sakit
di hati ku. Minhyun sedari terus menatap wajah ku. Memastikan bahwa hati ku
kuat melihat pertunangan itu.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Minhyun.
“Ne” jawab ku.
Seorang
yeoja dengan dress putih selutut dan sanggulan indah pada rambutnya berjalan
menghampiri namja yang aku cintai itu. Sesekali aku menelan air liur ku untuk
menahan tangis ku. Aku tidak ingin menangis dihadapan Minhyun. Tubuh ku
gemetaran saat mereka berdua mulai memasangkan cicin perikatan di antara
keduanya.
Akhirnya,
aku meneteskan air mata ku yang sedari aku tahan itu. Minhyun bingung melihatku
yang menangis.
“Kajja, kita pergi dari sini” ajak ku yang bangkit dari
kursi.
Seo Hee,
sempat tak percaya melihat ku di belakang. Dia berdiri dan menatap diri ku itu.
Tapi, diperasaannya Aku masih koma di rumah sakit. Ia pun duduk kembali ke
kursinya.
~*~*~*~Rumah Sakit~*~*~*~
“Mulai besok, kau bisa pulang. Tapi, dalam 1 minggu sekali
kau harus cek darah ke rumah sakit. Memastikan bahwa peredaran darah mu lebih
membaik” saran Dokter Jin Yong.
“Ne” jawab ku yang tersenyum.
“Senang mendengar kau besok boleh pulang” ucap Minhyun yang
duduk di samping ku.
“Emh. Gomawo”
“Ne, cheonma. Ya, sudah aku pulang dulu. Besok, aku juga
harus kembali bekerja di Rumah Sakit ini” ucap Minhyun.
“Emh” jawab ku.
“Gamawo” ujar Eomma ku.
“Ne, Ahjumma” jawab Minhyun. Minhyun pun pamit pulang.
“Sayang, kau tidak usah terlalu memikirkan pertunangan
mereka” saran Eomma ku sambil mengusap poni ku.
“Ne, arraseo” jawab ku.
“Oh ya, Eomma. Aku ingin kalian tidak usah mengabarkan
keadaan ku yang sadar ini. Aku ingin kalian merahasiakannya dari siapa pun.
Cukup Minhyun yang tahu”
“Waeyo?” Tanya Eomma ku.
“Tidak apa-apa”
“Ne arraseo” jawab Eomma ku menganguk-angguk.
Sementara
itu, Minhyun memikirkan perasaannya terhadap ku.
“Hati ini, mulai mencintai mu, Gyu Ri. Ya, aku mencintai mu.
Sayangnya, hati mu masih mecintai Lu Han. Mungkin, aku hanya dapat memendam
perasaan ini. Tapi, aku akan memulai kehidupan baru ku. Aku aka mencari yeoja
yang lebih baik lagi dan aku berharap nasib baik menghampiri mu Gyu Ri,
Saranghae” ujar Minhyun sambil menatap langit di depan gedung Rumah Sakit.
~*~*~*~*
Aku sungguh
merindukan kamar ku ini. Aku langsung merebahkan tubuh ku ke kasur kesayangan
ku ini. Terasa lama sekali aku meninggalkan kehidupan normal ku ini. Ku
balikkan badan ku dan menemukan sebuah pigura poto. Ada aku, Hwe Jin dan Ren di
dalam poto pigura yang di meja lampu ku. Terasa mendung hati ku, ketika menatap
wajah Hwe Jin.
“Sayang” teriak Eomma ku dari bawah.
“Ne”
“Ayo makan malam!”
“Ne, aku segera turun” jawab ku.
~*~*~*~Meja Makan~*~*~*~
“Besok, kau harus cek ke rumah sakit. Jadi, Appa akan
langsung menjemput mu sepulang dari kantor” jelas Appa ku sambil memakan makan
malamnya.
“Ah, aniyoo. Biar aku sendiri saja ke rumah sakit”
“Kau yakin?” Tanya Eomma ku.
“Ne. Aku kan sudah pulih”
“Eh, baiklah” jawab Appa ku.
~*~*~*~Rumah Sakit~*~*~*~
“Gum Gyu Ri” panggilan untuk ku.
“Ne” jawab ku. Aku pun bergegas masuk ke dalam ruang periksa.
“Annyeonghaseyo” sapa ku pada Dokter Jin Yong.
“Annyeong, Gyu Ri”
“Ku ambil darah mu sedikit ya?” ucapnya sambil menancapkan
jarum suntik dan menarik sedikit darah ku.
“Tunggu sebentar ya?” saran Dokter Jin Yong.
“Ne” jawab ku.
Tidak perlu lama, Dokter Jin Yong
memberikan ku sebuah data hasil cek darah ku.
“Ini hasilnya?”
“Ne. Peredaran darah mu masih dalam proses penyebaran. Akibat
darah mu terlalu banyak keluar dan kami harus memasukkan kembali darah mu, itu
butuh waktu lama untuk memulihkan peredaran darah mu” jelas Dokter Jin Yong.
“Oh, arreseo”
“Yap, sekarang sudah selesai. Kau boleh pulang”
“Khamsahamnida. Annyeonghaseyo” ucap ku.
“Annyeong” balas Dokter Jin Yong.
Aku pun
keluar dari ruang itu sambil masih membaca hasil cek darah ku itu. Dari
kejauhan Seo Hee menatap ku dan menyadari keberadaan ku.
“Itu, itu Eonnie ya?” Tanya Seo Hee tak percaya.
“Eonnie, Gyu Ri Eonnie” panggil Seo Hee yang berlari ke arah
ku.
“Hah?” ucap ku yang terkejut dan langsung menatap asal mula
suara panggilan itu.
“Eonnie?”
“Seo Hee?”
“Eonnie, ini benar Eonnie?”
“Ne, Seo Hee” jawab ku. Aku pun mengajak Seo Hee duduk
sejenak di kursi tunggu.
“Aigoo. Aku benar-benar tak percaya ini. Eonnie sudah sembuh”
girang Seo Hee sambil menangis.
“Seo Hee, kenapa menangis?”
“Aku sangat senang, Eoonie”
“Sudahlah jangan menangis lagi” ucap ku sambil mengusap
pipinya yang telah basah itu.
“Apa Eonnie tahu pertunangan Oppa dengan Hwe Jin Eonnie?”
“Ne, aku tahu. Aku datang ke pertunangan itu”
“Ne? Datang?”
“Emh”
“Berarti yang ku lihat waktu itu, benar-benar Eonnie?”
“Emh”
“Mianhe, Eonnie. Aku tidak bisa menjaga Oppa dengan baik”
ucap Seo Hee sambil menunduk.
“Ne, arraseo. Aku sudah merelakannya walaupun itu sangat
menyakitkan buat Eonnie” jelas ku sambil memusut pundak Seo Hee.
~*~*~*~Rumah Lu Han~*~*~*~
BRAAAK
Seo Hee
datang ke rumah sambil menghempas pintu depan.
“Seo Hee, kau bisa pelan-pelan tidak?” ujar Lu Han.
“Oppa?” panggil Seo Hee yang langsung duduk di depan si joli
itu.
“Mwo?” Tanya Lu Han diikuti dengan tatapan Hwe Jin penasaran.
“Gyu Ri Eonnie sudah ke luar dari Rumah Sakit, apa kalian
tahu itu?” Tanya Seo Hee yang mulai marah.
“Mwo?” Tanya keduanya yang tak percaya.
“Heh…kalian memang pantas di sebut jahat sekarang. Sahabat
atau kekasih kalian sendiri sudah pulih saja tidak tahu. Sungguh memalukan”
singgung Seo Hee.
“Dari mana kau tahu itu?” Tanya Lu Han yang semakin di adu
penasaran.
“Aku tadi ke rumah sakit untuk cek THT ku. Lalu, aku bertemu
dengannya di sana” jawab Seo Hee.
“Mwo? Gyu Ri…” ujar Hwe Jin yang mulai sedih.
~*~*~*~Rumah ku~*~*~*~
Dimusim
panas kali ini, aku ingin mengisi liburan ku dengan menanam bunga Matahari di
halaman depan rumah. Bunga Matahari adalah bunga Favorit ku. Warnanya yang
kuning, secerah seperti sang surya yang selalu menyinari pelosok hati ku.
“Hah..panasnya” keluh ku sambil mengusap peluh di dahi ku.
“FIGHTING!!!” semangat ku yang melanjutkan menggali lubang.
“Gyu Ri?” panggil suara seorang namja.
“Ne” jawab ku semangat dan langsung menatap asal suara
panggilan itu.
“Hah?” jawab ku yang terkejut melihat Lu Han berdiri di
hadapan ku.
“Lu…Lu Han?” Tanya ku gugup seraya bangkit dari duduk ku.
“Ne, Yeppeo” jawab Namja itu dengan katanya yang manis.
“Lu Han” panggil ku yang langsung memeluk tubuh namja itu. Ku
peluk erat tubuhnya untuk melampiaskan kerinduan ku.
“Aku merindukan mu, Gyu Ri”
“Ne, aku juga” jawab ku sambil mulai meneteskan air mata ku.
“Mianhe, aku menyesal menyerah begitu saja tentang keadaan
mu. Aku adalah namja yang jahat. Aku pantas untuk itu” jelas Lu Han.
“Andwe. Aku mengerti posisi mu Lu Han. Kalau aku jadi diri
mu, aku juga akan kesepian seperti mu”
“Tapi, aku mengkhianati mu”
“Ssst” ucap ku yang menghentikan pembicaraan Lu Han dan
memeluk Lu Han lagi. Kehangatan itu terasa kembali.
Ku lihat
sosok Yeoja yang begitu aku kenal berdiri di belakang kami. Hwe Jin tampak
takut manatap ku.
“Hwe Jin?” panggil ku seraya melepaskan pelukkan ku dari Lu
Han.
“Hah…” jawabnya yang takut. Ia pun langsung membalik
badannya.
“Hwe Jin” teriak ku dan berlari ke arah nya.
“Hah…” ucapnya kaget.
“Aku merindukan pelukan mu, Hwe Jin” ujar ku yang mulai
menyucurkan air mata yang sekarang tak penting untuk ku. Ku memeluk Hwe Jin
penuh kasih sayang.
“Ne, aku mengerti, Gyu Ri. Mianhe, Mianhe” ucapnya.
“Ne arraseo”
“Andwe. Aku pantas mendapatkan hukuman, Gyu Ri” ucap Hwe Jin
dan langsung melepaskan pelukkannya.
“Aniyoo, aku sudah melupakannya. Ayo kita mulai dari awal lagi!”
ajak ku.
“Ne?”
“Hemh” jawab ku tersenyum.
“Heh” tawa lega Hwe Jin.
Hwe Jin
merasa beruntung mendapatkan sahabat seperti ku. Mulai saat itu dia berjanji
tidak akan mengkhianati ku lagi. Aku pun memegang erat janji itu. Kami bertiga
pun tertawa bahagia.
~*~*~*~2 Minggu Kemudian~*~*~*~
“Annyeong” sapa Hwe Jin
dan Ren melalui Video Call laptopnya.
“Annyeong” jawab ku dan Lu Han.
“Bagaimana?” Tanya Hwe
Jin penasaran.
“Apa?” Tanya ku bingung.
“Malam pertama mu?”
ucap Hwe Jin.
“Mwo?” Tanya ku terkejut dengan pertanyaan anehnya itu.
“Sips” jawab Lu Han ^_^p sambil mengacungkan jempolnya. ‘Mwoya?’ -_-‘ ekspresi ku.
“Jinjjayo?” Tanya Ren bangga.
“Ne, Daebak” tambah Lu Han. ‘MWO?’ /-_-\ ekspresi ku dan Hwe
Jin menatap mereka berdua.
“Yaa..” teriak ku dan Hwe Jin bersamaan.
“Mi..mianhe” ujar Lu Han dan Ren bersamaan.
“Mianhe, Gyu Ri” ucap Hwe Jin.
“Aniyoo” jawab ku malu-malu.
“Ya sudah, kalian lanjutkan saja bulan madu kalian. Semoga
hari kalian menyenangkan!” ucap Hwe Jin di tambah anggukan Ren.
“Hemh” lega ku sambil menutup laptop ku.
“Ini” ujar Lu Han memberikan sebuah kado.
“Apa ini?”
“Hadiah dari teman mu, Minhyun” ucap Lu Han sambil memeluk ku
dari belakang dan menopang dagunya ke pundak ku. Aku pun membuka kado yang
berasal dari Minhyun itu.
“Apa ini?” ujar ku terkejut yang mendapati perlengkapan bayi
di dalam kado itu.
“Kau akan menjadi seorang ibu dari anak-anak kita” jelas Lu
Han sambil menatap mata ku.
“MWO??” Tanya ku tak percaya.
THE END
Close song: J-Min_Stand Up
Yah..The End, Inilah cerita dari My Love Will Never Die,
gimana, gimana, gimana? Jelek, bagus atau sedang? Mianhe kalau kurang memuaskan
(_ _’). Biasa author lagi kaga beres (?). Ini adalah Fanfic yang luar biasa
menurut ku. Karena nyari inspirasinya harus obrak-abrik pengalaman sama meratapi
poto Nu’est dan EXO. EXO sm Nu’est aja mpe mual-mual gara-gara di liatin sm aku
mulu wkwkwkw XD #ditendang ke jurang. Biar dapet feelnya gt… Kritik dan saran
sangat aku butuhkan untuk menunjang ke suksesan ku. Sampai ke temu
lagi…Annyeong~ ^^p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar