Selamat Datang Di Blog Han Hyo Mi


widget

The Prince’s Two Loves Part.2


The Prince’s Two Loves
Author      :Han Hyo Mi
Main Cast   :Song Hae Rin, Song Hae Ra, Park Jae Kyung,  Jung Yi In, EXO:Se Hun & Lay
Supp. Cast : All members EXO=>Su Ho, Chanyeol, Baekhyun, D.o, Kai, Kris, Lu Han, Chen, Xiumin, Tao
Genre        :Romantic, School Life and Castle Life
Untuk       : 15 +
Soundtrack :SHINee_Replay
Part.2

Jeongmal Mianhae, Part2’a lama. Soalnya Author sibuk sekali, banyak kegiatan sekolah + Tugas sekolah #nggak ada yg nanya tuh. Tapi, janji tetep janji. Jadi, author ngelanjutin deh. Pasti sudah pada penasarankan kelanjutannya. Tanpa menunggu ocehan author yg konslet satu ini, langsung mulai saja ke TPS (?)…PLOK PLOK PLOK #tepuk tangan bareng EXO XD

*~*~*~*
“Hari ini kau tampak berbeda. Apa ada sesuatu yang terjadi?” jelas Jae Kyung.
“…” Hae Ra hanya terdiam dan mengartikan apa yang dimaksud Jae Kyung tadi dengan wajah terkejut.
“Hah…benar! Hae Rin kan bukan yeoja yang anggun. Dia kan agak tomboy” pikir Hae Ra.
“Hoho….ani ani. Gwaencana” jawab Hae Ra sambil melebarkan posisi kakinya.
“Kajja! kita ke kelas” ucap Hae Ra yang berjalan ke kelas.
“Heh…dia itu memang aneh” ucap Jae Kyung sambil mengikuti Hae Ra.
*~*Istana*~*
          Sementara itu, Hae Rin sangat merasa bosan di dalam Istana. Ternyata, dia salah menilai kalau Home Schooling lebih enak dari pada di Sekolahnya. Bagaimana tidak? Seonsaengnim tersebut hanya mengajari dirinya sendiri. Sedari ia terus berbicara dan menatap buku yang ia pegang.
“Bisakah kita berhenti untuk hari ini?” Tanya Hae Rin yang benar-benar tidak sabar lagi.
“Hah?” ujar Seonsaengnim itu bingung.
“Ini sungguh membosankan” ujar Hae Rin seraya meninggalkan Seonsaengnim itu.
“Tuan Putri ingin kemana?” Tanya Yi In.
“Ah, eh…itu, aku…ya, aku ingin melukis” ucap Hae Rin gugup.
“Oh…Tapi, bukannya ruang melukis disana?” ujar Yi In yang menunjuk arah sebaliknya.
“Ah…ne. Iya disana. Heheh” ujar Hae Rin yang langsung berbalik dan bergegas ke ruang lukis Hae Ra.
          Dengan seriusnya, Hae Rin mengambil selembar kertas putih persegi empat, pengsil dan penghapus. Hae Rin mulai membuat garis-garis pada kertas tersebut.
          Jam menunjukkan pukul 12.00 Am. Tak terasa waktu telah berlalu selama 1 jam. Tapi, sampai saat itu Hae Rin belum juga membuat warna pada gambarnya. Sekarang Hae Rin terlihat sedikit kumal.
“Permisi! Waktunya makan siang Putri” panggil Yi In seraya masuk ke ruang lukis itu.
“Ne” jawab Hae Rin dengan semangat.
“Apa itu?” Tanya Yi In bingung saat melihat gambar Hae Rin.
“Kau tidak tahu? Itu sebuah sketsa”
“Sketsa?”
“Ne. Kau tahu tidak ? pelukis yang dari Perancis itu, itu si…siapa ya namanya? Ho..hono, aduuh aku lupa. Yang dengan coret-coret saja langsung ada bentuknya”
 Honoré de Balzac” jawab Yi In.
“Oh…ne itu. Hehehe. Ya sudah aku lapar” ujar Hae Rin bergegas ke ruang makan dan meninggalkan Yi In seorang diri.
“Masa iya ini sketsa?” ujar Yi In penuh pertanyaan saat melihat sketsa yang dimaksud Hae Rin. Yi In masih tak percaya itu sketsa. Dengan gambar seperti orang sawah-sawahan itu.
*~*Sekolah*~*
          Musim dingin tinggal 2 hari lagi. Musim semi akan menggantikannya. Warna hijau yang alami menghiasi pepohonan di kota Seoul. Sekarang jam menunjukan pukul 02.00 Pm.
KRIIIIIIIIIIING
“Huaaaah….akhirnya pulang juga. Tapi, aku merasa belum puas” ucap Hae Ra yang keluar dari gedung sekolah.
“Hah, ponsel ku” ucap Hae Ra seraya mencari ponselnya di dalam tas.
“Apa ini?” Tanya Hae Ra menemukan sesuatu di dalam tas Hae Rin.
“Headshet? pasti punya Hae Rin” ucap Hae Ra yang memasangkan Headshetnya ke kepalanya.
BUUUUK
“Au…” keluh Hae Ra yang mendapati tubuhnya di tabrak oleh seseorag dari belakang.
“Hah? Mianhae” ucap Lay kepada Hae Ra.
“Hah…gwaencana” ujar Hae Ra sambil menurunkan Headshetnya ke pundaknya.
“Hoh…Hae Rin?” ujar Chanyeol yang menghampiri mereka.
“Hah, Annyeong” sapa Hae Ra.
“Tumben kau menyapanya?” ucap Baekhyun yang datang menghampiri mereka bersamaan yang lainnya di belakang.
“Hah? oh…hahaha” ujar Hae Ra terkekeh.
“Hae Rin. Oh ya, ingat ya, sore ini latihan” ujar Se Hun.
“Ne” jawab Hae Ra.
“Ah, ya sudah aku duluan. Annyeonghi Gyeseyo” ucapnya sambil sedikit menundukan kepala. Hae Ra pun bergegas masuk mobil sebelum gugupnya menghadapi Sunbae-sunbae itu makin besar.
“Aku merasa sedikit ada yang mengganjal” ujar Baekhyun.
“Hemh. Dia terlihat lebih lembut dan sopan” ucap Kris.
“Benarkan? Makanya, dari tadi aku merasa aneh” ujar Se Hun.
“Oh, berarti kamu mikirin Hae Rin terus?” ucap Lu Han menyinggung.
“Berarti ucapan ku tidak salah dong?” tambah Tao.
“ANIYO” ujar Se Hun yang memperkeras suaranya.
*~*Istana*~*
“Annyeonghaseyo” sapa Hae Ra yang masuk ke kamarnya.
“Ne. Annyeong” jawab Hae Rin.
“Waah..sudah pulang?” Tanya Hae Rin.
“Ne” jawab Hae Ra sambil melepaskan seragamnya.
“Eotteohkeyo?”
“Emh…benar-benar menyenangkan. Tapi, aku masih belum puas” jawab Hae Ra sambil menekuk wajahnya.
“Kan masih ada dua hari lagi?” ujar Hae Rin yang mulai mengganti dressnya.
“Kalau kamu, Eotteohkeyo?”
“Membosankan. Mana lagi aku harus minum obat mu itu” keluh Hae Rin.
“Kau meminumnya?”
“Tentu saja tidak”
“Hah..syukurlah” lega Hae Ra.
“Sebaiknya kau cepat makan siang dan minum obat mu”
“Ne. Eh..itu, aku boleh mengganti mu di latihan Taekwondo sore ini?”
“Mwo? Ani” jawab Hae Rin tegas.
“Jebal…”
“ANI” ucap Hae Rin mulai mengeras.
“Taekwondo itu cuman seperti ini kan?” ujar Hae Ra sambil memperagakan gerakan konyolnya.
“Heh..ANIYO. Cepat makan sana!” ujar Hae Rin mendorong kembarannya itu keluar dari kamar.
“Kau jahat sekali!” ucap Hae Ra sambil merengut.
*~*Latihan Taekwondo*~*
“Annyeonghaseyo” sapa Hae Rin dengan santai ke Sunbae-sunbae klub Taekwondo yang asik memasang matras.
“Ne. Annyeong” jawab mereka hamper bersamaan.
          Hae Rin melempar tasnya dan duduk menunggu Sunbae-sunbae itu selesai memasang matras. Sambil menunggu, Hae Rin mendengarkan lagu dari Headshetnya. Tak lama, Lay menghamnpiri Hae Rin.
“Kajja! kita mulai latihannya” ajak Lay.
“Oh” jawab Hae Rin dengan nada datar. Ia pun melepas Headshetnya dan pergi mendahului Lay yang menghampirinya itu.
“Ada apa dengannya ya?” Tanya Lay sambil menggaruk kepalanya.
          Mereka pun melakukan latihan Taekwondo seperti biasa. Hanya saja, Kris cs. merasa sedikit aneh terhadap Hae Rin. Mereka merasa, saat tadi siang disekolah Hae Rin tampak lebih sopan dan lembut. Tapi, sore ini dia tampak lebih seperti awal mereka mengenal Hae Rin.
“Apa kau merasa ada sesuatu yang aneh dengan Hae Rin?” ucap D.o kepada Chanyeol.
“Ne. Kau merasa begitu juga?”
“Emh” jawab D.o.
          Latihan pun berakhir mereka semua membereskan tempat latihan seperti semula. Hae Rin pun membantu Sunbae-sunbaenya itu.
“Hae Rin, apa kau baik-baik saja?” Tanya Chanyeol menghampiri Hae Rin yang sedang mengangkat matras.
“Ne?”
“Ani” ujar Chayeol yang bingung dengan pertanyaan sendiri.
“Heh…aneh sekali. Aku merasa mereka hari ini terlihat aneh” ujar Hae Rin yang berbicara pada dirinya sendiri.
          Mereka semua pun bergegas keluar dari gedung latihan menuju gerbang depan untuk pulang. Hae Rin berjalan lebih belakang dari Sunbae-sunbaenya. Ia sengaja memperlambat jalannya, karena memang tidak ingin bersama mereka.
          Hae Rin menunggu mobil jemputannya dengan berteduh dibawah pohon jati. Lay keluar dari gerbang dan terhenti melihat Hae Rin sendiri berdiri di bawah pohon jati itu.
“Kau dijemput?” Tanya Lay.
“Ne” jawab Hae Rin datar.
“Mau ku antar?” ajak Lay.
“Hah?” Hae Rin yang agak bingung.
“Mau ikut dengan ku tidak? Biar aku antar”
“Ah, ani. Aku menunggu jemputan ku saja” Tak lama Hae Rin berkata, Hujan dengan lebatnya turun mengguyur kota Seoul.
“Ah…” ujar Hae Rin yang mulai kebasahan.
“Kajja!” ucap Lay yang memberikan helmnya dan menyuruh Hae Rin bergegas.
          Dengan sangat terpaksa pun Hae Rin naik ke motor Lay itu. Se Hun yang berdiri di pohon jati seberang melihat Hae Rin naik ke motor Lay. Entah kenapa, tatapan Se Hun tampak membara.
          Ditengah derasnya hujan, Lay melaju membawa motornya yang digoncenginya bersama Hae Rin. Hae Rin sempat hening dan akhirnya berbicara.
“Coba aku menunggu mobil ku saja tadi” ucap Hae Rin.
“Mwo? Gerigo, kau menyesal aku ajak?” Tanya Lay.
“Eh, aniyo. Masalahnya, kalau aku menunggu mobil ku, aku nggak akan basah-basah kayak gini” ujar Hae Rin.
“…” Lay hanya diam dan tetap fokus ke jalan.
“Stop!” ujar Hae Rin.
“Aku berhenti di sini saja. Rumah ku tidak jauh dari sini” ucap Hae Rin. Lay pun menghentikan motornya di pinggir jalan.
“Gomawo” ucap Hae Rin santai.
“Ini!” ujar Lay melempar handuk miliknya.
“Pakai itu untuk mengeringkan sebagian tubuh mu” ucap Lay dan ia pun mengendarai motornya kembali.
*~*Istana*~*
          Hae Rin pun sampai di istana setelah turun dari motor Lay dan menaiki bus lagi untuk sampai ke istananya. Yi In terkejut mendapati Hae Rin basah kuyup.
“Putri, kau baik-baik saja?”
“…” Hae Rin hanya diam dan membersihkan tubuhnya dengan handuk pemberian Lay.
“Kami mencari putri kemana-mana. Putri kemana saja?” ujar Yi In yang membantu Hae Rin membersihkan tubuhnya.
“Gwaencana” ucap Hae Rin.
“Mianhae, Putri” ujar Yi In dengan menyesal.
“Aniyo. Gwaencana. Aku ke atas dulu. Aku ingin membersihkan tubuh ku” ujar Hae Rin.
          Hae Rin pun pergi ke kamarnya sambil menyeret tasnya. Sepanjang jalan yang di lalui Hae Rin ke kamar, semua basah karena tubuh Hae Rin.
“Hae Rin? kau basah sekali. Kau kehujanan ya?” Tanya Hae Ra yang langsung menghampiri kembarannya itu.
“Ne”
“Kok bisa? Yi In tidak menjemput ya?”
“Ani. Gwaencana” ujar Hae Rin untuk mengakhiri kekhawatiran Hae Ra.
“Aku ingin membersihkan tubuh ku dulu” ucap Hae Rin yang masuk ke kamar mandi.
“Emh. Aku akan membuatkan susu hangat untuk mu” ujar Hae Rin.
*~*Pagi_Istana*~*
       Kicau burung beradu dengan alunan angin lembut pagi yang menyeret embun membuat pagi ini terasa lebih hangat. Satu hari lagi Musim Semi akan mewarnai hari-hari selanjutnya.
          Di pagi itu, di istana, Putri cantik yang setiap harinya dipenuhi semangat tinggi, tiba-tiba di serang demam sampai-sampai dia meriang.
“Kau baik-baik saja Hae Rin? dari malam kemarin sampai sekarang kau bersin-bersin dan hidung mu sudah memerah” ujar Hae Ra yang khawatir melihat keadaan kembarannya itu.
“Ne. Gwaencana. Sebaiknya kau bergegas ke sekolah. Nanti terlambat” ujar Hae Rin mendorong kembarannya itu ke kamar mandi.
“Haaatciiiih….sruuut” Hae Rin yang bersin di tambah flu.
*~*Ruang Makan*~*
“Hae Ra, mata mu terlihat sembab dan hidung mu juga merah. Kau sakit ya?” Tanya neneknya.
“Ne? oh…ani, aku cuman masuk angin karena lupa pakai selimut semalam” jelas Hae Rin.
          Yi In sempat berpikir, bahwa yang kemarin kehujanan adalah Hae Rin, kenapa Hae Ra yang sakit? Tapi, Hae Rin malah sehat-sehat saja. Yi In sempat mencurigai mereka. Tapi, Yi In langsung melupakan pikiran prasangka buruknya.
“Oh. Sebaiknya kau minum obat flu dulu. Takutnya nanti tambah parah” saran neneknya.
“Ne” jawab Hae Rin.
“Yi In, tolong ambilkan obat flu untuk Hae Ra” perintah neneknya.
“Ne” jawab Yi In dan langsung mengambilkan obat untuk Hae Rin.
“Sebaiknya kau bergegas ke sekolah Hae Rin. Ini sudah jam 7 lewat 50. Biar Chang Min Ahjusi yang mengantar mu ke sekolah. Yi In biar merawat Hae Ra disini” perintah neneknya ke Hae Ra.
“Ne, Halmeoni” jawab Hae Ra dan langsung bangkit dari meja makan.
*~*Di Sekolah*~*
          Dengan santai Hae Ra berjalan ke arah gedung kelasnya melewati lapangan sepak bola. Disana terlihat Se Hun cs. bermain sepak bola. Lagi-lagi Trouble maker…
“AWAS!” teriak salah satu dari mereka yang bermain sepak bola.
BUUUK
“Au…” keluh Hae Ra yang mendapati bola menghantap hidungnya dan terjatuh.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Se Hun yang menghampiri Hae Ra.
“Hae Rin?” ujar Se Hun yang terkejut.
“Ah…hidung ku” ujar Hae Ra mengusap darah di hidungnya.
“Ber…berdarah” ujar Se Hun yang menunjuk hidung Hae Ra. Hae Ra pun menutupi hidungnya dengan telapak tangannya dan bangkit berdiri.
“Sebaiknya kau ke UKS saja” saran Se Hun.
“Ani. Gwaencana” ujar Hae Ra.
“Sini biar ku antar!” ujar Se Hun.
“Ani. Aku hanya ingin ke toilet saja” ujar Hae Ra yang langsung meninggalkan Se Hun.
“Kok aku jadi baik begini ya sama Hae Rin?” ujar Se Hun yang berbicara sendiri dengan dirinya.
“Dia kan orang yang kuat” lanjut Se Hun.
“Yaa…Se Hun. Cepat ambil bolanya!” teriak Lu Han.
“Ne” ujar Se Hun yang mengambil bolanya dan berlari ke lapangan kembali.
*~*Toilet*~*
“Huh…sakit sekali hidung ku” ujar Hae Ra sambil membersihkan hidungnya dengan air keran.
          Setelah selesai, Hae Ra pun keluar dari toilet. Ketika, keluar Se Hun sudah berdiri di depan toilet menunggunya.
“Se Hun?” ujar Hae Ra sambil mengusap air di hidungnya.
“…” Se Hun hanya diam dan membersihkan hidung Hae Ra dengan sapu tangannya.
“Mwo ya?” ujar Hae Ra yang memegang tangan Se Hun.
“Lepaskan!” ujar Se Hun yang menyingkirkan tangan Hae Ra. Se Hun pun membersihkan hidung Hae Ra kembali.
“Ne. Sudah” ucap Se Hun.
“Gomawo” ucap Hae Ra sambil menunduk malu.
“Ne cheonma” ujar Se Hun. Se Hun pun pergi meninggalkan Hae Ra.
          Setelah itu, Hae Ra tersenyum sendiri di depan Toilet. Tak sadar kalau Jae Kyung memanggilnya.
“Yaa…Hae Ra!” teriak Jae Kyung yang berdiri di depan Hae Ra.
“Hah? Ne” ujar Hae Ra yang sadar.
“Kau melamun ya?” ujar Jae Kyung.
“Heh…ani ani. Kajja!” ujar Hae Ra yang berbohong.
          Mereka pun masuk ke kelas dan memulai pelajaran seperti biasa. Hari itu memiliki pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan Ips. Dengan semangatnya, Hae Ra selalu menjawab pertanyaan yang di lempar Seonsaengnim kepada siswa-siswi.
          Jam istirahat telah tiba. Seluruh murid berlarian ke kantin termasuk Jae Kyung dan Hae Ra.
“Selamat makan!” ucap Hae Ra.
“Kau semangat sekali hari ini makannya?” Tanya Jae Kyung yang juga menyantap makanannya.
“Hehehm” Hae Ra hanya tertawa kecil. Jae Kyung hanya tersenyum melihat temannya itu dan ikut menikmati makanannya.
          Mata Hae Ra mendapati sosok namja yang membuatnya sedari sempat merasakan kehangatan walaupun hanya sebentar. Ya, itu Se Hun. Hae Ra sempat terhenti makan karena menatap namja itu. Dia tersenyum sendiri.
          Mendadak Se Hun menatap Hae Ra dan membuat Hae Ra tersedak saat melanjtkan makannya.
“Khook…khook” ujar Hae Ra tersedak.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Jae Kyung yang langsung memberika air minum.
“Emh…” ujar Hae Ra sambil minum.
*~*Istana*~*
“Annyeong” sapa Hae Ra yang masuk ke kamarnya.
“Ne. Annyeong” jawab Hae Rin yang asik online.
“Kau sedang apa?” Tanya Hae Ra yang berganti seragam.
“Online dengan teman di twitter”
“Siapa?”
“Leeteuk dan Yesung hehe” ujar Hae Rin terkekeh.
“Hah? Leeteuk dan Siwon? Suju maksud kamu?” Tanya Hae Ra kaget.
“Ne. Hehehe mereka lagi on nih. Makanya, aku online dari pagi sampai sekarang” jawab Hae Rin.
“Wah…aku juga pengen dong, bisa online bareng Suju. Aku pengen online sama Eunhyuk”
“Kamu harus bikin twitter dulu” ujar Hae Rin.
“Bikinkan dong?”
“Hahaha. Bayar dulu”
“Hah? Bayar?”
“Emh. Gak ada yang gratis tahu” olok Hae Rin yang langsung beranjak dari meja belajarnya. Hae Ra hanya menekuk wajahnya =3=’.
“Bagaimana demam mu? apa sudah turun?” Tanya Hae Ra.
“Ne. Setelah minum obat aku merasa lebih baik” jawab Hae Rin dengan semangat.
“Oh ya, tadi pagi ada Desainer Istana datang untuk mengambil ukuran Gaun buat besok malam. Jadi, aku bilang ukuran tubuh kita sama” ucap Hae Rin sambil merebahkan tubuhnya ke tempat tidur untuk siap tidur siang.
“Emh…” jawab Hae Ra singkat sambil merebahkan tubuhnya juga ke tempat tidurnya di seberang Hae Rin.
“Oh ya, kamu kenal Se Hun nggak?” Tanya Hae Ra.
“Emh? Dia Sunbae disekolah dan Sunbae di klub Taekwondo” jawab Hae Rin sambil menutup matanya.
“Ternyata dia baik ya? Hemh…” ujar Hae Ra tersenyum sendiri. Hae Rin pun menatap kembarannya itu dengan satu mata.
“Hemh. Dia itu Sunbae yang dingin dengan seorang yeoja. Masa aku dilempar bola dia malah bilang minta maaf dan langsung pergi mengambil bolanya begitu saja. Siapa coba yang nggak marah?” ujar Hae Rin dengan sedikit emosi mengingatnya.
“Jinjja? Tadi juga aku kena lemparan bola dan sampai mimisan” ucap Hae Ra.
“Ne? Jinjjayo?” ujar Hae Rin yang langsung duduk di tempat tidurnya menghadap Hae Ra.
“Emh. Tapi, Se Hun malah menemui ku di toilet setelah membersihkan hidung ku. Dia membersihkan hidung ku dengan sapu tangannya. Hah…aku begitu tersentuh. Aku belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya” ujar Hae Ra yang sedang diambang Cinta.
“…” Hae Rin hanya tersenyum melihat tingkah kembarannya itu.
*~*Disekolah*~*
          Sosok matahari penyinar dunia terlihat sangat nampak saat mulai naik. Semua warna di dahan dan ranting pepohonan mulai menghiasi kota Seoul hari itu. Inilah Musim Semi.
“Aroma Musim Semi memang menyegarkan” ucap D.o dengan nikmat menghirup udara segar di pagi hari.
“Musim Semi memang musim yang cantik” ucap Lu Han yang ikut duduk di sebelah D.o yang asik menatap halaman sekolah lewat jendela kantin.
“Yaa…kalian lihat berita di TV gak pagi tadi?” Tanya Chen yang langsung ikut bergabung dengan mereka berdua.
“Ani” jawab Lu Han dan D.o bersamaan.
“Memang ada berita apa?” Tanya Lu Han yang penasaran.
“Istana Changdeok bakal bikin Pesta ulang tahun terbesar sepanjang tahun 2012 ini. Dan yang bakal datang hanya orang pemerintahan dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Korea Selatan saja” jelas Chen panjang lebar kepada kedua temannya itu.
“Berarti, Se Hun bakal datang dong?” Tanya D.o.
“Mungkin, dia kan Putra Mahkota yang bakal di jodoh kan dengan Putri Mahkota dari Kerajaan Changdeok” jawab Chen.
“Wah, Daebak! Kira-kira siapa ya Putri Mahkotanya. Aku penasaran” ujar Lu Han.
“Wah…ngegosip nggak ngajak-ngajak nih!” sambar Chanyeol yang datang menghampiri teman-temannya itu.
“Ngegosip. Kamu kira kami ahjumma-ahjumma apa?” ucap D.o.
*~*Halaman Sekolah*~*
“Emh…” ujar Hae Ra yang serius menggambar di bukunya di bawah pohon jati sambil mendengarkan lagu lewat Haedshetnya.
“DAAR” ujar Lay mengejutkan Hae Ra.
“Hah?” Hae Ra yang terkejut melihat sosok namja itu duduk di hadapannya dengan jarak yang dekat.
“Apa yang sedang kau lakukan disini?” ujar Lay yang mencoba melihat gambaran Hae Ra.
“Aniyo. Heheh” ucap Hae Ra menutup bukunya dan menurunkan Headshetnya ke pundaknya.
“Boleh aku duduk disini?” ujar Lay.
“Hemh” jawab Hae Ra.
“Boleh aku mengatakan sesuatu?” ujar Lay.
“Ne. Mwoyo?”
“Kau siapa?” Tanya Lay.
“Ne?” Hae Ra yang bingung dan terkejut dengan pertayaan Lay. Ia langsung menatap Lay.
“Kau bukan Hae Rin kan?” ujar Lay yang juga menatap Hae Ra.
“Ap…apa maksud mu?” ujar Hae Ra gagap.
“Kau tidak perlu takut atau gugup” ujar Lay yang memalingkan tatapannya dari Hae Ra.
          Se Hun yang berdiri dibelakang mereka berjarak sekitar 14 meter itu, memperlihatkan ekspresi cemburu kepada mereka berdua. Se Hun langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
*~*Istana*~*
          Seluruh tata pemerintahan dan keluarga-keluarga besar dari seluruh kerajaan di Korea Selatan mulai berdatangan ke Istana Changdeok. Jam telah menunjukan pukul 06.55 Pm.
          Si Putri Kembar sedang mempoles wajah mereka dengan make-up di depan cermin. Hae Rin yang kebingungan dengan benda-benda make-up itu hanya menatap dirinya di depan cermin sambil menunggu Hae Ra selesai. Tapi, Hae Ra malah melamun sambil mempoles pipinya dengan spon bedak.
“Apa maksud dari perkataan Lay Sunbae tadi, ya? Aku takut kalau dia memberitahu kepada yang lain soal ini. Apa aku cerita saja ya ke Hae Rin ?” pikir Hae Ra.
“Yaa!” teriak Hae Rin yang bosan menunggu kembarannya itu.
“Hah? N..ne” jawab Hae Ra gagap.
“Mau sampai kapan kau mempoles muka mu? Sampai muka mu terlihat tebal? ini sudah jam berapa?” Hae Rin yang agak kesal.
“Hah? Mianhae” ucap Hae Ra yang langsung menghampiri kembarannya itu.
          Hae Ra pun mulai mempoles wajah Hae Rin dari bedak, airliner, maskara, lipsgloss dan menguncir rambut Hae Rin menjadi dua bagian. Sekarang kado ulang tahun dari Hae Ra.
“Sekarang, ini! TADA” ujar Hae Ra memasangkan Bando Bunga berwarna putih.
“Wooh…untuk ku?” Tanya Hae Rin dengan wajah bahagia.
“Emh” jawab Hae Ra.
“Gomawo” ucap Hae Rin sambil memeluk kembarannya itu.
“Ah…mianhae, aku lupa membelikan mu kado” ucap Hae Rin menyesal.
“Aniyo. Gwaencana” ucap Hae Ra memeluk kembarannya itu.
          Mereka pun segera turun untuk menemui para tamu Undangan yag sudah menunggu. Saat pintu belakang menuju taman dibuka, semua mata tertuju pada Putri Kembar yang sangat cantik dan bersinar malam itu dengan Gaun Putih yang dibuat oleh Desainer khusus Istana yang memiliki pendidikan di Perancis langsung.
          Mereka langsung memberikan senyum kepada semua mata yang menatap mereka. Mereka pun menghampiri Nenek dan Orang tua mereka yang sudah menunggu.
“Annyeonghaseyo” ucap Hae Ra dan Hae Rin bersamaan.
“Annyeong” jawab Neneknya dan Orang tua mereka.
“Neomu Yeppeo” ucap Nenek mereka.
“Gomawo” ucap mereka hamper bersamaan.
“Kami kesana dulu, ya Halmeoni?” ujar Hae Rin mengajak Hae Ra.
“Ne” jawab Neneknya dan Orang tua mereka.
          Mereka berdua pun berbincang-bincang dengan Presiden Korea Selatan. Mereka terlihat akrab dan speak easy dengan Presiden. Pesta Ulang Tahun yang besar itu banyak didatangi wartawan TV untuk menyiarkan secara langsung Pesta Terbesar Sepanjang Tahun 2012 ini.
“Omo. Itu Hae Rin!” ucap Jae Kyung dan Lay bersamaan di tempat yang berbeda.
“Kamu mengenalnya?” Tanya Ibu Jae Kyung datang menghampiri Putrinya itu dengan membawa buah semangka.
“Ne. Dia teman dekat ku disekolah. Bukankah aku pernah menceritakannya dengan Eomma?” ujar Jae Kyung.
“Oh..ne” jawab Ibunya.
“Aigoo. Aku benar-benar tidak menyangka kalau memiliki kembaran dan seorang Putri Mahkota dari Kerajaan Changdeok” ujar Jae Kyung yang masih tercengang melihat acara Pesta Ulang Tahun Putri kembar itu di TV.
“Dia…dia Putri Mahkota? berarti dia yang bakal dijodohkan dengan Se Hun?” ujar Lay yang duduk didepan TV di ruang keluarga.
“Kalau dia kembar aku memang tahu. Tapi, kalau dia seorang Putri dari Kerajaan Changdeok aku tidak tahu” ucap Lay yang tampak kebingungan dan tak percaya.
*~*Back to Birthday Party*~*
“Mau minum?” Tanya Hae Ra ke Hae Rin.
“Emh. Jus Mangga saja” ujar Hae Rin.
“Ne” ujar Hae Ra yang langsung pergi mengambil minuman.
PLAK
“Hah?” ujar Hae Rin yang terkejut mendapati seorang namja menepuk pundaknya.
“KAU!” ujar Hae Rin dan Se Hun bersamaan.
“Apa yang kau lakukan disini?” ujar keduanya lagi secara bersamaan.
“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu?” ketus Hae Rin.
“Tentu saja untuk datang menemui Put…” ujar Se Hun yang terpotong.
“Annyeonghaseyo, Putra Mahkota” ujar Ibu Hae Rin menghampiri mereka.
“Annyeonghaseyo, Putri” ucap Se Hun sambil menundukkan kepalanya.
“Khamsahamnida, sudah mau datang ke Pesta Ulag Tahun Putri ku” ujar Ibu Hae Rin sambil merangkulkan tangan kanannya ke pundak Hae Rin.
“M..mwo?” ujar Se Hun yang gagap karena terkejut. “Mwo? dia Putri Mahkotanya? Omo, ak…aku tidak percaya ini. Berarti dia adalah calon tunangan ku?” pikir Se Hun bertubi-tubi.
“…” Ibu Hae Rin hanya tersenyum dan meninggalkan mereka berdua untuk kembali berbincang.
“Ap..apa-apaan ini?” ujar Se Hun yang masih tergagap.
“Ini Jusnya!” ujar Hae Ra yang datang membawakan minuman untuk Hae Rin.
“Gomawo” ucap Hae Rin tersenyum.
“MWO??” ujar Se Hun yang mengejutkan Hae Ra dan Hae Rin saat minum.
“Mwoya?” ujar Hae Ra dan Hae Rin bersamaan.
“Putri, Saatnya tiup lilin dan potong kue” ujar Yi In yang menghampiri mereka.
          Si kembar itu pun pergi meninggalkan Se Hun yang tengah seperti orang tak sadar karena melihat Hae Rin menjadi dua. Se Hun tak percaya kalau Hae Rin adalah Putri Mahkota dan memilki kembaran yang berarti salah satu dari mereka akan menjadi tunangannya.
“Apa..apa aku sekarang gila?” ujar Se Hun yang berbicara sendiri.
          Jam menunjukan pukul 08.00 Pm dimana puncak acara itu akan berlangsung. Kue dengan lapisan cokelat dengan 4 tingkat di bawa ke tengah-tengah mereka. Cahaya lilin nan indah menghiasi sisi-sisi kue Ulang Tahun itu. Dua Putri kembar sudah berdiri di dekat kue yang cukup besar itu.
          Tidak jauh dari mereka, berdirilah Se Hun yang menatap dua Yeoja kembar itu. Entah kenapa, rasa Cinta Se Hun terasa bimbang saat melihat kejadian tadi.
“Berarti? Yang kemarin itu benar-benar bukan Hae Rin. Tapi, Hae Ra. Tapi, kenapa yang sekolah cuman satu saja? Yang satunya kenapa? Jika, benar yang kemarin adalah Hae Ra, untuk apa mereka bertukar?” pikir Se Hun yang lagi-lagi bertubi-tubi.
“Ah…entahlah! aku pusing” pikir Se Hun sambil mengacak kecil rambutnya.
PLOK PLOK PLOK
“Chukkae” ujar Nenek Hae Ra dan Hae Rin mencium kedua cucunya itu.
“Gomawo, Halmeoni” ujar keduanya tersenyum kepada neneknya.
*~*Istana Gyeongbok*~*
          Se Hun yang merasa lelah langsung terkapar di tempat tidurnya dan merentangkan tubuhnya. Sedari dia terus memikirkan dua Yeoja kembar itu.
“Hah…Cinta itu benar-benar rumit” ucap Se Hun.
          Se Hun yang kebingungan itu, tampak ingin curhat dengan seseorang. Tapi, dia bingung ingin curhat dengan siapa. Kalau sama Lu Han, Lu Han pasti akan mengolok Se Hun, pikirnya.
“Ah…Lay!” ujar Se Hun yang dapat ide dan langsung meraih Ponselnya.
Drrrrt Drrrrrt
“Hoh? Lay?” ujar Se Hun yang mendapati panggilan dari Lay. Se Hun pun langsung menerima telepon dari Lay.
“Yeoboseo?” ujar Se Hun.
“Yeoboseo” jawab Lay.
“Ada apa?” ujar Se Hun.
“Eh, apa kau tadi menghadiri Pesta Ulang Tahun Hae Rin?” Tanya Lay agak ragu.
“Ne. Waeyo?”
“Aku hanya terkejut melihatnya di TV. Aku tidak menyangka dia..” ujar Lay terpotong.
“Kembar” lanjut Se Hun.
“Ne. Dan…” ujar Lay terpotong lagi.
“Seorang Putri Mahkota” lanjut Se Hun lagi.
“Ne. Aku terkejut melihatnya. Pasti kau juga begitu?” ujar Lay.
“Emh. Apa kau sempat berpikir bahwa mereka sempat bertukar diri disekolah? Karena, akhir-akhir ini sikap Hae Rin lebih lembut dan sopan. Padahal, awal kita mengenalnya, dia itu yeoja tomboy dan jutek” ujar Se Hun.
“Mungkin saja. Tapi, kenapa cuman Hae Rin yang bersekolah? dan kenapa juga Hae Ra tidak sekolah?” ujar Lay.
“Entahlah. Dan sekarang aku bimbang. Aku harus memilih salah satu dari mereka” jelas Se Hun.
“Pilih yang sesuai dengan hati mu” saran Lay.
“Entahlah. Aku butuh cara untuk bisa memastikan hati ku”
“Ajak saja salah satu dari mereka untuk berkencan” Ide Lay.
“Kencan?” ujar Se Hun berpikir.
*~*Pagi_Istana Changdeok*~*
“Eotteohke?” ujar Hae Ra penuh kekhawatiran.
“Mwoya?” Tanya Hae Rin yang bersiap-siap untuk ke sekolah.
“Se Hun. Dia tahu kalau kita kembar” jelas Hae Ra gugup.
“Oh…” jawab Hae Rin singkat sambil memakai dasi ke kerah baju seragamnya.
“Kok ‘oh’? Kamu nggak khawatir?”
“Untuk apa? Tenang saja, nggak akan ada masalah kok. Yang tahu kan nggak cuman Se Hun, semua orang yang menonton Pesta Ulang Tahun kita secara langsung lewat TV juga tahu” ujar Hae Rin sambil meraih tas sekolahnya.
“Iya juga sih. Tapi, kalau-kalau mereka mencurigai kita, bisa kebongkar semuanya” ujar Hae Ra yang masih keras pada pendapatnya.
“…” Hae Rin terdiam dengan perkataan kembarannya tadi.
“Benar juga” pikir Hae Rin.
*~*Sekolah*~*
          Sesampai disekolah Hae Rin bergegas masuk ke gedung sekolah menuju lemari lokernya. Selama dalam perjalanan, semua mata tertuju padanya dan banyak yang membicarakan dirinya. Semua itu membuat dirinya gelisah dan tampak bad mood.
“Huft...” hela nafas Hae Rin saat membuka lokernya. Setelah menaruh beberapa barangnya keloker, ia pun menutup dan mengunci lokernya.
“Aigoo…” Hae Rin terkejut melihat sosok namja yang selalu membuatnya jengkel berdiri disamping lokernya.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Hae Rin pada Se Hun.
“Ah…ak..aku, eh…ini!” ujar Se Hun memberikan sebuah Kotak kecil.
“Apa ini?”
“Itu kado ulang tahun dari ku” ucap Se Hun.
“Ne? Oh…Gomawo” ucap Hae Rin dengan senyum yang terbentuk di ujung bibir manisnya.
“Hemh. Sini!” ujar Se Hun yang mengambil Pita dalam Kado tersebut dan memasangkannya ke sela rambut Hae Rin.
“Sore ini, kau mau berkencan dengan ku?” ajak Se Hun.
“Hah? Kencan?” ujar Hae Rin yang tak percaya.
“Ne. Ya untuk mengenal mu lebih dalam lagi. Kau kan calon tunangan ku” ujar Se Hun.
“Ah, itu…eh…” ujar Hae Rin sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.
“Aku tunggu di Shincheon sore ini jam 4” ucap Se Hun yang langsung meninggalkan Hae Rin yang melongo heran dengan kata-kata ajak Se Hun itu.
“Ke..ken..kencan?” ujar Hae Rin yang masih penuh tanda Tanya.
          Hae Rin pun membuyarkan pikirannya dan bergegas ke kelas. Ia melewati ruang Kolam Renang. Dilihatnya sosok namja yang sedang berenang di tengah Kolam. Namja itu tampak sangat semangat dan penuh tenaga mengayunkan tubuhnya di tengah beratnya beban air kolam.
          Hae Rin yang terpesona dengan namja yang tak dapat dilihatnya itu, ia mencoba masuk ke ruang itu untuk memastikan namja itu ia kenali. Saat Hae Rin tepat berdiri dipinggir kolam, namja itu mendadak keluar dari kolam dan mengejutkan Hae Rin.
“Yaa…” Hae Rin berteriak dan terjatuh.
“Kau baik-baik saja?” ujar Lay yang adalah namja itu yang langsung keluar dari kolam dan membantu Hae Rin duduk di kursi.
“Gwaencana. Kau sungguh mengejutkan ku” ujar Hae Rin.
“Mianhae” ucap Lay yang duduk disampingnya.
“Ini!” ujar Hae Rin yang memberikan handuk Lay yang pernah ia pinjam dari tasnya.
“Kau masih menyimpannya?” ujar Lay yang langsung mengeringkan tubuhnya dengan handuk tersebut.
“Heheh. Itukan milik Sunbae”
“Heh” Lay terkekeh.
“Itu, aku sangat terkejut melihat mu di TV kalau kamu adalah Putri dari Kerajaan Changdeok” jelas Lay.
“Ne? Oh…itu,heheh” ujar Hae Rin sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Kalau soal kamu kembar aku tahu itu. Malah sejak Hae Ra bertukar dengan mu” ucap Lay seperti menyinggung.
“Ne? Hah…Sun…Sunbae tahu darimana?”
“Sebenarnya aku tidak yakin kalau kamu itu kembar. Tapi, setelah melihat mu di TV itu aku benar-benar yakin sekarang”
“…” Hae Rin hanya terdiam.
“Kau tidak perlu takut seperti itu. Aku tidak akan membongkarkan rahasia mu. Walaupun banyak yang curiga kalau kau sempat bertukar dengan Hae Ra” ujar Lay meyakinkan Hae Rin.
“Hemh…” Hae Rin hanya dapat tersenyum. Lay pun membentuk senyum manisnya sehingga lesung pipitnya membuat mata Hae Rin terpesona.
“Ya sudah, aku ke kelas duluan” ucap Hae Rin seraya bangkit dari duduknya.
“Eh, Jamkkanman!” ujar Lay.
“Ne?”
“Seangil Chukkae Hamnida” ucap Lay.
“Ne. Gomawo” jawab Hae Rin yang kembali berjalan.
“Jamkkanman!” ujar Lay lagi.
“Mwoya?” Tanya Hae Rin yang berhenti lagi.
“Kau cantik sekali hari ini dengan rambut terurai mu. Neomu Yeppeo” ucap Lay yang membuat Hae Rin sempat tak bernafas karena gugup.
“Heheh. Gomawo Sunbae” Hae Rin terkekeh. Ia pun bergegas pergi dari ruang Kolam Renang itu karena ia tak bernafas normal karena kata-kata Lay tadi.
“Huh…hoh…dia benar-benar membuat ku sekarat” ujar Hae Rin yang menghela nafas.
*~*Di Kelas*~*
          Baru saja Hae Rin membuka pintu kelas, semua mata langsung menatapnya dan membisik tentang dirinya. Ia tidak menghiraukan itu dan terus berjalan ke bangkunya. Mata Jae Kyung terus menatapnya hingga dia sampai ke bangkunya.
“Annyeong” sapa Hae Rin agak ragu.
“Annyeong” sapa Jae Kyung dengan semangat.
“Aku tidak percaya kalau kau mempunyai seorang kembaran dan kau seorang Putri dari Kerajaan Changdeok” jelas Jae Kyung.
“Kenapa tidak?” Tanya Hae Rin sambil mengeluarkan bukunya dari tas.
“Heheh, aniyo. Aku hanya merasa bangga padamu. Walaupun kau seorang Putri, tapi kau tidak pernah menyombongkan dirimu seperti orang-orang dikelas ini” ujar Jae Kyung penuh kagum
“Itu hanya membuang-buang waktu dan itu hal kotor menurutku” jawab Hae Rin yang sedari terus fokus dengan buku pelajarannya.
“Hehemh. Oh ya, tumben hari ini kau mengurai rambut mu” ujar Jae kyung.
“Hah? ah…bukan apa-apa kok”
“Tapi, kau terlihat cantik”
“Jadi, kalau dikuncir aku kelihatan jelek?”
“Ani ani. Biar di kuncir atau pun di urai kau cantik kok. Apalagi hatimu” ujar Jae Kyung.
“Pita mu lucu sekali” kagum Jae Kyung.
“Oh ini, ini kado dari seseorang” jawab Hae Rin sambil memegang pita kecil di rambutnya.
“Siapa? Namjachingu mu?” Tanya Jae Kyung penuh penasaran.
“Hah? ani…tapi dia calon tunangan ku”
“MWO?? kau serius? kau punya calon tunangan? kok aku nggak pernah tahu?” ujar Jae Kyung yang terkejut.
“Masih calon kok” jawab Hae Rin.
“Oh…” ujar Jae Kyung.
“Aku tidak menyangka yeoja tomboy kayak kamu itu seorang putri” ujar salah seorang siswi.
“Geurigo?” ketus Hae Rin.
“Ah..ani ani” jawab siswi itu gelagapan.
          Hari itu pelajaran sekolah berjalan seperti biasa. Tak terasa jam pulang telah bertanda. Siswa-siswi pun berebut untuk paling cepat keluar dari gedung sekolah. Sedangkan Hae Rin memilih santai saja untuk pulang sambil mendengarkan lagu lewat Headshetnya.
“Jamkkanman!” ujar Se Hun menghentikan Hae Rin.
“Waeyo?” ketus Hae Rin.
“Jangan lupa janji mu!”
“Ne, ne” jawab Hae Rin.
“Cie…Kencan nih ceritanya?” sindir Baekhyun.
“Musuh jadi tunangan” sindir Kai. Lay yang mendengar itu hanya diam dan memalingkan pandangannya dari Hae Rin dan Se Hun.
“Apa-apaan sih kalian ini? Gak ada yang special tahu” ujar Hae Rin yang langsung meninggalkan mereka.
          Sesampai di istana, Hae Rin bergegas ke kamar untuk segera tidur siang. Sebelum tidur, ia membangunkan kembarannya yang sedang nyenyak tidur siang itu.
“Yaa…Hae Ra!” panggil Hae Rin sambil menggoyangkan tubuh kembarannya itu.
“Emh…” jawab Hae Ra dengan malas.
“Kalau sudah jam 4 sore, tolong bangunkan aku ya?” pesan Hae Rin.
“Emh…” jawab Hae Ra malas.
          Tak terasa jam menunjukkan pukul 03.55 WIB. Hae Ra pun membangunkan kembarannya itu dengan menggoyang-goyangkan pundak Hae Rin.
“Hae Rin, Hae Rin bangun. Sudah jam 4” ujar Hae Ra.
“Hemh…oh” ujar Hae Rin yang bangun.
“Kajja!” tarik Hae Rin kepada Hae Ra.
“Hah?” Hae Ra yang bingung.
“Pakai gaun ini, sepatu ini, tas ini, dan pita ini” perintah Hae Rin kepada Hae Ra.
“Untuk apa?”
“Pakai saja dulu!”
“Ne” jawab Hae Ra. Tak butuh waktu lama, Hae Ra selesai memakai benda-benda yang diberikan Hae Rin padanya.
“Sore ini Se Hun mengajak mu kencan” jelas Hae Rin.
“Mwo? Se Hun mengajak ku kencan?”
“Hemh”
“Bohong”
“Hah? Eh…yah, sebenarnya aku yang diajak kencan. Tap..tapi, karena aku sibuk. Kamu saja yang menggantikan ku. Lagi pula kita berduakan calon tunangannya” jelas Hae Rin dengan gagap.
“Kajja!” ujar Hae Rin yang menarik tangan kembarannya itu melewati pintu belakang.
“Kenapa harus lewat pintu belakang?” Tanya Hae Ra.
“Kalau Halmeoni, Eomeoni dan Aeboji tahu, kita berdua bisa mati. Kajja!” ujar Hae Rin yang menyuruh kembarannya itu naik ke sebuah papan yang diletakkan di samping pagar.
          Hae Ra pun bergegas naik ke papan itu dan meloncati pagar istana itu. Hae Rin pun mengikutinya dari belakang. Mereka berdua pun berlari-lari ke Halte Bus untuk pergi ke Shincheon.
          Sesampai disana, Hae Rin sudah melihat sosok namja yang menunggunya di depan Kedai Kopi. Terlihat sangat setia namja itu menunggunya.
“Itu Se Hun, Kajja!” ucap Hae Rin yang mendorong pelan tubuh kembarannya itu. Hae Ra dengan ragu melangkahkan kakinya ke arah Se Hun. Hae Rin pun bersembunyi di balik tembok memastikan Hae Ra sampai ke tempat Se Hun.
“Hae Rin?” ujar Se Hun.
“Annyeong” sapa Hae Ra dengan tersenyum lembut. Entah kenapa, perlahan-lahan dan tanpa sadar air mata bahagia menetes ke pipi Hae Rin melihat mereka. Hae Rin pun meninggalkan mereka dan kembali ke Istana.
“Kau kelihatan pucat hari ini. Kau sakit?” Tanya Se Hun yang merasa heran melihat wajah Hae Ra.
“Ah, aniyo. Aku baik-baik saja” ujar Hae Ra.
“Ah…Kajja kita keliling!” ujar Se Hun yang mengajak Hae Ra.
“Emh” jawab Hae Ra sambil mengikuti Se Hun dari samping.
          Mereka berdua pun benar-benar berkencan seperti seorang sepasang kekasih. Mereka tertawa dan tersenyum bersama. Satu jam sudah mereka berjalan-jalan berkeliling di Shincheon.
“Kau lapar?” Tanya Se Hun.
“Emh” jawab Hae Ra.
“Ayo kita cari makan!” ajak Se Hun.
“Kau ingin makan apa?” Tanya Se Hun.
“Hae Rin, Hae Rin” panggil Se Hun dan membalik badannya ke arah belakangnya.
“HAH??” ujar Se Hun yang terkejut mendapati Hae Ra pingsan di pinggir jalan dan dikerumbungi orang-orang.
“Hae Rin!”
*~*Di Rumah Sakit*~*
          Se Hun benar-benar gelisah dan mondar-mandir di depan ruang UGD. Melihat Hae Ra yang tergeletak tak sadarkan diri, membuat hati kecil Se Hun ketakutan. Tak lama kemudian, Dokter keluar dari Ruang UGD itu.
“Sunbae!” panggil Hae Rin.
“Hae Ra?” ujar Se Hun.
“Dimana Hae Ra anak ku, Dok?” ujar Ibu si kembar itu dengan panik di ikuti oleh suaminya.
“Ada didalam, Putri” ujar Dokter itu dengan hormat. Ibu dan Ayah si kembar itu pun bergegas masuk ke dalam ruang UGD itu dan diikuti oleh kepanikan Hae Rin. Se Hun yang tak tahu apa-apa hanya terdiam melihat dan mendengar apa yang dikatakan Ibu si kembar tadi.
“Sayang, Hae Ra. Ini Eomeoni” ujar Ibu Hae Ra sambil memusutkan telapak tagannya ke dahi anaknya yang masih belum sadarkan diri.
“Hae Ra sadarlah” ujar Ayahnya.
“Hae Ra” panggil Hae Rin perlahan.
“PERGI!” teriak Ayahnya.
“Hah?” Hae Rin yang terkejut.
“Kamu saudara yang jahat, Hae Rin. Tega sekali kamu melakukan itu pada kembaranmu sendiri” ujar Ayahnya dengan kesabaran yang tak terkendali lagi.
“Abeoji, Abeoji salah paham, aku hany…” ujar Hae Rin yang terpotong.
“PERGI SEKARANG!” ucap Ayahnya.
“Jeosongimnida, Abeoji” ucap Hae Rin dengan bersujud ke ayahnya.
“PERGI, ABEOJI TIDAK INGIN MELIHATMU SEKARANG!”
“Hah…hah…” Hae Rin yang mulai ketakutan dan dibubuhi air mata yang menetes. Hae Rin dengan merasa bersalah pun keluar dari ruang UGD itu.
“Hae Rin” panggil Se Hun sambil menarik lengan Hae Rin. Hae Rin hanya diam dan terus saja berjalan.
          Dengan sempoyongan, Hae Rin terus menerjang angin malam di Musim Semi. Ia terus saja menangis karena rasa bersalahnya itu. Tangisannya semakin keras ketika perlahan titik-titik hujan membasahi kota Seoul.
“Huh…hujan” ucap Lay sambil menggendong tas gitarnya. Lay pun membuka payung yang sedari siap dibuka. Mata jeli Lay mendapati sosok yang ia kenal dari seberang lampu merah.
“Hae Rin?” ucap Lay. Lay pun menyeberang di zebra cros untuk menghampiri Yeoja yang ia kenal itu.
“Hae Rin?” panggil Lay yang melihat Yeoja itu menunduk.
“Sunbae?” ucap Hae Rin menatap Lay.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Lay yang memberikan sedikit tempat untuk memayungkan Hae Rin.
“Ne” jawab Hae Rin.
          Sementara itu di rumah sakit, Hae Ra belum sadarkan diri. Ayah dan Ibunya meminta perawatan dirumah saja. Se Hun yang sedari masih setia menunggu kesadaran Hae Ra masih gelisah melihat tubuh Hae Ra tergelatak tak sadarkan diri itu. Ayah Hae Ra pun menghampiri Se Hun.
“Putra Mahkota” ujar Ayah Hae Ra.
“Ne, Pangeran”
“Pulanglah! Ini sudah larut malam. Hae Ra akan kami bawa ke Istana untuk di rawat di sana saja”
“Ne? Ah…gwaencanayo. Aku baik-baik saja, Pangeran” jelas Se Hun.
“Ani. Pulanglah!”
“Ne” jawab Se Hun yang tak dapat melawan perintah itu. Se Hun pun pulang.
          Sedangkan Hae Rin dan Lay berteduh di sebuah rumah makan yang tak jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Hae Rin yang terlalu lelah menangis, sudah tertidur lelap di atas meja makan rumah makan itu. Lay pun menyelimutinya dengan jaket hangatnya.
“Annyeonghaseyo” sapa Yi In.
“Annyeong” jawab Lay.
“Saya pengawal Pribadi Putri Hae Rin” ujar Yi In.
“Oh. Ne, silahkan” ujar Lay yang mempersilahkan Yi In untuk membawa Hae Rin pulang. Salah seorang bodyguard laki-laki pun menggendong Hae Rin.
“Annyeong” ucap Yi In pamit.
“Ne, Annyeong” jawab Lay.
*~*Pagi di Istana Changdeok*~*
“Annyeong” sapa Hae Rin yang sedari menunggu kembarannya bangun dari tidurnya itu.
“Annyeong” jawab Hae Ra lembut dalam keadaan masih terbaring lemah di tempat tidur.
“Bagaimana keadaanmu sekarang?”
“Gwaencanayo” ujar Hae Ra.
“Matamu bengkak. Apa kau semalam menangis?” Tanya Hae Ra yang mendapati mata Hae Rin yang sembab.
“Ani. Aku hanya masih mengantuk saja. Ya, sudah aku harus siap-siap ke sekolah. Kau istirahat saja lagi” ujar Hae Rin sambil memusut dahi kembarannya itu.
*~*Di Sekolah*~*
          Hae Rin tampak tidak memiliki semangat di hari itu. Jae Kyung kebingung untuk menghibur temannya itu hanya dapat diam melihatnya. Ditambah lagi, Hae Rin sering melamun dan membuat Se Hun Cs. sempat heran melihat Hae Rin.
“Dia kenapa?” Tanya Kris kepada Se Hun.
“Hah? Mwo?”
“Kau kenapa? Kau melamun ya?” Tanya Lu Han.
“Hah? Ani. Ada apa?”Tanya Se Hun.
“Tidak ada apa-apa” jawab Lu Han.
          Jam pulang pun sudah menunjukkan. Hae Rin masih tak memilki semangat sedikit pun. Dengan sempoyongan Hae Rin berjalan ke arah gerbang. Tiba-tiba mobil sedan bertaraf mewah berhenti disampingnya. Hae Rin pun menengok ke jendela pintu mobil itu.
“Masuklah! Aku akan antar kau pulang” ajak Se Hun sambil membuka jendela mobilnya.
“Hah, tidak perlu. Aku bisa menunggu jemputan ku” jawab Hae Rin.
“Yaa, aku juga ingin menjenguk Hae Ra” ucap Se Hun. Hae Rin pun berpikr sejenak dan masuk ke dalam mobil itu.
          Dalam perjalanan hanya keheningan menyelimuti di dalam mobil Se Hun. Tak ada pembicaraan di antara keduanya. Se Hun sempat bingung untuk mengajak Hae Rin berbicara.
“Eh, itu…bukannya kau yang ku ajak kencan, kenapa Hae Ra yang datang?” Tanya Se Hun.
“Aku sibuk” jawab Hae Rin singkat.
“Bukannya kau sudah janji dengan ku akan datang?”
“Aku ada urusan mendadak”
“…” Se Hun terdiam karena sedari ia mendengar nada bicara Hae Rin yang datar.
          Sesampai di Istana Changdeok, mereka langsung ke kamar Hae Ra. Se Hun yang sampai di kamar mereka, langsung menghampiri Hae Ra yang baru saja bangun dari tidurnya.
“Bagaimana keadaanmu?” Tanya Se Hun yang duduk disamping tempat tidur Hae Ra.
“Gwaencana” jawab Hae Ra.
“Aku akan kedapur sebentar untuk membuatkan minuman” ucap Hae Rin yang meninggalkan mereka.
          Hae Rin pun membuatkan Teh Hijau manis untuk Se Hun. Ia membawakannya denga nampan dan berjalan perlahan-lahan ke kamarnya. Saat ingin membuka pintu kamarnya, Hae Rin terdiam saat melihat Se Hun mencium kening Hae Ra dari kaca pintu Transparannya. Hae Rin pun spontan langsung membalik badannya.

TBC…~

Jiaaah TBC lagi bo #ala tukimin. Nggak papa, biar tambah penasaran gitu. Mau tahu kelanjutannya? tunggu di Part.3’a ya…Author janji bakal lanjutin kok. Karena kalian adalah orang-orang yang setia #ceileh. Mianhae ceritanya agak panjang, karena di sini adalah mula klimaks ceritanya. Nah, mohon maaf kalau adalah kesalahan dan kata-kata yang tidak mengenakkan. Karena author bini Kris #PLAAAK >///< #diserang EXOTICS. Mohon kritik dan sarannya ya? sampai ketemu di Part selanjutnya…Annyeonghi Gyeseyo ^o^p

Song Close: Infinite_Only Tears

Tidak ada komentar:

Posting Komentar