Selamat Datang Di Blog Han Hyo Mi


widget

Kamis, 20 Desember 2012

[Fanfiction] My Namjachingu Is A Werewolf


My Namjachingu is a werewolf

Author                      : Han Hyo Mi
Main Cast          : Novrinda as In Nam Gyul, Kim Jong In-Kai EXO-K, Zhang Yi Xing-Lay EXO-M, dan Choi Min Jung.
Genre                       : Romantic and Action
Untuk                       : 15 +
Soundtrack           : T-MAX_For Once
Part 2 the end
 Jiiiiiiiaauuuuuuu…..part 2 readers, nah…ini tamatannya loh…padahal rencananya nggak usah pake part-part segala, biar oneshoot aja. Tapi, karena penjang bengat. Yah, buat boleh apa? #aduuh..kebalik thor. Dengan berat jantung (?) kita lansung ke.....bawah #==’
*~*~*~*
 “Hah? apa yang kau lakukan dikamar ku?” tanya Jong In yang heran.
“Ak-aku hanya ingin memberi obat ke punggung mu” ucap Nam Gyul sambil membalik badannya dan menutupnya.
“Jinjja? Ne, silahkan!” ucap Jong In seraya membalik badannya.
            Nam Gyul pun membuka perlahan-lahan matanya, karena ia takut melihat keadaan namja itu. Nam Gyul menghampiri Jong In yang sudah siap sedari menunggu obat itu.
            Nam Gyul tertegun saat melihat memar dan goresan luka di punggung polos situ. Disentuhnya perlahan kesemua luka itu dan ia memeluk hangat pada punggung Jong In tanpa disadarinya.
“Ap-apa yang kau lakukan?” tanya Jong In heran dengan kelakuan yeoja di belakangnya itu.
“Hah? mi-mianhae” ucap Nam Gyul yang bergegas menempelkan obat bubuk daun mint pada punggung Jong In.
“Selesai. Permisi!” ucap Nam Gyul yang keluar dari kamar.
“Gomawo” ucap Jong In.
“Ne” jawab Nam Gyul.
*~*~*~*
3 Hari kemudian…
            Hari ini adalah hari camping bagi kelas 2 A sekolah Nam Gyul. Mereka semua sudah berkumpul di depan bus untuk absen kehadiran mereka. Nam Gyul, Min Jung, Yi Xing dan Jong In sedang asik mengobrol.
“Aku tidur bersamamu ya, Nam Gyul?” Min Jung yang memohon.
“Ne” jawab Nam Gyul.
“Kalian tidur berdua juga” tunjuk Min Jung pada Jong In dan Yi Xing.
“Aku?” tanya Yi Xing dan Jong In bersama.
“Ne. Siapa lagi?” ucap Min Jung. Yi Xing dan Jong In pun saling bertatapan.
Gunung Bukhansan, itulah tujuan camping kali ini. Mereka telah sampai disana. Setelah sampai, mereka harus mendaki agar dapat ke puncaknya. Semakin naik, semakin dingin cuaca di sana.
“Huaah…akhirnya sampai. Kakiku sudah keram” ujar Nam Gyul.
“Kajja, kita bangun kemah kita!” ucap Min Jung.
“Ne” jawab Nam Gyul mantap.
“Biar aku bantu” ucap Jong In yang langsung mengambil tas kemah mereka.
“Hah…gomawo” ucap Nam Gyul.
“Aku juga” ucap Yi Xing yang tak mau kalah.
“Kalau begitu, kami akan memasak sementara kalian membangun kemah kami” ide Min Jung.
“Ne” jawab Yi Xing dan Jong In bersamaan sambil menatap satu sama lain.
“Jong In itu begitu perhatian sekali dengan mu?” ucap Min Jung.
“Ne?” tanya Nam Gyul yang sedang mencicipi sayur yang ia masak.
“Hemh. Terlihat dari matanya” jelas Min Jung.
“Hahah…aniyo. Hanya perasaan kau saja” ujar Nam Gyul terkekeh.
“Ciih…aku serius” ujar Min Jung.
“Up to you” ujar Nam Gyul yang mengangkat sayur yang ia masak.
            Malam telah tiba, api unggun mulai dinyalakan. Anak-anak berkumpul sambil bernyanyi bersama di tengah hangatnya api unggun. Nam Gyul dan Min Jung sudah terhanyut akan alunan musik yang dinyanyikan oleh salah satu teman namja mereka.
“Kau sakit?” tanya Yi Xing yang melihat Jong In berkeringat deras.
“An-ani” jawab Jong In gagap sambil memusut lembut lehernya. Yi Xing hanya heran melihat keadaan temannya itu.
            Jam 9 malam, semua murid telah masuk tenda mereka masing-masing. Tapi, Jong In tampak gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak. Ia pun memilih untuk keluar tenda.
“Kau mau kemana?” tanya Yi Xing yang menyadari itu.
“Aku ingin buang air kecil”
“Oh..” jawab Yi Xing yang kembali memejamkan matanya.
            Sementara itu, Nam Gyul juga gelisah karena ingin buang air kecil. Ia pun keluar diam-diam agar tidak membangunkan sahabatnya itu. Saat kepalanya sudah keluar dari tenda, ia melihat sosok namja yang tak asing.
“Yaa! kau mau kemana?” tanya Nam Gyul dengan pelan. Jong In tidak menghiraukan itu.
“Yaa! apa kau tidak mendengar?” tanya Nam Gyul pada dirinya sendiri. Ia pun bergegas keluar dan menyusul Jong In.
            Setelah terasa cukup jauh dari perkemahan, Nam Gyul pun memanggil Jong In yang berjalan di depannya.
“Yaa! kau mau kemana? aku ingin buang air kecil. Bisa kau temani aku?” tanya Nam Gyul.
“Ani. Sebaiknya kau tidak usah ikuti aku” jawab Jong In dingin. Nam Gyul terkejut mendengar nada bicara Jong In yang berbeda.
“Ka-kau kenapa? apa terjadi sesuatu?” tanya Nam Gyul yang masih mengejar langkah Jong In di depannya.
“ANI. Sebaiknya kau jauhi aku sekarang dan jangan ikuti aku” ucap Jong In sambil mempercepat langkahnya.
“Waeyo?”
“AKU BILANG JANGAN IKUTI AKU” bentak Jong In dengan nafas terengah-engah.
“Ka-kau kenapa?”
            Perlahan-lahan sebuah bulu hitam tumbuh di kedua tangan hingga keseluruh tubuh Jong In. Kuku hitam panjang dan gigi panjang yang tajam tumbuh. Separuh wajah asli Jong In berubah menjadi serigala. Matanya yang berwarna merah itu membuat dirinya benar-benar menakutkan.
“Hah…ap-apa yang ter-terjadi?” tanya Nam Gyul gemetaran saat melihat sosok Jong In berubah seperti manusia serigala yang diceritakan Kyung Hee Ajussi.
GRRRRR….
            Jong In menggeram saat melihat Nam Gyul. Nam Gyul berkeringat dingin dan kaku melihat sosok mengerikan dihadapannya.
AUWWW….
            Jong In mengaung dan membuat kelelawar di pohon beterbangan. Suasana embun malam dan gelap di tengah hutan terasa lengkap menjadi malam yang mengerikan. Tiba-tiba, Jong In menyambar Nam Gyul dan membuat tubuh mungil Nam Gyul tehentak ke tanah.
“AKH…..” Nam Gyul berteriak kencang.
GRRRRR….
            Jong In mengaung hingga membuat macan tutul di belakang Nam Gyul pergi berlari. Nam Gyul mengira bahwa dirinya akan disantap Jong In.
“Hah…hah…” nafas Nam Gyul yang tidak teratur.
            Sosok manusia serigala yang sekarang berposisi di atas tubuh Nam Gyul tengah menatap pekat mata Nam Gyul. Nam Gyul hanya dapat terdiam dan kaku dengan posisi itu. Perlahan jari Jong In menekan urat nadi di leher Nam Gyul untuk membuat Nam Gyul pingsan sementara.
            Dengan secepat kilat, Jong In menggendong Nam Gyul kembali ke tendanya dan Jong In pergi untuk sementara waktu untuk mengisi kelaparan dan kehausan Jong In.
Paginya…
“Hemh…” desis Nam Gyul yang terbangun.
“Kau sudah bangun?” tanya Min Jung yang duluan bangun darinya.
“Hah? ak-aku sudah di tenda?” tanya Nam Gyul bingung.
“Hemh? kau ini aneh. Jelas-jelas kau memang ditenda” jawab Min Jung sambil membereskan tendanya.
“Jinjja?”
“Ciih…kau ngigo ya?”
“Ngigo?” Nam Gyul yang masih mengingat-ingat kejadian malam tadi.
‘Apa mungkin itu hanya mimpi? apa jangan-jangan gara-gara aku beharap bisa berpacaran dengan manusia serigala jadi aku mimpi seperti itu? Tapi, kenapa mesti Jong In yang jadi manusia serigalanya?’ pikir Nam Gyul dengan penuh pertanyaan.
“Kajja, cepat mandi dan kita akan senam pagi!” perintah Min Jung yang melempar handuk ke wajah Nam Gyul. Nam Gyul hanya melaksanakan perintah sahabatnya itu.
            Setelah mandi, sesuai pengumuman, mereka melakukan senam pagi di depan tenda-tenda mereka. Mata Nam Gyul tak lepas dari sosok namja yang telah membuatnya gelisah malam itu. Jong In yang menyadari itu langsung menatap Nam Gyul dan tersenyum. Nam Gyul pun hanya membalas dengan senyuman.
            Tak terasa, camping sekolah telah berakhir. Semua murid pun bergegas naik bus mereka untuk menuju ke sekolah mereka. Matahari yang mulai menutup diri membuat cahaya langit tampak kemerah-merahan.
            Semua murid tertidur lelap selama dalam perjalanan pulang ke sekolah. Mereka terlihat lelah dan kurang tidur. Termasuk Nam Gyul dan Jong In yang juga tertidur di kursi bus berbeda. Nam Gyul bersama Min Jung dan Jong In bersama Yi Xing.
            Sesampai di sekolah, Ayah Nam Gyul telah menunggu di depan gerbang sekolah untuk menjemput.
“Appa?” panggil Nam Gyul yang diikuti Jong In menghampiri Ayah Nam Gyul.
“Nam Gyul, sudah pulang?”
“Ne”
“Kajja, kita pulang. Tapi, sebelum pulang, Appa ingin mengajak kalian makan diluar. Kalian pasti lapar” ucap Ayahnya seraya memasukkan tas mereka ke bagasi mobil belakang.
“Ne. Aku sangat lapar” ucap Nam Gyul manja.
            Mereka pergi ke sebuah restoran Sup Gurita yang terkenal akan kelejatannya. Sesampai disana, mereka langsung memesan 2 porsi jumbo sup Gurita.
Masitge deuseyo” ucap Nam Gyul seraya meraih Gurita rebusnya.
“Emh…enak sekali” ucap Nam Gyul. Jong In dan Ayahnya hanya terkekeh melihat tingkah laku manja yeoja itu.
Malamnya…
“Huaaah…kebelet” pungkas Nam Gyul yang bergegas ke kamar kecil.
“Hah….lega” ucap Nam Gyul seraya keluar dari kamar kecil itu.
            Sebelum ke kamar, ia minum air putih untuk menyegarkan tenggorokannya. Lagi-lagi ia menemukan kamar Jong In terbuka. Ia pun masuk ke kamar Jong In untuk memastikan.
“Dia kemana? kok nggak ada? dia nggak mungkin ke kamar kecil, aku kan barusan dari sana” pungkas Nam Gyul.
“Hah? apa ini?” ucap Nam Gyul yang meraih hamburan bulu hitam di lantai kamar Jong In.
“Bulu apa ini? apa dia memelihara binatang? tapi, aku nggak pernah melihatnya” ucapnya pada dirinya sendiri.
“Huuuaaah…entahlah. Aku mengantuk” ucap Nam Gyul sambil menguap lebar.
*~*~*~*
“Pelajaran hari ini sampai di sini. Sampai ketemu besok” ucap guru mereka.
“Oh ya, sebelum pulang. Tolong yang piket hari ini hapus tulisan di papan tulis dulu” perintah guru itu sebelum benar-benar pergi dari kelas.
“Ne” ucap mereka yang merasa piket.
“Nam Gyul, kamu saja ya, yang menghapusnya? kamu kan tadi nggak sempat piket?” ujar salah satu temannya.
“Ah, ne” jawab Nam Gyul seraya membereskan buku-bukunya yang berserakan di atas meja.
“Nam Gyul, aku duluan yah? aku ada pertemuan sama pemain sepak bola tim ku” ucap Yi Xing.
“Ah, ne” jawab Nam Gyul yang mulai membersihkan papan tulis.
“Min Jung, kenapa kau belum pulang?” tanya Nam Gyul.
“Aku menunggu mu”
“Ah, kau ini. Duluan saja. Aku tidak apa-apa kok”
“Tidak apa-apa kok” jawab Min Jung.
“Pulanglah. Kaukan pasti lapar”
“Kok tahu?”
“Perut mu tadi berbunyi waktu pelajaran”
“Jinjja? heheh” Min Jung yang malu-malu.
“Baiklah. Aku duluan ya? kau hati-hati”
“Ne, gwaencana” jawab Nam Gyul.
            Setelah selesai, Nam Gyul menyadari sejak istirahat kedua, Jong In tidak masuk kelas lagi. Sebelum pulang, ia mencari Jong In keseluruh ruang sekolahnya.
“Jong In, Jong In. Kau dimana?” Nam Gyul berteriak ke setiap ruang yang ia masuki.
“Dimana dia?” Nam Gyul yang kebingungan.
            Karena melamun, Nam Gyul terus berjalan hingga kakinya tersandung pegangan tangga.
“AKH….” Nam Gyul yang terpeleset dari tangga. Nam Gyul terguling hingga ke bawah.
“NAM GYUL!!!” teriak Yi Xing menghampiri Nam Gyul.
“Gwaencanayo?” tanya Yi Xing yang membantu Nam Gyul duduk.
“Akh…kaki ku” keluh Nam Gyul.
“Aigo! kakimu tergores dan memar. Sini aku bantu!” ucap Yi Xing yang memberikan punggung belakangnya untuk menggendong Nam Gyul.
            Tapi, apa yang terjadi? Jong In datang dan langsung medorong Yi Xing hingga terlempar.
“Hah? Yi-Yi Xing” Nam Gyul yang tercengang.
“Grrrrrr” Jong In menggeram. Jong In telah berubah menjadi manusia serigala di hadapan mereka. Yi Xing yang melihat itu sangat shock dan matanya berhasil membulat sempurna.
“Jo-Jong In, Ka-kau…apa yang terjadi denganmu?” tanya Nam Gyul yang masih tak bisa bergerak karena kakinya yang membengkak.
“Manjaulah dari yeoja ku. Aku tak suka kau menyentuhnya” ucap Jong In dengan nada suara yang besar dan geram.
“Mwo?” Nam Gyul terkejut.
“Ka-kau serigala Jong In?” tanya Yi Xing yang masih tak percaya sambil mengusap luka di bibirnya.
“Kajja, kita pergi dari sini!” perintah Jong In yang menarik tangan Nam Gyul dengan kasar.
“Lepaskan! Lepaskan aku, Jong In!” perintah Nam Gyul yang meronta.
            Jong In hanya diam dan tak merespon rontaan Nam Gyul. Jong In menggendong Nam Gyul ke depan dan membawanya berlari secepat kilat.
“Lepaskan aku Jong In!” teriak Nam Gyul yang masih meronta.
            Sesampai di tengah hutan yang tak jauh dari rumah Nam Gyul, Nam Gyul diturunkan oleh Jong In.
“Mwoya Jong In?” ucap Nam Gyul sambil mendorong Jong In dengan kedua tangannya.
“Mi-mianhae” ucap Jong In yang mulai berubah menjadi manusia normal lagi.
“Mwo? Mianhae? kau hampir melukai Yi Xing, Jong In” Nam Gyul berteriak.
“Aku tidak bisa mengendalikan emosiku”
“Emosimu? Kau, hah…aku tidak percaya, bahwa selama ini apa yang aku rasakan adalah benar. Kau adalah manusia serigala. Malam di camping itu pasti bukan mimpi kan?” ketus Nam Gyul yang mulai meneteskan butiran-butiran bening dari matanya atas kekecewaan.
“Dengarkan aku dulu Nam…” kata-kata Jong In terpotong.
“ANIYO. Kau tidak perlu menjelaskannya lagi”
“Bukankah kau berharap untuk dicintai seorang manusia serigala?”
“Ne. Tapi, bukan begini caranya. Seharusnya kau memberitahu ku dari awal dan…dan kau tidak melukai orang lain seperti tadi” jelas Nam Gyul
“Ja-jangan-jangan yang membunuh Jae Bum Ajussi dan dua rusa itu kamu? bulu-bulu hitam yang berhamburan di kamar mu itu bulu mu, kan?” tanya Nam Gyul.
“Jawab aku?” Nam Gyul berteriak sambil mengguncang-guncang tubuh Jong In.
“…” Jong In hanya diam.
“Waeyo?” tanya Nam Gyul sambil merintih.
“Kau, kau jangan pernah kembali ke rumah dan jangan pernah temui aku lagi” ucap Nam Gyul seraya pergi.
“Nam Gyul, tolong beri aku satu kali kesempatan lagi” ucap Jong In yang menghampiri Nam Gyul yang berjalan terpincang-pincang.
“ANDWE” bentak Nam Gyul yang langsung menghadap Jong In.
“Tolong dengarkan dulu!” Jong In memohon.
PLAAAK
“Cukup Jong In! aku tidak mau lagi” Nam Gyul berteriak dan menampar Jong In. Jong In hanya diam dan menundukkan kepalanya.
            Nam Gyul berlari meninggalkan Jong In lebih cepat sambil berurai air mata.
Malamnya…
“Yeoboseyo?” Nam Gyul menelpon.
“Ne. Yeoboseyo. Ada apa Nam Gyul?”
“Eh, anu…itu apa kau baik-baik saja?”
“Ne. Gwaencanayo. Hanya sedikit luka di ujung bibir ku. Kau sendiri bagaimana? apa kau terluka oleh Jong In?”
“Ani, aniyo. Gwaencana. Jeongmal mianhae”
“Waeyo? kau tidak salah Nam Gyul” ujar Yi Xing.
“Aku benar-benar shock. Aku tidak percaya kalau Jong In adalah seorang manusia serigala” lanjut Yi Xing.
“Aku juga” jawab Nam Gyul dengan nada rendah.
“Apa selama ini dia tinggal di rumah mu?” tanya Yi Xing dengan nada terpaksa.
“Ne” jawab Nam Gyul dengan lemah.
“Pantas saja kau dan dia begitu kenal”
“Ku harap, kau tidak menceritakan kejadian tadi siang kepada siapa pun?” perintah Nam Gyul.
“Ne, arrseoh”
“Aku takut kita akan mendapat masalah yang besar”
“Emh…oh ya, sekarang dia dimana?”
“Dia sudah ku suruh untuk tidak kembali ke rumah dan tidak lagi muncul dihadapanku” jawab Nam Gyul.
“Apa orang tua mu tidak curiga?”
“Aku akan bilang dia pindah ke rumah barunya”
“Oh…”
“Ya sudah, aku hanya ingin bilang itu saja. Gomawo, Annyeong”
“Ne, Annyeong” Yi Xing menutup teleponnya.
Makan malam…
“Jinjja? kemana?” tanya Ibu Nam Gyul.
“Entahlah. Dia tidak memberitahu ku”
“Kok begitu?” tanya Ayahnya.
“Akhir-akhir ini dia begitu cuek dengan ku” jawab Nam Gyul berbohong.
“Mungkin dia ada masalah?” pikir Ibunya.
“Mungkin” jawab Nam Gyul.
            Sejak saat itu, Jong In benar-benar tidak pernah terlihat oleh mata Nam Gyul lagi. Entah kenapa, hati Nam Gyul begitu kepikiran tentang Jong In.
            3 minggu berlalu, Nam Gyul bertambah murung dan jarang berkumpul dengan Min Jung dan Yi Xing. Tapi, Yi Xing tidak menyerah untuk menghibur dan mencoba dekat dengan Nam Gyul. Alhasil, Yi Xing dapat dekat dengan Nam Gyul.
Malam…
‘Apa yang dia lakukan diluar sana yah? apa dia makan manusia atau…hewan?’ pikir Nam Gyul sambil menyikat gigi.
‘Apa dia sudah mandi, sikat gigi dan tidur yah?’ pikirnya lagi.
“Akh…waeyo? jangan pikirkan dia” Nam Gyul berteriak.
“Kenapa kau berteriak malam-malam, Nam Gyul?” ucap Ayahnya dari luar kamar mandi.
“Hahaha. Aniyo Appa. Gwaencana. Huft…” jawab Nam Gyul.
Siang Setelah Pulang Sekolah…
            Nam Gyul sudah sempoyongan saat pulang sekolah sambil menyeret sepedanya. Tiba-tiba mata bulatnya terkejut saat melihat sosok laki-laki manula duduk di teras rumahnya.
“Haraboji mencari siapa?” tanya Nam Gyul.
“Hah? saya mencari Lee Min Hyuk”
“Appa? Appa sedang keluar”
“Jinjja?”
“Ne. Memang ada perlu apa? nanti aku akan sampaikan pesan Haraboji dengan Appa”
“Begini, kau tahukan berita tentang meninggalnya Jae Bum Ajussi?”
“Eh, ne. Wae?”
“Bahwa manusia serigala memang ada”
“Hah? m-mwo?”
“Ne. Dan aku mengenal dia”
“M-mwo?”
“Begini….” Laki-laki manula itu mulai bercerita.
[Flashback]
“Sudah tepat?” tanya seseorang yang berumur 46 tahun.
“Ne” jawab Ayah Jong In.
“Tembak!” perintah laki-laki yang berumur 46 tahun itu.
DOOOOR
“Ya, tepat sasaran, Si Young” ucap Ayah Jong In.
“Kajja, kita bawa pulang!” perintah Si Young.
            Mereka pun menyeret dua serigala ke rumah Dae Wun yang adalah Ayah Jong In.
“Yeobo, aku dapat dua serigala. Cepat masakan untuk kami!” perintah Dae Wun yang menyeret dua serigala yang mati ke dapur belakang.
“Ne” jawaban yang manis dari sang istri.
“Berapa sudah kehamilan istri mu?” tanya Si Young.
“9 bulan. Tinggal menunggu 9 hari lagi” jawab Dae Wun sambil mengajak duduk di ruang tamu.
“Jinjja? wah…kalian akan mendapatkan anak pertama” puji Si Young.
“Ne. Anak kita akan menjadi teman seperburuan seperti kita” ujar Dae Wun.
“Dan menjadi laki-laki yang hebat seperti mu” ucap sang Istri Dae Wun.
“Tentu saja, So Yeon” jawab Dae Wun.
“Kajja, kita makan. Sup dan daging bakar serigalanya sudah masak” perintah So Yeon.
            Mereka pun makan bersama sambil menikmati daging serigala hasil buruan Dae Wun dan Si Young.
9 Hari kemudian…
“AH….” keluh So Yeon.
“Sedikit lagi!” ujar Bidan itu.
“AH….SAKIT….” teriak So Yeon sekuatnya.
            Sang suami Dae Wun, sangat gelisah. Ia bolak balik di depan kamar sang istri yang sedang bersalin.
AUUUWW… (ngauman serigala)
“Hah? apa itu?” ujar Dae Wun dan Bidan berlain tempat.
            Dae Wun pun bergegas keluar sambil membawa senapannya. Ia sangat terkejut melihat banyak serigala mengelilingi rumahnya. Tubuhnya gemetaran dan berkeringat dingin.
Owe…owe… (tangisan bayi)
“Hah, anakku lahir” ucap So Yeon.
“Ne. Dia seorang laki-laki tampan” jawab Bidan itu.
“Jinjja?”
“Ne. Aku mandikan dulu” ujar si bidan.
            Si Bidan terkejut saat melihat mayat Dae Wun yang tergeletak di depan pintu. Serigala-serigala itu menatap penuh amarah pada anak bayi yang di gendong oleh Bidan itu.
“Ini, ini anak mu!” ujar Bidan ke kamar So Yeon dan menyerahkan bayi So Yeon.
“Wae? apa sudah kau mandikan?”
“An-ani. Aku harus pergi sekarang” Bidan itu lari terbirit-birit.
“Waeyo?” teriak So Yeon. So Yeon pun menggendong bayinya dan berjalan keluar.
“Se-serigala?” So Yeon gemetaran saat melihat serigala-serigala di ruang tamu yang telah berjaga.
            Tanpa berpikir panjang, So Yeon berlari sekuat tenaga melewati pintu belakang. Serigala itu pun mengejar So Yeon dengan cepat.
            Terus  menelusuri malam yang dingin dan gelap di tengah hutan, So Yeon tetap berlari. Sesekali ia menatap kebelakang untuk memastikan bahwa serigala itu tidak mengejarnya lagi. Tapi, serigala itu tetap mengejarnya walau pun sudah sangat jauh jarak mereka.
“Akh…” So Yeon tersandung akar pohon.
GRRRRR (geraman serigala)
“Ja-jangan ganggu anak ku!” ucap So Yeon gemetaran.
            Karena kehabisan akal, So Yeon melempar bayinya sejauh mungkin. Bertepatan suara petir menyambar dan hujan deras bayi itu terlempar kesemak. Akhirnya So Yeon pun dimakan oleh serigala itu dengan lahapnya seperti sang suami.
            Keesokan paginya, Si Young mengunjungi rumah sahabatnya untuk mengajak berburu lagi. Tapi, ia malah melihat bangkai temannya di depan pintu rumah. Betapa shocknya ia melihat itu.
            Si Young langsung masuk dan mencari So Yeon. Tapi, itu nihil. Ia tidak menemukan So Yeon. Ia pun langsung berlari ke dalam hutan mencari So Yoen.
Owe..owe…owe… (tangisan bayi)
“An-anak siapa itu?” tanya Si Young sendiri.
“Jangan-jangan anak So Yeon. Tapi, dimana So Yeon?” ujar Si Young sambil menggendong bayi itu.
“Cup, cup, cup. Ada Ajussi disini. Kau tenang ya?” ujar Si Young menenangkannya.
            Saat membalik badannya, Si Young melihat bangkai So Yeon di pinggir pohon besar yang ingin ia lewati. Sungguh mengejutkan. Matanya membulat sempurna. Tapi, ia terus berjalan untuk membawa pulang Jong In yang dulu belum mempunyai nama.
6 tahun kemudian…
            Jong In yang dulu namanya adalah Kai. Ia seorang anak yang pendiam dan jarang berteman dengan sebayanya.
            Suatu ketika, Si Young memiliki peliharaan ayam di belakang rumahnya. Karena Kai merasa begitu lapar, ia memakan semua ayam peliharaan Si Young hidup-hidup.
            Si Young terkejut melihat apa yang ia lihat dihadapnnya sekarang. Kai memakan semua ayamnya hidup-hidup. Karena malu dan takut, Kai langsung berlari meninggalkan Si Young dan tak pernah kembali sejak itu.
[Flashback end]
“Jadi, Haraboji adalah Si Young?” tanya Nam Gyul.
“Ne” jawab laki-laki manula itu.
“Oh…jadi begitu. Lalu kenapa Jong In atau Kai bisa menjadi manusia serigala?” tanya Nam Gyul.
“Mungkin dia dikutuk. Karena saat Ibunya mengandung, Ayahnya berburu”
“Oh…” jawab Nam Gyul dengan nada rendah.
“Wae?” tanya Haraboji.
“An-ani”
“Ya sudah. Haraboji pulang dulu. Tolong sampaikan pesan itu kepada Appa mu”
“Ne. Aku akan sampaikan”
            Haraboji itu pun pergi dari hadapan Nam Gyul yang termenung dengan penjelasan Haraboji itu. Nam Gyul duduk dan menenangkan hatinya sejenak.
            Setelah merasa tenang, ia lagsung berlari ke hutan. Dengan derai air mata yang deras, ia terus berlari mencari Jong In.
“Jong In! Jong In! Keluarlah!” Nam Gyul berteriak.
“Jong In, aku mohon! Aku merindukanmu”
“Jeongmal mianhae. Aku menyesal. Tolong keluarlah!” ujar Nam Gyul yang terduduk di tengah hutan sambil menangis.
“Ada apa kau mencariku?” tanya seseorang.
“Jong In? Jong In kau dimana?” tanya Nam Gyul yang langsung mengusap air matanya dan berdiri.
“Diatas” jawab Jong In.
“Jo-Jong In. Apa yang kau lakukan diatas pohon?”
BUUUK…
            Jong In melompat dari atas pohon dan turun tepat di hadapan Nam Gyul.
“Jong In” ucap Nam Gyul yang langsung memeluk Jong In.
“Mianhae. Jeongmal Mianhae”
“Aniyo. Kau tidak salah Nam Gyul.
“Ani. Aku sudah menampar mu dan memaki mu”
“Aku mengerti. Kalau aku jadi kamu, mungkin aku juga akan melakukan itu”
“Neomu Chuwayo” ucap Nam Gyul sambil menatap mata Jong In.
“Ka-kau menyukai ku?” tanya Jong In tak percaya.
“Ne. Neomu neomu neomu chuwayo” ucap Nam Gyul.
“Ne, saranghaeyo chagiya” balas Jong In.
            Bertepatan angin lembut berhembus diantara mereka, kutukan Jong In hilang dan semua ingatan orang tentang Jong In adalah manusia serigala orang kecuali Nam Gyul, juga ikut lenyap dibawa hembusan angin itu.
“Waeyo?” tanya Nam Gyul.
“Ak-aku…”
“Wae?”
“Kutukan itu hilang, rasa lapar ku dengan darah dan daging juga hilang. Aku menjadi manusia normal, Chagiya”
“Jinjja?
“Ne” jawab Jong In.
            Tanpa sadar, Nam Gyul langsung mencium pipi kiri Jong In. Jong In terkejut dan spontan terdiam.
“Mi-mianhae” ucap Nam Gyul.
“A-an-aniyo” Jong In gagap sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
*~*~*~*
Kantin sekolah…
“Kalian jadian?” tanya Min Jung tak percaya.
“Ne” jawab Nam Gyul dan Jong In bersamaan.
“Waah…benarkan. Sudah dari awal Jong In menjadi murid sekolah disini, aku sudah bisa membaca aura cintanya” jelas Min Jung.
“Chukkae” ucap Yi Xing.
“Ne, gomawo” ujar Jong In.
“Semoga hubungan kalian lenggang sampai akhir hayat” do’a tulus Yi Xing.
“Hemh” jawab Nam Gyul tersenyum.
            Nam Gyul dan Jong In pun bertatapan. Dimata mereka tertulis bahwa mereka sudah terikat cinta sejati selamanya.

=>The End<=

Iyeeey….The End. Waah…gimana? sangat bagus, bagus, cukup bagus, cukup, atau lejek #jelek kali thor. Hehehe XD…Nah, sudah terjawabkan penasaran kalian di Part 1. Gimana, apa kalian ngerasa anget-anget ato hot feel #lo kencing ya thor? maksudnya kalian sudah merasa apa nggak kalau cerita tersebut adalah diri kalian sendiri. Author ngerasa lo, tpi sm aa’ Kris #kedip2. Yah sudah, author akan mundur diri dulu…sampai ketemu di fanfic selanjtnya ya. Annyeonghi Gyeseyo ^^ #tunduk bareng Kris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar