My
Namjachingu is a werewolf
Author : Han Hyo Mi
Main Cast :
Novrinda as In Nam Gyul, Kim Jong In-Kai EXO-K, Zhang Yi Xing-Lay EXO-M, dan
Choi Min Jung.
Genre :
Romantic and Action
Untuk : 15 +
Soundtrack :
T-MAX_For Once
Part 2 the end
Jiiiiiiiaauuuuuuu…..part 2 readers, nah…ini
tamatannya loh…padahal rencananya nggak usah pake part-part segala, biar
oneshoot aja. Tapi, karena penjang bengat. Yah, buat boleh apa? #aduuh..kebalik
thor. Dengan berat jantung (?) kita lansung ke.....bawah #==’
*~*~*~*
“Hah? apa yang kau lakukan dikamar ku?” tanya
Jong In yang heran.
“Ak-aku hanya ingin
memberi obat ke punggung mu” ucap Nam Gyul sambil membalik badannya dan
menutupnya.
“Jinjja? Ne,
silahkan!” ucap Jong In seraya membalik badannya.
Nam Gyul pun membuka perlahan-lahan
matanya, karena ia takut melihat keadaan namja itu. Nam Gyul menghampiri Jong
In yang sudah siap sedari menunggu obat itu.
Nam Gyul tertegun saat melihat memar
dan goresan luka di punggung polos situ. Disentuhnya perlahan kesemua luka itu
dan ia memeluk hangat pada punggung Jong In tanpa disadarinya.
“Ap-apa yang kau
lakukan?” tanya Jong In heran dengan kelakuan yeoja di belakangnya itu.
“Hah? mi-mianhae”
ucap Nam Gyul yang bergegas menempelkan obat bubuk daun mint pada punggung Jong
In.
“Selesai. Permisi!”
ucap Nam Gyul yang keluar dari kamar.
“Gomawo” ucap Jong
In.
“Ne” jawab Nam
Gyul.
*~*~*~*
3 Hari kemudian…
Hari ini adalah hari camping bagi
kelas 2 A sekolah Nam Gyul. Mereka semua sudah berkumpul di depan bus untuk
absen kehadiran mereka. Nam Gyul, Min Jung, Yi Xing dan Jong In sedang asik
mengobrol.
“Aku tidur
bersamamu ya, Nam Gyul?” Min Jung yang memohon.
“Ne” jawab Nam
Gyul.
“Kalian tidur
berdua juga” tunjuk Min Jung pada Jong In dan Yi Xing.
“Aku?” tanya Yi
Xing dan Jong In bersama.
“Ne. Siapa lagi?”
ucap Min Jung. Yi Xing dan Jong In pun saling bertatapan.
Gunung Bukhansan,
itulah tujuan camping kali ini. Mereka telah sampai disana. Setelah sampai,
mereka harus mendaki agar dapat ke puncaknya. Semakin naik, semakin dingin
cuaca di sana.
“Huaah…akhirnya sampai. Kakiku sudah
keram” ujar Nam Gyul.
“Kajja, kita bangun kemah kita!” ucap Min
Jung.
“Ne” jawab Nam Gyul mantap.
“Biar aku bantu” ucap Jong In yang
langsung mengambil tas kemah mereka.
“Hah…gomawo” ucap Nam Gyul.
“Aku juga” ucap Yi Xing yang tak mau
kalah.
“Kalau begitu, kami akan memasak
sementara kalian membangun kemah kami” ide Min Jung.
“Ne” jawab Yi Xing dan Jong In bersamaan
sambil menatap satu sama lain.
“Jong In itu begitu perhatian sekali
dengan mu?” ucap Min Jung.
“Ne?” tanya Nam Gyul yang sedang
mencicipi sayur yang ia masak.
“Hemh. Terlihat dari matanya” jelas Min
Jung.
“Hahah…aniyo. Hanya perasaan kau saja”
ujar Nam Gyul terkekeh.
“Ciih…aku serius” ujar Min Jung.
“Up to you” ujar Nam Gyul yang mengangkat
sayur yang ia masak.
Malam
telah tiba, api unggun mulai dinyalakan. Anak-anak berkumpul sambil bernyanyi
bersama di tengah hangatnya api unggun. Nam Gyul dan Min Jung sudah terhanyut
akan alunan musik yang dinyanyikan oleh salah satu teman namja mereka.
“Kau sakit?” tanya Yi Xing yang melihat
Jong In berkeringat deras.
“An-ani” jawab Jong In gagap sambil
memusut lembut lehernya. Yi Xing hanya heran melihat keadaan temannya itu.
Jam
9 malam, semua murid telah masuk tenda mereka masing-masing. Tapi, Jong In
tampak gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak. Ia pun memilih untuk keluar tenda.
“Kau mau kemana?” tanya Yi Xing yang
menyadari itu.
“Aku ingin buang air kecil”
“Oh..” jawab Yi Xing yang kembali
memejamkan matanya.
Sementara
itu, Nam Gyul juga gelisah karena ingin buang air kecil. Ia pun keluar
diam-diam agar tidak membangunkan sahabatnya itu. Saat kepalanya sudah keluar
dari tenda, ia melihat sosok namja yang tak asing.
“Yaa! kau mau kemana?” tanya Nam Gyul
dengan pelan. Jong In tidak menghiraukan itu.
“Yaa! apa kau tidak mendengar?” tanya Nam
Gyul pada dirinya sendiri. Ia pun bergegas keluar dan menyusul Jong In.
Setelah
terasa cukup jauh dari perkemahan, Nam Gyul pun memanggil Jong In yang berjalan
di depannya.
“Yaa! kau mau kemana? aku ingin buang air
kecil. Bisa kau temani aku?” tanya Nam Gyul.
“Ani. Sebaiknya kau tidak usah ikuti aku”
jawab Jong In dingin. Nam Gyul terkejut mendengar nada bicara Jong In yang
berbeda.
“Ka-kau kenapa? apa terjadi sesuatu?”
tanya Nam Gyul yang masih mengejar langkah Jong In di depannya.
“ANI. Sebaiknya kau jauhi aku sekarang
dan jangan ikuti aku” ucap Jong In sambil mempercepat langkahnya.
“Waeyo?”
“AKU BILANG JANGAN IKUTI AKU” bentak Jong
In dengan nafas terengah-engah.
“Ka-kau kenapa?”
Perlahan-lahan
sebuah bulu hitam tumbuh di kedua tangan hingga keseluruh tubuh Jong In. Kuku
hitam panjang dan gigi panjang yang tajam tumbuh. Separuh wajah asli Jong In
berubah menjadi serigala. Matanya yang berwarna merah itu membuat dirinya
benar-benar menakutkan.
“Hah…ap-apa yang ter-terjadi?” tanya Nam
Gyul gemetaran saat melihat sosok Jong In berubah seperti manusia serigala yang
diceritakan Kyung Hee Ajussi.
GRRRRR….
Jong
In menggeram saat melihat Nam Gyul. Nam Gyul berkeringat dingin dan kaku
melihat sosok mengerikan dihadapannya.
AUWWW….
Jong
In mengaung dan membuat kelelawar di pohon beterbangan. Suasana embun malam dan
gelap di tengah hutan terasa lengkap menjadi malam yang mengerikan. Tiba-tiba,
Jong In menyambar Nam Gyul dan membuat tubuh mungil Nam Gyul tehentak ke tanah.
“AKH…..” Nam Gyul berteriak kencang.
GRRRRR….
Jong
In mengaung hingga membuat macan tutul di belakang Nam Gyul pergi berlari. Nam
Gyul mengira bahwa dirinya akan disantap Jong In.
“Hah…hah…” nafas Nam Gyul yang tidak
teratur.
Sosok
manusia serigala yang sekarang berposisi di atas tubuh Nam Gyul tengah menatap
pekat mata Nam Gyul. Nam Gyul hanya dapat terdiam dan kaku dengan posisi itu.
Perlahan jari Jong In menekan urat nadi di leher Nam Gyul untuk membuat Nam
Gyul pingsan sementara.
Dengan
secepat kilat, Jong In menggendong Nam Gyul kembali ke tendanya dan Jong In
pergi untuk sementara waktu untuk mengisi kelaparan dan kehausan Jong In.
Paginya…
“Hemh…” desis Nam Gyul yang terbangun.
“Kau sudah bangun?” tanya Min Jung yang
duluan bangun darinya.
“Hah? ak-aku sudah di tenda?” tanya Nam
Gyul bingung.
“Hemh? kau ini aneh. Jelas-jelas kau
memang ditenda” jawab Min Jung sambil membereskan tendanya.
“Jinjja?”
“Ciih…kau ngigo ya?”
“Ngigo?” Nam Gyul yang masih
mengingat-ingat kejadian malam tadi.
‘Apa mungkin itu hanya mimpi? apa
jangan-jangan gara-gara aku beharap bisa berpacaran dengan manusia serigala
jadi aku mimpi seperti itu? Tapi, kenapa mesti Jong In yang jadi manusia
serigalanya?’ pikir Nam Gyul dengan penuh pertanyaan.
“Kajja, cepat mandi dan kita akan senam
pagi!” perintah Min Jung yang melempar handuk ke wajah Nam Gyul. Nam Gyul hanya
melaksanakan perintah sahabatnya itu.
Setelah
mandi, sesuai pengumuman, mereka melakukan senam pagi di depan tenda-tenda
mereka. Mata Nam Gyul tak lepas dari sosok namja yang telah membuatnya gelisah
malam itu. Jong In yang menyadari itu langsung menatap Nam Gyul dan tersenyum.
Nam Gyul pun hanya membalas dengan senyuman.
Tak
terasa, camping sekolah telah berakhir. Semua murid pun bergegas naik bus
mereka untuk menuju ke sekolah mereka. Matahari yang mulai menutup diri membuat
cahaya langit tampak kemerah-merahan.
Semua
murid tertidur lelap selama dalam perjalanan pulang ke sekolah. Mereka terlihat
lelah dan kurang tidur. Termasuk Nam Gyul dan Jong In yang juga tertidur di
kursi bus berbeda. Nam Gyul bersama Min Jung dan Jong In bersama Yi Xing.
Sesampai
di sekolah, Ayah Nam Gyul telah menunggu di depan gerbang sekolah untuk
menjemput.
“Appa?” panggil Nam Gyul yang diikuti
Jong In menghampiri Ayah Nam Gyul.
“Nam Gyul, sudah pulang?”
“Ne”
“Kajja, kita pulang. Tapi, sebelum
pulang, Appa ingin mengajak kalian makan diluar. Kalian pasti lapar” ucap
Ayahnya seraya memasukkan tas mereka ke bagasi mobil belakang.
“Ne. Aku sangat lapar” ucap Nam Gyul
manja.
Mereka
pergi ke sebuah restoran Sup Gurita yang terkenal akan kelejatannya. Sesampai
disana, mereka langsung memesan 2 porsi jumbo sup Gurita.
“Masitge deuseyo”
ucap Nam Gyul seraya meraih Gurita rebusnya.
“Emh…enak sekali”
ucap Nam Gyul. Jong In dan Ayahnya hanya terkekeh melihat tingkah laku manja
yeoja itu.
Malamnya…
“Huaaah…kebelet”
pungkas Nam Gyul yang bergegas ke kamar kecil.
“Hah….lega” ucap
Nam Gyul seraya keluar dari kamar kecil itu.
Sebelum ke kamar, ia minum air putih
untuk menyegarkan tenggorokannya. Lagi-lagi ia menemukan kamar Jong In terbuka.
Ia pun masuk ke kamar Jong In untuk memastikan.
“Dia kemana? kok
nggak ada? dia nggak mungkin ke kamar kecil, aku kan barusan dari sana” pungkas
Nam Gyul.
“Hah? apa ini?”
ucap Nam Gyul yang meraih hamburan bulu hitam di lantai kamar Jong In.
“Bulu apa ini? apa
dia memelihara binatang? tapi, aku nggak pernah melihatnya” ucapnya pada
dirinya sendiri.
“Huuuaaah…entahlah.
Aku mengantuk” ucap Nam Gyul sambil menguap lebar.
*~*~*~*
“Pelajaran hari ini
sampai di sini. Sampai ketemu besok” ucap guru mereka.
“Oh ya, sebelum
pulang. Tolong yang piket hari ini hapus tulisan di papan tulis dulu” perintah
guru itu sebelum benar-benar pergi dari kelas.
“Ne” ucap mereka
yang merasa piket.
“Nam Gyul, kamu
saja ya, yang menghapusnya? kamu kan tadi nggak sempat piket?” ujar salah satu
temannya.
“Ah, ne” jawab Nam
Gyul seraya membereskan buku-bukunya yang berserakan di atas meja.
“Nam Gyul, aku
duluan yah? aku ada pertemuan sama pemain sepak bola tim ku” ucap Yi Xing.
“Ah, ne” jawab Nam
Gyul yang mulai membersihkan papan tulis.
“Min Jung, kenapa
kau belum pulang?” tanya Nam Gyul.
“Aku menunggu mu”
“Ah, kau ini.
Duluan saja. Aku tidak apa-apa kok”
“Tidak apa-apa kok”
jawab Min Jung.
“Pulanglah. Kaukan
pasti lapar”
“Kok tahu?”
“Perut mu tadi
berbunyi waktu pelajaran”
“Jinjja? heheh” Min
Jung yang malu-malu.
“Baiklah. Aku
duluan ya? kau hati-hati”
“Ne, gwaencana”
jawab Nam Gyul.
Setelah selesai, Nam Gyul menyadari
sejak istirahat kedua, Jong In tidak masuk kelas lagi. Sebelum pulang, ia
mencari Jong In keseluruh ruang sekolahnya.
“Jong In, Jong In.
Kau dimana?” Nam Gyul berteriak ke setiap ruang yang ia masuki.
“Dimana dia?” Nam
Gyul yang kebingungan.
Karena melamun, Nam Gyul terus
berjalan hingga kakinya tersandung pegangan tangga.
“AKH….” Nam Gyul
yang terpeleset dari tangga. Nam Gyul terguling hingga ke bawah.
“NAM GYUL!!!”
teriak Yi Xing menghampiri Nam Gyul.
“Gwaencanayo?”
tanya Yi Xing yang membantu Nam Gyul duduk.
“Akh…kaki ku” keluh
Nam Gyul.
“Aigo! kakimu
tergores dan memar. Sini aku bantu!” ucap Yi Xing yang memberikan punggung
belakangnya untuk menggendong Nam Gyul.
Tapi, apa yang terjadi? Jong In
datang dan langsung medorong Yi Xing hingga terlempar.
“Hah? Yi-Yi Xing”
Nam Gyul yang tercengang.
“Grrrrrr” Jong In
menggeram. Jong In telah berubah menjadi manusia serigala di hadapan mereka. Yi
Xing yang melihat itu sangat shock dan matanya berhasil membulat sempurna.
“Jo-Jong In,
Ka-kau…apa yang terjadi denganmu?” tanya Nam Gyul yang masih tak bisa bergerak
karena kakinya yang membengkak.
“Manjaulah dari
yeoja ku. Aku tak suka kau menyentuhnya” ucap Jong In dengan nada suara yang
besar dan geram.
“Mwo?” Nam Gyul
terkejut.
“Ka-kau serigala
Jong In?” tanya Yi Xing yang masih tak percaya sambil mengusap luka di
bibirnya.
“Kajja, kita pergi
dari sini!” perintah Jong In yang menarik tangan Nam Gyul dengan kasar.
“Lepaskan! Lepaskan
aku, Jong In!” perintah Nam Gyul yang meronta.
Jong In hanya diam dan tak merespon
rontaan Nam Gyul. Jong In menggendong Nam Gyul ke depan dan membawanya berlari
secepat kilat.
“Lepaskan aku Jong
In!” teriak Nam Gyul yang masih meronta.
Sesampai di tengah hutan yang tak
jauh dari rumah Nam Gyul, Nam Gyul diturunkan oleh Jong In.
“Mwoya Jong In?”
ucap Nam Gyul sambil mendorong Jong In dengan kedua tangannya.
“Mi-mianhae” ucap
Jong In yang mulai berubah menjadi manusia normal lagi.
“Mwo? Mianhae? kau
hampir melukai Yi Xing, Jong In” Nam Gyul berteriak.
“Aku tidak bisa
mengendalikan emosiku”
“Emosimu? Kau,
hah…aku tidak percaya, bahwa selama ini apa yang aku rasakan adalah benar. Kau
adalah manusia serigala. Malam di camping itu pasti bukan mimpi kan?” ketus Nam
Gyul yang mulai meneteskan butiran-butiran bening dari matanya atas kekecewaan.
“Dengarkan aku dulu
Nam…” kata-kata Jong In terpotong.
“ANIYO. Kau tidak
perlu menjelaskannya lagi”
“Bukankah kau
berharap untuk dicintai seorang manusia serigala?”
“Ne. Tapi, bukan
begini caranya. Seharusnya kau memberitahu ku dari awal dan…dan kau tidak
melukai orang lain seperti tadi” jelas Nam Gyul
“Ja-jangan-jangan
yang membunuh Jae Bum Ajussi dan dua rusa itu kamu? bulu-bulu hitam yang
berhamburan di kamar mu itu bulu mu, kan?” tanya Nam Gyul.
“Jawab aku?” Nam
Gyul berteriak sambil mengguncang-guncang tubuh Jong In.
“…” Jong In hanya
diam.
“Waeyo?” tanya Nam
Gyul sambil merintih.
“Kau, kau jangan
pernah kembali ke rumah dan jangan pernah temui aku lagi” ucap Nam Gyul seraya
pergi.
“Nam Gyul, tolong
beri aku satu kali kesempatan lagi” ucap Jong In yang menghampiri Nam Gyul yang
berjalan terpincang-pincang.
“ANDWE” bentak Nam
Gyul yang langsung menghadap Jong In.
“Tolong dengarkan
dulu!” Jong In memohon.
PLAAAK
“Cukup Jong In! aku
tidak mau lagi” Nam Gyul berteriak dan menampar Jong In. Jong In hanya diam dan
menundukkan kepalanya.
Nam Gyul berlari meninggalkan Jong
In lebih cepat sambil berurai air mata.
Malamnya…
“Yeoboseyo?” Nam
Gyul menelpon.
“Ne.
Yeoboseyo. Ada apa Nam Gyul?”
“Eh, anu…itu apa
kau baik-baik saja?”
“Ne.
Gwaencanayo. Hanya sedikit luka di ujung bibir ku. Kau sendiri bagaimana? apa
kau terluka oleh Jong In?”
“Ani, aniyo.
Gwaencana. Jeongmal mianhae”
“Waeyo?
kau tidak salah Nam Gyul” ujar Yi Xing.
“Aku
benar-benar shock. Aku tidak percaya kalau Jong In adalah seorang manusia serigala”
lanjut Yi Xing.
“Aku juga” jawab
Nam Gyul dengan nada rendah.
“Apa
selama ini dia tinggal di rumah mu?” tanya Yi Xing
dengan nada terpaksa.
“Ne” jawab Nam Gyul
dengan lemah.
“Pantas
saja kau dan dia begitu kenal”
“Ku harap, kau
tidak menceritakan kejadian tadi siang kepada siapa pun?” perintah Nam Gyul.
“Ne,
arrseoh”
“Aku takut kita
akan mendapat masalah yang besar”
“Emh…oh
ya, sekarang dia dimana?”
“Dia sudah ku suruh
untuk tidak kembali ke rumah dan tidak lagi muncul dihadapanku” jawab Nam Gyul.
“Apa
orang tua mu tidak curiga?”
“Aku akan bilang
dia pindah ke rumah barunya”
“Oh…”
“Ya sudah, aku
hanya ingin bilang itu saja. Gomawo, Annyeong”
“Ne,
Annyeong” Yi Xing menutup teleponnya.
Makan malam…
“Jinjja? kemana?”
tanya Ibu Nam Gyul.
“Entahlah. Dia tidak
memberitahu ku”
“Kok begitu?” tanya
Ayahnya.
“Akhir-akhir ini
dia begitu cuek dengan ku” jawab Nam Gyul berbohong.
“Mungkin dia ada
masalah?” pikir Ibunya.
“Mungkin” jawab Nam
Gyul.
Sejak saat itu, Jong In benar-benar
tidak pernah terlihat oleh mata Nam Gyul lagi. Entah kenapa, hati Nam Gyul
begitu kepikiran tentang Jong In.
3 minggu berlalu, Nam Gyul bertambah
murung dan jarang berkumpul dengan Min Jung dan Yi Xing. Tapi, Yi Xing tidak
menyerah untuk menghibur dan mencoba dekat dengan Nam Gyul. Alhasil, Yi Xing
dapat dekat dengan Nam Gyul.
Malam…
‘Apa yang dia
lakukan diluar sana yah? apa dia makan manusia atau…hewan?’ pikir Nam Gyul
sambil menyikat gigi.
‘Apa dia sudah
mandi, sikat gigi dan tidur yah?’ pikirnya lagi.
“Akh…waeyo? jangan
pikirkan dia” Nam Gyul berteriak.
“Kenapa kau
berteriak malam-malam, Nam Gyul?” ucap Ayahnya dari luar kamar mandi.
“Hahaha. Aniyo
Appa. Gwaencana. Huft…” jawab Nam Gyul.
Siang Setelah
Pulang Sekolah…
Nam Gyul sudah sempoyongan saat
pulang sekolah sambil menyeret sepedanya. Tiba-tiba mata bulatnya terkejut saat
melihat sosok laki-laki manula duduk di teras rumahnya.
“Haraboji mencari
siapa?” tanya Nam Gyul.
“Hah? saya mencari
Lee Min Hyuk”
“Appa? Appa sedang
keluar”
“Jinjja?”
“Ne. Memang ada
perlu apa? nanti aku akan sampaikan pesan Haraboji dengan Appa”
“Begini, kau
tahukan berita tentang meninggalnya Jae Bum Ajussi?”
“Eh, ne. Wae?”
“Bahwa manusia
serigala memang ada”
“Hah? m-mwo?”
“Ne. Dan aku
mengenal dia”
“M-mwo?”
“Begini….”
Laki-laki manula itu mulai bercerita.
[Flashback]
“Sudah
tepat?” tanya seseorang yang berumur 46 tahun.
“Ne”
jawab Ayah Jong In.
“Tembak!”
perintah laki-laki yang berumur 46 tahun itu.
DOOOOR
“Ya,
tepat sasaran, Si Young” ucap Ayah Jong In.
“Kajja,
kita bawa pulang!” perintah Si Young.
Mereka pun menyeret dua serigala ke
rumah Dae Wun yang adalah Ayah Jong In.
“Yeobo,
aku dapat dua serigala. Cepat masakan untuk kami!” perintah Dae Wun yang
menyeret dua serigala yang mati ke dapur belakang.
“Ne”
jawaban yang manis dari sang istri.
“Berapa
sudah kehamilan istri mu?” tanya Si Young.
“9
bulan. Tinggal menunggu 9 hari lagi” jawab Dae Wun sambil mengajak duduk di
ruang tamu.
“Jinjja?
wah…kalian akan mendapatkan anak pertama” puji Si Young.
“Ne.
Anak kita akan menjadi teman seperburuan seperti kita” ujar Dae Wun.
“Dan
menjadi laki-laki yang hebat seperti mu” ucap sang Istri Dae Wun.
“Tentu
saja, So Yeon” jawab Dae Wun.
“Kajja,
kita makan. Sup dan daging bakar serigalanya sudah masak” perintah So Yeon.
Mereka pun makan bersama sambil
menikmati daging serigala hasil buruan Dae Wun dan Si Young.
9
Hari kemudian…
“AH….”
keluh So Yeon.
“Sedikit
lagi!” ujar Bidan itu.
“AH….SAKIT….”
teriak So Yeon sekuatnya.
Sang suami Dae Wun, sangat gelisah.
Ia bolak balik di depan kamar sang istri yang sedang bersalin.
AUUUWW…
(ngauman serigala)
“Hah?
apa itu?” ujar Dae Wun dan Bidan berlain tempat.
Dae Wun pun bergegas keluar sambil
membawa senapannya. Ia sangat terkejut melihat banyak serigala mengelilingi
rumahnya. Tubuhnya gemetaran dan berkeringat dingin.
Owe…owe…
(tangisan bayi)
“Hah,
anakku lahir” ucap So Yeon.
“Ne.
Dia seorang laki-laki tampan” jawab Bidan itu.
“Jinjja?”
“Ne.
Aku mandikan dulu” ujar si bidan.
Si
Bidan terkejut saat melihat mayat Dae Wun yang tergeletak di depan pintu.
Serigala-serigala itu menatap penuh amarah pada anak bayi yang di gendong oleh
Bidan itu.
“Ini,
ini anak mu!” ujar Bidan ke kamar So Yeon dan menyerahkan bayi So Yeon.
“Wae?
apa sudah kau mandikan?”
“An-ani.
Aku harus pergi sekarang” Bidan itu lari terbirit-birit.
“Waeyo?”
teriak So Yeon. So Yeon pun menggendong bayinya dan berjalan keluar.
“Se-serigala?”
So Yeon gemetaran saat melihat serigala-serigala di ruang tamu yang telah
berjaga.
Tanpa berpikir panjang, So Yeon
berlari sekuat tenaga melewati pintu belakang. Serigala itu pun mengejar So
Yeon dengan cepat.
Terus menelusuri malam yang dingin dan gelap di
tengah hutan, So Yeon tetap berlari. Sesekali ia menatap kebelakang untuk
memastikan bahwa serigala itu tidak mengejarnya lagi. Tapi, serigala itu tetap
mengejarnya walau pun sudah sangat jauh jarak mereka.
“Akh…”
So Yeon tersandung akar pohon.
GRRRRR
(geraman serigala)
“Ja-jangan
ganggu anak ku!” ucap So Yeon gemetaran.
Karena kehabisan akal, So Yeon
melempar bayinya sejauh mungkin. Bertepatan suara petir menyambar dan hujan
deras bayi itu terlempar kesemak. Akhirnya So Yeon pun dimakan oleh serigala
itu dengan lahapnya seperti sang suami.
Keesokan paginya, Si Young
mengunjungi rumah sahabatnya untuk mengajak berburu lagi. Tapi, ia malah
melihat bangkai temannya di depan pintu rumah. Betapa shocknya ia melihat itu.
Si Young langsung masuk dan mencari
So Yeon. Tapi, itu nihil. Ia tidak menemukan So Yeon. Ia pun langsung berlari
ke dalam hutan mencari So Yoen.
Owe..owe…owe…
(tangisan bayi)
“An-anak
siapa itu?” tanya Si Young sendiri.
“Jangan-jangan
anak So Yeon. Tapi, dimana So Yeon?” ujar Si Young sambil menggendong bayi itu.
“Cup,
cup, cup. Ada Ajussi disini. Kau tenang ya?” ujar Si Young menenangkannya.
Saat membalik badannya, Si Young
melihat bangkai So Yeon di pinggir pohon besar yang ingin ia lewati. Sungguh
mengejutkan. Matanya membulat sempurna. Tapi, ia terus berjalan untuk membawa
pulang Jong In yang dulu belum mempunyai nama.
6
tahun kemudian…
Jong In yang dulu namanya adalah
Kai. Ia seorang anak yang pendiam dan jarang berteman dengan sebayanya.
Suatu ketika, Si Young memiliki
peliharaan ayam di belakang rumahnya. Karena Kai merasa begitu lapar, ia
memakan semua ayam peliharaan Si Young hidup-hidup.
Si Young terkejut melihat apa yang
ia lihat dihadapnnya sekarang. Kai memakan semua ayamnya hidup-hidup. Karena
malu dan takut, Kai langsung berlari meninggalkan Si Young dan tak pernah
kembali sejak itu.
[Flashback
end]
“Jadi, Haraboji
adalah Si Young?” tanya Nam Gyul.
“Ne” jawab
laki-laki manula itu.
“Oh…jadi begitu.
Lalu kenapa Jong In atau Kai bisa menjadi manusia serigala?” tanya Nam Gyul.
“Mungkin dia
dikutuk. Karena saat Ibunya mengandung, Ayahnya berburu”
“Oh…” jawab Nam
Gyul dengan nada rendah.
“Wae?” tanya
Haraboji.
“An-ani”
“Ya sudah. Haraboji
pulang dulu. Tolong sampaikan pesan itu kepada Appa mu”
“Ne. Aku akan
sampaikan”
Haraboji itu pun pergi dari hadapan
Nam Gyul yang termenung dengan penjelasan Haraboji itu. Nam Gyul duduk dan menenangkan
hatinya sejenak.
Setelah merasa tenang, ia lagsung
berlari ke hutan. Dengan derai air mata yang deras, ia terus berlari mencari
Jong In.
“Jong In! Jong In!
Keluarlah!” Nam Gyul berteriak.
“Jong In, aku
mohon! Aku merindukanmu”
“Jeongmal mianhae. Aku
menyesal. Tolong keluarlah!” ujar Nam Gyul yang terduduk di tengah hutan sambil
menangis.
“Ada apa kau
mencariku?” tanya seseorang.
“Jong In? Jong In
kau dimana?” tanya Nam Gyul yang langsung mengusap air matanya dan berdiri.
“Diatas” jawab Jong
In.
“Jo-Jong In. Apa
yang kau lakukan diatas pohon?”
BUUUK…
Jong In melompat dari atas pohon dan
turun tepat di hadapan Nam Gyul.
“Jong In” ucap Nam
Gyul yang langsung memeluk Jong In.
“Mianhae. Jeongmal
Mianhae”
“Aniyo. Kau tidak
salah Nam Gyul.
“Ani. Aku sudah
menampar mu dan memaki mu”
“Aku mengerti.
Kalau aku jadi kamu, mungkin aku juga akan melakukan itu”
“Neomu Chuwayo”
ucap Nam Gyul sambil menatap mata Jong In.
“Ka-kau menyukai
ku?” tanya Jong In tak percaya.
“Ne. Neomu neomu
neomu chuwayo” ucap Nam Gyul.
“Ne, saranghaeyo
chagiya” balas Jong In.
Bertepatan angin lembut berhembus
diantara mereka, kutukan Jong In hilang dan semua ingatan orang tentang Jong In
adalah manusia serigala orang kecuali Nam Gyul, juga ikut lenyap dibawa
hembusan angin itu.
“Waeyo?” tanya Nam
Gyul.
“Ak-aku…”
“Wae?”
“Kutukan itu
hilang, rasa lapar ku dengan darah dan daging juga hilang. Aku menjadi manusia
normal, Chagiya”
“Jinjja?
“Ne” jawab Jong In.
Tanpa sadar, Nam Gyul langsung
mencium pipi kiri Jong In. Jong In terkejut dan spontan terdiam.
“Mi-mianhae” ucap
Nam Gyul.
“A-an-aniyo” Jong
In gagap sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
*~*~*~*
Kantin sekolah…
“Kalian jadian?”
tanya Min Jung tak percaya.
“Ne” jawab Nam Gyul
dan Jong In bersamaan.
“Waah…benarkan.
Sudah dari awal Jong In menjadi murid sekolah disini, aku sudah bisa membaca
aura cintanya” jelas Min Jung.
“Chukkae” ucap Yi
Xing.
“Ne, gomawo” ujar
Jong In.
“Semoga hubungan
kalian lenggang sampai akhir hayat” do’a tulus Yi Xing.
“Hemh” jawab Nam
Gyul tersenyum.
Nam Gyul dan Jong In pun bertatapan.
Dimata mereka tertulis bahwa mereka sudah terikat cinta sejati selamanya.
=>The End<=
Iyeeey….The End.
Waah…gimana? sangat bagus, bagus, cukup bagus, cukup, atau lejek #jelek kali
thor. Hehehe XD…Nah, sudah terjawabkan penasaran kalian di Part 1. Gimana, apa
kalian ngerasa anget-anget ato hot feel #lo kencing ya thor? maksudnya kalian
sudah merasa apa nggak kalau cerita tersebut adalah diri kalian sendiri. Author
ngerasa lo, tpi sm aa’ Kris #kedip2. Yah sudah, author akan mundur diri
dulu…sampai ketemu di fanfic selanjtnya ya. Annyeonghi Gyeseyo ^^ #tunduk
bareng Kris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar