PLAY FULL
LOVE
Author : Han Hyo Mi
Main Cast :
Resiana as Oh Hani, No Minwoo-Boyfriend, Oh Sehun-EXO K, Shi Minyeon, Gum Boah
dan Cecilia Van Fender
Genre :
Romantic and House Life
For :
15 +
Soundtrack :
SNSD_Echo
Annyeong…ketemu lagi sama Author Polepel
kalian #wkwkwkwk XD. Judul cerita agak sama dengan Play Full Kiss. Nama pemeran
utamnya juga sama. Tapi, cerita beda dung…ini ide Author sendiri hasil penelitian
Author bareng Kris gege #wakay… Penelitian ini didapat dari kisah co cweeet
Author bareng Kris gege #Kris muntah-muntah. Cerita ini masih request dari
chingu author, yaitu Anna sajja fairy bla bla bla #panjang bengat. Cerita ini
bakalan kurang lebih sampai tiga part karena, sengaja author bikin detail
ketika bagian co cweeet-nya *o* heheheh. Namanya juga House Life…tanpa busa
basi, kita langsung aja ke kandang Minwoo… #diseret Resi.
^~^~^~^
Dengan
setia yeoja itu berdiri di depan pagar rumahnya menunggu namjachingu-nya menjemput.
Sambil menggoyang-goyangkan tas kecilnya, ia tetap tersenyum menunggu namja
itu. Tak lama, namja yang ia tunggu datang dengan senyuman yang membuat yeoja
itu sumringah.
“Apa aku lama?” tanya namja itu setelah
membuka helmnya.
“Ani. Cuman 5 menit saja. Kajja!” ucap yeoja
itu sambil menaiki motor namjachingu-nya.
“Kita mau kemana?” tanya yeoja itu.
“Emh…nanti kau lihat saja sendiri” jawab namja
itu sambil tersenyum.
Yeoja itu hanya diam dan
memperat pegangannya di pinggang namjachingu-nya. Ia merasakan kehangatan
disana. Ia tak ingin kehilangan kehangatan itu. Karena terhanyut, yoeja itu tak
sadarkan diri.
“Yaa! Kau mau terus seperti ini?” tanya
namjachingu-nya.
“Hah? Ki-kita sudah sampai?”
“Hah…ppali, turun”
“Hahaha, mi-mianhae”
“Hehe” namja itu hanya terkekeh.
“Ini dimana, Oppa?”
“Ikuti saja aku!” perintah namja itu seraya
memegang erat tangan yeojachingu-nya.
Mereka
berdua pun memasuki sebuah pagar yang didalamnya terpapar sebuah taman bunga nan
luas disana. Mereka masih berjalan, hingga akhirnya sampai di ujung sebuah
danau yang berhamburan lilin di sana.
“Apa nama anda Sehun?” jawab seorang pelayan
perempuan.
“Ne” jawab namja yang adalah Sehun itu.
“Silahkan ikuti saya!” perintah pelayan itu.
Mereka
berdua pun mengikuti pelayan itu. Yeoja yang sedari kebingungan hanya berjalan
dibelakang Sehun. Sampailah mereka dipinggir danau yang telah disediakan dua
bangku dan satu meja.
“Silahkan! Semoga kalian berdua menikmati”
ucap pelayan itu seraya pergi dari hadapan mereka berdua.
“Wah…indah sekali. Oppa yang melakukan semua
ini?” tanya yeoja itu seraya duduk di kursi yang telah ditarik oleh Sehun.
“Eh, tidak sepenuhnya. Sebenarnya, ini rencana
Boah”
“Hah? Boah?”
“Ne, hehehe” Sehun terkekeh.
“Ihs…awas kau Boah!” ucap yeoja itu sambil
mengepal tangan kanannya.
“Kenapa kau marah?”
“Gara-gara Boah, Oppa harus repot-repot
melakukan ini”
“Ah, gwaencana. Ini hanya sekedar perayaan
kelulusan kita saja” jawab namja itu seraya menumpahkan minuman ke gelas
yeojachingu-nya itu.
“Hani?” Sehun memanggil yeojachingu-nya.
“Ne?”
“Kau akan kuliah dimana?”
“Aku…aku akan kuliah di Universitas Nasional
Seoul. Wae?”
“Ani. Aku akan kuliah di Universitas
kedokteran”
“Jinjja? Wah…ternyata Oppa benar-benar akan
menjadi dokter”
“Emh. Lalu, kenapa kau tidak mengambil mata kuliah
Modeling? bukannya kau suka menjadi Model?”
“Tidak saja. Aku hanya menyukai peran ku
sebagai Photografer”
“Oh…”
“Karena kalau menjadi potografer bisa bekerja
sambil berpetualang. Kalau model, hanya berjalan dan bergaya saja” jelas Hani.
“Hemh” Sehun tersenyum.
Mereka
pun menghabiskan malam itu sambil berbincang-bincang tentang kemana mereka akan
melanjutkan sekolah mereka. Walaupun sekolah mereka terpisah, mereka tak ingin
membuat hubungan yang sudah berjalan 2 tahun itu tergoyahkan.
Sementara
itu, kedua orang tua Hani sedang makan malam bersama dengan teman lama yang
sudah sukses dalam bisnis kerjanya di berbagai Negara. Maka dari itu, kedua
orang tua Hani ingin menggabungkan Perusahannya bersama Perusahaan teman
lamanya itu.
“Dimana gadis kecil mu?” tanya istri dari
teman lama Ayah Hani.
“Ah, sayang sekali. Dia sedang makan malam
bersama dengan temannya diluar”
“Jinjjayo? Padahal aku sangat merindukanya”
jawab istri dari teman lama Ayah Hani.
“Kau sudah besar ya, No Minwoo” ucap Ayah
Hani.
“Ne, Ajussi” jawab Minwoo anak dari teman lama
Ayah Hani.
“Kapan kami bisa melihat anak gadis mu?” tanya
Ayah Minwoo.
“Secepatnya” jawab Ayah Hani.
“Sayang sekali, Minwoo tidak pernah
melihatnya” ketus Ibu Minwoo.
“Ne. Ketika Minwoo berumur 3 tahun, ia sudah dibawa Haraboji-nya
ke Paris” lanjut Ayah Minwoo.
“Ne. Makanya kami sangat terkejut saat melihat
Minwoo sudah begitu besar. Padahal, waktu di poto ia masih imut dan mungil
sekali” ujar Ibu Hani.
“Emh, bagaimana? apa kau setuju kalau seminggu
lagi kita adakan rapat pertemuan di perusahan ku?” tanya Ayah Minwoo.
‘Huft…mendengar bisnis mereka sungguh
membosankan. Coba aku tidak ikut mereka tadi’ ucap Minwoo dalam hati.
Besok
paginya, Hani bangun lebih awal. Karena, ia akan bergegas mendaftarkan diri ke
Universitas Nasional Seoul bersama Boah sahabat karibnya. Sebelum menuju
kampus, ia terlebih dahulu menjemput Boah dirumah dan akan berangkat
menggunakan bus.
“Kau sudah bawa formulirnya?” tanya Boah pada
Hani saat di bus.
“Ne. Kau?”
“Ne” jawab Boah.
Sesampai
dikampus, mereka bergegas ke ruang daftar untuk mengumpulkan formulir mereka.
Mereka begitu terkejut saat melihat antriannya begitu panjang hingga keluar
dari ruangan pendaftaran.
“Aigo! Panjang sekali” ucap Boah.
“Hah, mana panas lagi” keluh Hani.
“Ne. Coba aku bawa kipas angin dari rumah?”
ide konyol Boah.
“Heh? dasar pabo. Kau mau colok listriknya
dimana? dihidung mu?” tunjuk Hani ke hidung Boah. Boah hanya manyun mendengar
Hani dan melemparkan tangan sahabatnya itu.
1
jam kemudian, akhirnya mereka selesai mengantri pendaftaran kuliah mereka.
Keringat mereka tak berhenti mengalir sejak mengantri.
“Akhirnya, aku bisa keluar dari ruangan itu.
Aku benar-benar seperti mandi keringat” ujar Hani sambil menarik-narik kerah
bajunya.
“Kajja, kita cari yang dingin-dingin!” ajak
Boah untuk pulang.
Sambil
berbincang-bincang, mata mereka tetap menelusuri pinggiran jalan untuk mencari
sesuatu yang dapat menyegarkan tubuh mereka.
“Itu, ppali kita beli es krim!” Boah menarik
lengan Hani tiba-tiba.
“Ah, n-ne” jawab Hani sambil berlari-lari
karena Boah menariknya.
“Kau mau rasa apa? biar aku yang traktir” ujar
Boah sesampai di tempat penjualan es krim.
“Aku rasa krim vanilla saja” jawab Hani.
“O.k. Satu krim vanilla dan satunya cokelat
biscuit” ucap Boah kepada Bibi penjual.
“Ne. Tunggu sebentar, ya?” ucap Bibi itu
seraya membuatkan es krim pesanan mereka.
“Ini, es krimnya!” ujar Bibi itu.
“Ne, khamsahamnida” balas Boah mengambil kedua
es krim pesanannya.
“Ini!” ujar Boah memberikan es krim pesanan
Hani.
“Ne, gomawo” ucap Hani seraya begitu segar
melihat warna putih dingin yang menyegarkan di tangannya itu.
BUUUK…
“HAH” es krim Hani jatuh ke baju kaosnya.
Seorang namja menabrak pundak belakangnya dan membuat es krim itu mengotori
baju kaosnya.
“Gwaencanayo?” tanya Boah.
“YAA! kau!” teriak Hani.
“Mwo?” tanya namja itu dengan seorang yeoja di
sampingnya.
“Kau bilang mwo? kau tidak lihat kau mengotori
baju ku, hah?” ucap Hani dengan emosi mulai menyelimuti hatinya.
“Kau kan tinggal cuci” ketus namja itu.
“MWO?”
“Sudah-sudah. Jeongmal mianhae. Namjachinguku
sedikit ada masalah, makanya dia seperti ini”
“Peduli apa aku dengan masalahnya?
setidaknyakan dia minta maaf”
“Bilag saja kau hanya minta perhatian saja”
ketus namja itu.
“Sudahlah, ini tisu” ucap Boah memberikan tisu
pada Hani.
“Aku benar-benar tidak ikhlas” ketus Hani.
“Ini!” ujar yeojachingu namja itu memberikan sapu
tangannya pada Hani.
“Untuk apa kau berikan padanya?” ketus namja
itu tidak setuju.
“Sudahlah. Kan cuman sapu tangan” jawab yeoja
itu.
“Khamsahamnida, eonnie” ucap Hani. Namaja itu
hanya membuang wajahya dari Hani.
“Ne, cheonma. Jeongmal mianhe” ucap perempuan
yang lebih tua di antara mereka dan namja itu.
“Ne, gwaencana”
“Kajja, kita pergi!” ucap eonnie itu seraya
menggandeng namjachingu-nya lebih muda darinya.
“Apa kau masih kepikiran soal aku akan pindah
ke Paris?” tanya eonnie itu.
“…” namja itu hanya diam.
“Minwoo membosankan” ketus eonnie itu.
“Ne, gwaencana” akhirnya Minwoo berbicara.
“Kita masih punya banyak waktu sampai malam
kan?” ucap eonnie itu.
“Itu kurang, Minyeon” jawab Minwoo.
“Hahaha, kau ini” jawab Minyeon.
“Yeoja-nya baik dan ramah, tapi namja-nya
dingin dan gak sopan” ketus Boah sambil menjilat es krimnya.
“Makanya, jangan hanya lihat tampangnya” ucap
Hani yang masih sibuk membersihkan bajunya yang kotor.
Rumah…
Sorenya
setelah kejadian itu, Hani telah kedatangan bad moodnya yang membuat mendung
hatinya. Ia benar-benar tak ingin melakukan apa-apa.
“Hani, Oh Hani” panggil Ibunya dari bawah.
“Mwo?” jawab Hani lemas.
“Cepat mandi dan pakailah baju dress yang
bagus” lanjut Ibunya.
“Baju dress? untuk apa eomma?” tanya Hani
seraya bangkit dari tempat tidurnya.
“Pakai saja. Setelah selesai temui eomma
dibawah”
“Ne” jawab Hani sambil masuk ke kamar mandi.
15
menit kemudian, Hani selesai mandi dan berpakaian rapi. Ia pun turun menemui
Ibunya diruang tengah.
“Mwoya eomma?” tanya Hani lemas.
“Ini!” ujar Ibunya memasangkan pita kupu-kupu
kecil berwarna krim di rambut anaknya itu.
“Hah? Pita?”
“Ini alamat yang harus kamu tuju. Ingat, jangan
pulang kalau kau tidak sampai ketemu orang yang duduk di meja nomor 2 ini!”
perintah Ibunya.
“Hah? Apa ini? Orang siapa?” tanya Hani
bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Ikuti saja kata-kata eomma” saran Ibunya
sambil memusut lembut pundak anaknya.
“Ne” jawab Hani lemas.
Hani
pun berangkat menggunakan bus. Entah kenapa, Hani merasa biasa jika menggunakan
bus ketimbang naik mobil. Padahal Ayahnya telah membelikan mobil untuknya
ketika ulang tahun.
“Restoran Sea Food, bukannya itu Restoran yang
sering aku kunjungi waktu kecil. Memangnya, ada apa disana?” ucap Hani sendiri.
Sesampai
di Restoran Sea Food, ia langsung masuk ke dalam Restoran itu. Baru saja
memasuki pintunya, ia sudah di sambut seorang pelayan namja.
“Ada bisa yang saya bantu?” tanya pelayan
namja itu.
“Meja nomor 2 dimana?” tanya Hani.
“Itu, disana! Biar saya antar” ujar pelayan
namja itu.
“Ne” jawab Hani seraya mengikuti pelayan namja
itu dari belakang. Setelah sampai di meja nomor 2, pelayan itu menundukan
badannya dan pergi.
“Kau?” ketus Minwoo yang duduk di meja nomor
2.
“K-kau?” ucap Hani gagap.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya namja itu
dengan wajah terkejut.
“Mwo? Seharusnya aku yang bilag seperti itu”
ketus Hani.
“Hah, apa-apaan ini?” ujar Minwoo yang bangkit
dari duduknya.
“Mau kemana tuan. Pesanannya sudah datang”
ujar seorang pelayan yeoja datang menhampiri mereka. Dengan berat hati, mereka
berdua pun duduk di kursi itu.
Sudah
5 menit berlalu, keadaan mereka masih saja hening. Mata mereka pun tak pernah
bertatapan, mereka hanya menatap ke lain arah.
“Huh…haus” ucap Hani yang langsung meraih jus
jeruk di hadapannya.
“Haus” ucap Minwoo meraih jus jeruknya juga
dan menarik-narik kerah bajunya.
Tak
disangka, disana meraka saling beradu minum jus jeruk. Setelah habis segelas,
mereka akan memesan lagi dan itu terulang dan terulang.
“La..gi..” ucap Hani yang mulai sekarat.
“Yaa! Sudah sekerat, masih saja ingin lagi”
ketus Minwoo yang juga sekarat.
“Masalah buat kamu?” ucap Hani.
Drrrtt…Drrrttt (getaran Hp)
“Yeoboseyo?”
“Kau
dimana, chagi-ya?” ucap Se Hun.
“Aku di Restoran Sea Food. Waeyo?”
“Kau
bisa temani aku beli kado untuk Eomma ku?” ujar Se Hun.
“Emh…ne. Eomma Oppa hari ini ulang tahun?”
“Ne”
“Oh…jemput saja aku di depan Restoran Sea
Food”
“Baiklah.
Tunggu Oppa!”
“N-Ne~” balas Hani gemetaran.
“Gwaencanayo?”
“Hah? Ne gwaencana, Hahaha” Hani tertawa
terpaksa. Sehun pun langsung mematikan sambungan teleponnya.
“Heh, pabo” ucap Minwoo sangat pelan.
“Aku pergi. Aku tidak ada waktu untuk bertemu
denganmu. Aku kesini hanya membuang-buang waktu saja” ucap Hani seraya bangkit
dari tempat duduk dan pergi keluar Restoran itu.
“Dia pikir dia saja yang mengira begitu.
Waktuku lebih berharga darinya” ketus Minwoo yang masih duduk di kursinya.
Gruuuk…
“Aduh…perut ku sakit. Kenapa ini?” Minwoo yang
mules-mules.
“Toilet, toilet…” ucap Minwoo yang berlari
mencari toilet.
Mall…
Hani dan Sehun pun mulai berkeliling dilantai atas bagian toko
perhiasan. Sehun ingin membelikan kado untuk Eomma-nya sebuah kalung.
“Aku ingin lihat yang ini” ucap Se Hun.
“Ne” jawab pemilik toko itu seraya
mengambilkan kalung yang di tunjuk Sehun.
“Apa ini bagus?” tanya Sehun pada Hani.
“Hah? ne?” tanya Hani yang tengah menahan
sakit perutnya.
“Gwaencanayo?” tanya Sehun khawatir.
“Hahaha, gwaencana. Ada apa?”
“Apa kalung ini cocok untuk Eomma-ku?”
“Emh…ne. Cocok” jawab Hani.
“Baiklah. Aku akan membeli yang ini” uap
Sehun.
Gruuuk…
‘Aduh…perut ku mules. Ja-jangan-jangan gara-gara
minum Jus Jeruk kebanyakan lagi? aduh…toilet dimana…’ keluh Hani dalam hati
sambil memegang perutnya.
“Op-oppa, ak-aku ing-ingin ke toilet” ucap
Hani gagap.
“Ne? Oh…ne. Perlu ku antar?” tanya Sehun.
“Ani. Oppa tunggu disini saja” ucap Hani
dengan keringat dingin bercucuran. Hani pun langsung berlari ke Toilet.
“Huah…leganya!” ucap Hani di dalam Toilet.
^~^~^~^
Pagi
yang cerah. Matahari yang sudah naik nan terang. Membuat mata indah namja itu
bergerak perlahan membukanya.
“Emh…” Minwoo melonggar-longgarkan tubuhnya di
tempat tidur.
“Jam berapa ini?” tanya Minwoo sambil
mengambil jam wekernya di meja lampu.
“MWO? 07.45?” Minwoo shock.
Ia
langsung meloncat dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dalam 10 menit Minwoo
selesai mandi dan membongkar lemarinya untuk berpakaian.
Waktu
tertinggal 5 menit lagi untuk menuju bandara Inchoen. Minwoo langsung menaiki
mobilnya dan mengendarai dengan kecepatan maksimal. Sesampai di sana, ia
langsung berlari dan menulusuri setiap ruang tunggu yang berbeda.
“Huh…dimana dia?” ucap Minyeon.
“Hah, Minwoo?” ujar Minyeon yang melihat
namjachingu-nya berlari kearahnya.
“Hah…hah…hah” Minwoo terengah-engah.
“Kau telat!” ucap Minyeon dengan menekuk
wajahnya.
“Mi-mianhae. Ak-aku kemarin BAB terus”
“BAB terus? Kau keracunan?” tanya Minyeon.
“Ani. Aku terlalu banyak minum Jus Jeruk
makanya perut ku masih agak mules sampai sekarang” jawab Minwoo seraya duduk di
kursi tunggu.
“Mianhae” ucap Minyeon seraya memegang
punggung tangan Minwoo.
“Hahah. Aniyo. Gwaencana” jawab Minwoo sambil
menatap yeojachingu-nya itu.
Panggilan
pesawat Minyeon sudah bertanda. Satu kecupan di pipi kiri Minwoo dilukis lembut
oleh Minyeon.
“Aku akan menunggumu” ucap Minyeon seraya
berdiri dan meninggalkan Minwoo.
“Hah…” Minwoo hanya menghela nafasnya dan
menyandarkan kepalanya ke kursi.
Sementara
itu, Hani masih berputar-putar di tempat tidur untuk mencari posisi yang enak
untuk melonggar-longgarkan tubuhnya alias perutnya yang masih terasa mules.
“Hani, Oh Hani!” teriak Ibunya setiap pagi.
“Ah…” Hani memelas.
“Ppali, kau harus mandi. Appa sudah menunggu
di ruang tamu” perintah Eomma-nya yang menarik Hani.
“Mwoya? Hari ini kan libur” ucap Hani dengan
terpaksa bangun.
“Hari kau tunangan, Hani” ucap Ibunya.
“Oh…tunangan. MWO TUNANGAN??”
Aula
Hotel Sweet Paris…
“Ah…apa-apaan ini? EOMMA APPPA…TUNANGAN APA
INI?” Hani terus bertanya dan berteriak di sepanjang ke Aula.
“Ikut saja, kau akan tahu sendiri” ujar
Ibunya.
“ANDWE. AKU SUDAH PACARAN SAMA SEHUN, EOMMA”
Hani berteriak.
“Tapikan…” ucap Ibunya terpotong.
Hani
berbalik dan berlari sekuat tenaga agar dapat kabur dari kedua orang tuanya. Ia
tak memperdulikan tindakan konyol orang tuanya itu. Yang penting ia lari, lari
dan…
“HAH?” mata Hani membulat sempurna melihat
namja yang datang dari hadapannya.
“Kau?” ujar Hani.
“Kau?” ujar Minwoo.
“OH HANI” teriak Ibunya dan diikuti oleh
Ayahnya.
“Ah, andwe” ucap Hani yang ingin berlari lagi.
Tapi, Minwoo malah menghalanginya.
“Yaa! Minggir kau” Hani mendorong Minwoo.
“Yaa! Kau yang seharusnya minggir” ujar Minwoo
yang membela diri.
“Siapa dia? Kau mengenalnya?” tanya Ibu
Minwoo.
“Ani” jawab Minwoo singkat.
‘Mwo? syukur aku benar-benar belum
mengenalnya’ ucap Hani dalam hati.
“Hah, Kalian sudah datang?” ucap Ayah Hani.
“Ne. Oh, ini anak yeoja kalian?” tanya Ayah
Minwoo.
“Ne. Perkenalkan dirimu” senggol Ibu Hani
kepada Hani.
“Hah, e…jeoneun Oh Hani imnida” ucap Hani
menduduk kaku.
“Jeoneun Minwoo imnida” perkenalannya tanpa
diberi aba-aba.
“Kalian siap?” tanya Ayah Minwoo.
“Siap? Siap apa?” tanya Hani dan Minwoo
bersamaan.
“Tunangan” jawab Ayah Hani.
“MWO??” ujar Minwoo dan Hani bersamaan.
‘Apa-apaan dia ikut-ikut aku?’ ucap Minwoo di
hati.
“Sebaiknya kita bicarakan ini baik-baik dulu”
ujar Ayah Minwoo yang mengajak ke Restoran Hotel itu.
Sesampai
di Restorannya, mereka duduk di sebuah meja makan melingkar yang memiliki 6
kursi. Hani duduk berhadapan dengan Minwoo. Tapi, Hani sedari tadi terus
menundukkan kepalanya.
“Kami ingin kalian bertunangan. Kami sudah
merencakannya sejak kalian kecil” ucap Ibu Minwoo yang memulai pembicaraan.
“Ya, untuk mempererat ikatan silaturahmi
pertemanan kami” sahut Ibu Hani.
“Tapi, Eomma…aku sudah memiliki namjachingu.
Gak akan segampang itu aku tiba-tiba tunangan dengan namja yang tak ku kenal”
jawab Hani yang langsung mengangkat kepalanya.
“Ne. Aku juga memiliki yeojachingu” sambung
Minwoo yang tak mau diam.
“Tapi, Minyeon meninggalkan mu kan? dia pindah
ke Paris kan? Kita tidak tahu kalau-kalau dia memiliki namjachingu baru disana.
Mana lagi dia seorang Model” jelas Ibu Minwoo.
“Dia tidak mungkin seperti itu. Dia hanya
mencintaiku” lawan Minwoo.
“Berpacaran dengan orang yang lebih tua dan
jarak jauh itu tidak akan selamanya akan awet” ujar Ayah Minwoo.
“Eomma juga sudah tidak setuju dari dulu kau
dengannya” sambung Ibunya.
“Heh, kenapa kalian baru bilang sekarang?
Kenapa kalian tidak melarang ku dari dulu?” Minwoo mulai naik darah.
“Kalian sudah terlanjur berpacaran tanpa
sepengetahuan kami” jawab Ayahnya.
“Oh, arraseo” jawab Minwoo dengan nada tinggi.
BLAK…
Minwoo
bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan mereka. Hani hanya terdiam dan
agak gemetaran melihat Minwoo yang membentak.
“Se-sebaiknya pertunangan ini di tunda saja.
Berikan kami waktu untuk memikirkannya” ucap Hani.
“Mungkin benar apa kata Hani. Minwoo saja
terlihat shock” ucap Ayah Hani.
“Baiklah. Kita beri waktu satu minggu” ucap
Ayah Minwoo.
‘Mwo? sa-satu minggu?’ pikir Hani.
“Ah…hahah” Hani terkekeh pelan.
Hani
tidak pulang bersama kedua orang tuanya. Ia memilih berjalan-jalan untuk
menenangkan sedikit kejadian konyol hari ini. Ia berjalan dengan gontai sambil
menggoyang-goyangkan tasnya.
“Eotteohke? Apa yang harus ku katakan dengan
Oppa? Hah…” Hani menghelas nafasnya panjang.
Drrrt… Drrrt…
“Yoboeseyo?” jawab Hani.
“Yoboeseyo.
Kau dimana sekarang?” tanya Boah.
“Dijalan”
“Jalan
dimana?”
“Aku lagi jalan-jalan. Wae?”
“Hari
ini pengumuman mahasiswa yang akan masuk ke Universtas Nasional Seoul. Kita
kesana, o.k?”
“Eh…” Hani belum sempat menjawab.
“Kita
ketemu di kampus saja. Anyyeong”
“Hah…n-ne” jawab Hani gagap. Boah pun langsung menutup teleponnya dan
bergegas ke kampus. Hani langsung berjalan ke halte bus dan pergi ke kampusnya.
Setelah
sampai di pemberhentian halte yang dekat dengan kampus, Hani langsung berjalan kearah
kampusnya. Terlihat Boah yang celingak-celinguk menunggu Hani di depan gerbang
kampusnya. Hani tetap saja berjalan dengan gontainya.
“Oh Hani!” Boah berteriak menghampiri.
“Boah?” ucap Hani.
“Kajja!” Boah menarik lengan Hani dan berlari
menuju mading kampus.
Mereka
harus berdesak-desakan dengan mahasiswa lainnya yang lebih dulu berdiri di
depan mereka. Sesekali Boah dan Hani berjingkit agar dapat melihat nama mereka.
“Aduh…gak kelihatan nih!” keluh Boah yang
mencoba menerobos ke dalam kerumunan.
“Udah ah, cape” Hani menyerah dan duduk di
teras didepan mading.
“Per…mi…si…!” Boah menerobos masuk dan
berhasil. Sedangkan Hani, hanya duduk dan menopang dagu.
“Hani, kita masuk. Kau Di peringkat 5 dan aku
8” ucap Boah yang sudah duduk di samping Hani.
“Jinjja?” tanya Hani lemas.
“Waeyo? kau tidak senang?” tanya Boah.
“Eotteohke?” tanya Hani.
“Waeyo?” Boah bingung.
“Aku ditunangkan sama orang yang gak aku
kenal” jelas Hani.
“Mwo? Si-siapa?”
“Minwoo. Namja yang membuat baju ku ketumpahan
es krim waktu itu” jawab Hani.
“Namja itu? Kok bisa?”
“Orang tuanya adalah teman orang tua ku” jawab
Hani makin lemes.
“Eo-eottehke…ak-aku juga bingung. Apa alasan
mereka menjodohkan kalian?” tanya Boah.
“Silatuhrahmi” jawab Hani singkat.
“Silatuhrahmi?”
“Ne” jawab Hani.
“Apa yang harus aku katakan dengan Sehun
Oppa?” lanjut Hani.
“Eh…menurutku sebaiknya kau bicarakan saja
dengan kedua orang tuamu secara baik-baik. Mungkin saja mereka mengerti dengan
posisimu” saran Boah.
“Semoga” respon Hani.
Dirumah…
Hani
sedang makan malam bersama Ayah dan Ibunya. Awalnya mereka sangat hening dan
kemudian Ayah Hani membuyarkan keheningan itu.
“Kami sudah berencana akan langsung menikahkan
kalian. Tanpa, acara tunangan” ucap Ayah Hani.
“M-mwo?” Hani terkejut.
“Ne. Lebih cepat lebih baik” ujar Ibunya.
“Kurasa lebih buruk” jawab Hani.
“Wae?” tanya Ibunya.
“Wae? kalian bilang wae? Aku hanya mencintai
Sehun dan sekarang kalian memaksa ku menikah dengan namja yang takku kenal?
ANDWE” ujar Hani yang menekan kata Andwe.
“Lama-lama juga kalian akan saling kenal kok.
Lagi pula Sehun tak satu kampus denganmu. Jangan-jangan dia bisa memiliki pac…”
kata-kata Ibunya terpotong.
“ANDWE. Oppa tidak mungkin seperti itu. Aku
sudah menjadi yeojachingu-nya selama 2 tahun. Aku sudah mengenal Oppa sangat
dalam” jawab Hani.
“Sebenarnya, apa sih yang ada dipikiran kalian
ini? Jika untuk alasan silaturahmi saja, itu tidak sampai harus kepernikahan
kan?” lanjut Hani dengan emosi meningkat.
“Tidak hanya itu. Ini juga urusan bisnis Appa”
“Bisnis? Bisnis Appa? Jadi, Appa merelakan
cinta ku hanya untuk bisnis Appa, begitu?”
“Ani. Ini untuk memperat ikatan kita saja.
Selain itu, kamu tahukan keadaan kantor Appa yang mulai kritis?” jawab Ayahnya.
“Kalian benar-benar EGOIS. Aku tidak nafsu
makan sekarang!” ucap Hani seraya meninggalkan meja makan dan pergi ke
kamarnya.
Hani
langsung melempar tubuhnya ke tempat tidur. Ia tarik selimutnya dan mencoba
menenangkan hatinya sejenak.
‘MEREKA EGOIS’ teriak Hani di dalam hati.
Tak
lama butiran-butiran bening mengalir di ujung mata Hani. Ia lekas hapus air
matanya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
^~^~^~^
Pagi
ini, Hani mengajak Sehun untuk bertemu di caffe yang sering ia kunjungi bersama
Sehun. Hani datang lebih dulu dan sudah memesan satu gelas susu vanilla krim
untuknya sambil menunggu Sehun. Ia memusut gelas susunya dengan perasaan yang
campur aduk sekarang. Rasa bingung, gelisah dan takut menghantuinya.
“Hani!” panggil Sehun yang memanggilnya dari
pintu caffe.
“Oppa” jawab Hani sumringah.
“Ada apa?” tanya Sehun seraya duduk di depan
yeoja-nya itu.
“Eh, Oppa mau pesan apa?” Hani mengalihkan
pembicaraan.
“Eh…aku Es susu saja” ucap Sehun.
“Satu gelas Es Susu” Hani berteriak memesan
pada pelayan di kasir.
“Ne” jawab pelayan itu.
“Begini…aku bingung harus memulainya
darimana?” ujar Hani.
“Eh, mulai dari yang menurut mu gampang saja”
jawab Sehun.
“Ini Es Susunya” ujar pelayan itu
meletakkannya di dekat Sehun.
“Ne, khamsahamnida” ucap Sehun.
“Ne, cheonma” jawab pelayan itu.
“Aku akan dijodohkan bersama namja lain oleh
orang tua ku” ucap Hani dengan rasa yang berat dan sesak.
“M-mwo? di-dijodohkan?” tanya Sehun gagap.
“Ne. Aku bingung dan aku tidak tahu lagi
bagaimana cara untuk menolaknya. Aku sudah menjelaskan tentang hubungan kita.
Tapi, mereka benar-benar egois” jelas Hani dengan mata mulai berair.
“Apa alasannya?” tanya Sehun.
“Bisnis”
“Bisnis?”
“Ne”
“Kalau itu sudah keputusan mereka, ya mau
bagaimana lagi”
“Oppa…seharusnya Oppa membantu ku untuk
mencari solusinya. Bukan menyerah begini” ujar Hani.
“Mungkin ini sudah jalan yang terbaik”
“Oppa, jangan berkata begitu. Aku hanya
mencintai Oppa. Aku hanya milik Oppa” ujar Hani yang mulai tak dapat menahan
air matanya.
“Arraseoh. Aku juga. Tapi, kalau sudah begini.
Kita bisa apa?” ucap Sehun yang menggenggam kedua telapak tangan Hani.
“Aku tak rela kalau begini. Ak…” kata-kata
Hani terpotong.
Chup…~
Sehun
mencium pipi kanan Hani yang basah karena air mata itu. Hani merasakan
kehangatan disana.
“Apa pun yang terjadi, aku tetap mencintai
chagi-ya ku” ucap Sehun yang menatap mata yeoja-nya itu.
Hani
tak dapat berkata-kata karena air matanya semakin deras dan tak dapat berhenti.
Ia menggenggam kuat tangan namja-nya itu. Sehun tersenyum dan menghapus air
mata yeoja-nya itu.
^~^~^~^
Sehari
sebelum pernikahan Hani dan Minwoo, Hani mengirim pesan pada Minwoo untuk
bertemu sebentar di depan halte bus yang tak jauh dari rumahnya. Hani sudah
menunggu lebih dulu dan duduk di sana.
“Ada apa?” tanya Minwoo yang datang dari
samping.
“Besok pernikahan kita. Ada yang harus ku
katakan” ujar Hani yang pandangannya terus kedepan.
“Apa? Cepat saja! Aku punya tidak banyak
waktu” ujar Minwoo.
“Setelah kita menikah, kita harus jaga jarak.
Awas kalau kau berani-berani menyentuh ku!” ucap Hani.
“Heh, dasar yeoja murahan. Kau kira aku mau
menyentuh mu, hah?”
“Kalau saja. Kita kan tidak tahu. Ah, satu
lagi. Jangan pernah ikut campur masalah pribadi kita masing-masing” ujar Hani.
“It’s o.k” jawab Minwoo dengan nada sombong.
“Oh ya, ingat! Kau tidak akan pernah bisa
menjadi istri ku” lanjut Minwoo sebelum benar-benar pergi.
Hani
yang mendengar itu sentak menegakkan duduknya. Kata-kata itu benar-benar kasar.
Membuat Hani begitu sakit dan merasa benci dengan namja itu.
‘Siapa juga yang sudi jadi istri mu?’ ujar
Hani dalam hati.
Pernikahan…
Gaun
putih panjang dan berhiaskan manik-manik terang di seluruh gaun menutupi bagian
tubuh Hani. Mahkota berlian yang bersinar di balut di rambut gelombangnya.
Riasan natural membuat Hani terlihat benar-benar mempesona di hari itu.
Hani
benar-benar menampakan wajah yang suram dan lusuh karena ia benar-benar tak
berniat untuk menikah dengan namja sombong itu. Boah yang sedari duduk di
sampingnya mencoba menghibur sahabatnya itu.
“Hani, tersenyumlah. Kau tampak jelek kalau
seperti itu di pernikahan mu” ujar Boah.
“Hiks…Hiks…” Hani tiba-tiba menangis.
“Ha-Hani, jangan menangis” ujar Boah yang
mencoba menghapus air mata Hani.
“Hani, setelah kau menikah kau akan ikut ke
Paris bersama Minwoo” ucap Ibunya yang masuk menemui anaknya. Hani langsung
menghapus air matanya.
“…” Hani hanya diam.
“Ja-jadi, dia akan pindah ke sana?” tanya
Boah.
“Ne. Dia akan ikut dengan suaminya. Karena,
Minwoo harus melanjutkan bisnis Appa-nya di sana” ujar Ibu Hani. Hani hanya
memalingkan wajahnya dari Ibunya.
Minwoo
sudah datang dan berdiri di tempat pernikahan mereka. Ibu Hani pun menyuruh
anaknya itu untuk siap-siap. Boah memberikan senyumannya agar Hani dapat
tersenyum. Datanglah Ayah Hani yang ingin menjemput anaknya untuk kepernikahan.
Boah menjadi pendamping yang membawa bunga dan berjalan di depan Ayah Hani dan
Hani.
Mereka
pun mulai keluar menuju kepernikahan. Tirai putih menutupi wajahnya yang lusuh
itu. Mereka berjalan sesuai alunan lagu pengantin. Minwoo terus menatap Hani
yang berjalan kearahnya. Minwoo menyadari kalau Hani sedang menangis di balik
tirai yang menutupi wajahnya itu.
Sampailah
Hani disamping Minwoo. Mereka berdiri berhadapan dengan pendeta disana. Mereka
saling mengucapkan janji pernikahan. Setelah selesai mereka memasangkan cincin
pernikahan mereka dan pendeta menyuruh mereka berdua berciuman.
Hani
langsung menundukkan matanya. Ia tak mau menatap Minwoo sedikit pun. Dengan
berat hati, Minwoo mendekat ke wajah Hani. Minwoo memegang kedua pundak Hani
dan semakin mendekat. Ketika tertinggal dua jari jarak mereka, Minwoo menggeser
bibirnya dan hanya mencium ke ujung bibir Hani. Hani yang menyadari itu
langsung menatap namja dihadapnnya itu.
Sementara
itu, Sehun yang hadir di pernikahan itu hanya dapat menyimpan rasa sakit
hatinya dan menerima semua jalan ini. Pernikahan pun selesai, Hani dan Minwoo
pun langsung berangkat ke Paris untuk pindah. Sehun yang berdiri dari kejauhan
melambaikan tangannya pada Hani. Hani pun melambaikan tangannya. Sebelum
benar-benar pergi, Boah memeluk sahabatnya itu untuk kepergianya. Lagi-lagi
Hani menangis.
^~^~^~^
Peranciss,
Pantai Matira…
Kedua
orang tua Hani dan Minwoo sudah menyiapkan tempat untuk mereka berbulan madu.
Sesampai disana mereka langsung menuju villa yang sudah dipesan oleh orang tua
mereka. Sungguh megah nan mewah sekali villa itu.
“Wah…seperti surga dunia” ujar Hani yang
berbicara sendiri ketika keluar dari mobil.
“Heh…” ketus Minwoo yang meremehkan Hani.
Syukurnya Hani tidak mendengar.
“Itu! Bawa barang-barangmu sendiri!” perintah
Minwoo yang melempar koper Hani.
“Yaa! Bisa gak, gak usah di lempar segala?”
Hani yang emosi.
“…” Minwoo hanya diam dan berjalan mendahului
Hani.
“Yaa! Jakanman” Hani beteriak sambil memungut
koper dan ranselnya.
Sesampai
di villa, mereka sudah disambut dengan suasana cahaya lilin yang bertaburan di
seluruh ruang. Mulai dari ruang tamu, ruang tengah, kamar, kamar mandi hingga
dapur.
“Wah…tempat ini benar-benar romantis. Coba aku
disini bersama Sehun” ucap Hani yang sempat didengar Minwoo.
“Hehrm…” Minwoo berdehem.
“Cih...dia dengar” ketus Hani sambil
berloncat-loncat kecil di tempat tidur.
“Aku ingin ke pantai. Kau mau keluar atau mau
tetap disini? villa ini akan ku kunci” ucap Minwoo seraya mengganti pakaiannya
dengan baju kaos tanpa lengan dan boxer pantai.
“Ja-jakanman. Aku juga ingin ganti pakaian ku”
ujar Hani sambil mengambil pakaian pantainya dan bergegas ke kamar mandi.
Dalam
5 menit, Hani selesai mengganti pakaiannya dengan rok mini dan kaos kentat
tanpa lengan yang pas dibadannya. Minwoo yang berdiri dibalkon menyadari Hani
yang sudah keluar dari kamar mandi.
Belum
sempat berkata-kata, Minwoo terdiam saat melihat Hani dari ujung kepala sampai
ke ujung kaki. ‘Cantik dan sexi’ itulah pikirnya. ‘Lumayan’ lanjut pikirnya.
“Wae? Kau pasti akan bilang aku jelek kan?”
tanya Hani seraya mengambil topi pantainya di tepat tidur.
“Heh, peduli apa aku” ucap Minwoo dingin dan
menggiring Hani keluar dari villa.
“Ihs…” ketus Hani yang mengikuti Minwoo dari
belakang.
Mereka
pun mulai berjalan di pinggir pantai. Tapi, Hani tetap berjalan di belakang
Minwoo. Ia tak ingin berjalan bersama Minwoo. Namja yang ia tak kenal,
menurutnya.
“Kita mau kemana?” tanya Hani.
“…” Minwoo hanya diam.
“Ciih…” ketus Hani jengkel.
Sesampai
dipiggir pantai, mereka mencari tempat untuk merebahkan tubuh mereka. Mereka
menemukan dua tempat di ujung jajaran kursi rebah di pantai itu.
“Huft…membosankan” ujar Hani yang bangun dari
rebahnya.
“Yaa!” panggil Hani menusuk pinggang Minwoo.
“Heh…” ketus Minwoo yang membalik badannya.
“Yaa! Dia tidur. Enak sekali. Hehm….aha, aku
jalan-jalan ah…” ide Hani yang meninggalkan Minwoo.
Hani
berjalan-jalan dan menemukan jajaran toko-toko souvenir disana. Ia berpoto dan
membeli beberapa kalung, gelang dan gantungan kunci dari kerang.
“Haus…panas lagi!” keluh Hani sambil
celingak-celinguk mencari seseorang yang menjual sesuatu yang menyegarkan.
Sementara
itu, Minwoo melonggar-longgarkan tubuhnya dan membuka matanya dari tidur. Ia
lepaskan headshetnya dan duduk. Pantas saja, Hani memanggil Minwoo tidak
mendengarkannya.
“Hah? di-dimana yeoja itu?” Minwoo yang baru menyadari
itu.
“Hah…Hani. Oh Hani” Minwoo berteriak sambil
mencari-cari disekitar pantai itu.
Minwoo pun berlari dan
berkeliling sekitar pantai mencari Hani. Rasa khawatir melanda hati Minwoo.
Jika terjadi sesuatu dengan Hani, dialah yang akan disalahkan. Minwoo terus
mencari, hingga ke pasar kecil di daerah Matira.
“Suuulrp….ah, seger” Hani menghabiskan Es
Kelapanya.
“Huh…itukan Minwoo. Hahaha, dia mencari ku”
Hani tertawa melihat Minwoo dari seberang.
“Kasihan panas-panas. Pasti haus. Lagian aku
dicuekin mulu sih” ucap Hani yang hanya duduk dan membiarkan Minwoo mencarinya.
“Dimana, yeoja cebol itu?” tanya Minwoo pada
dirinya sendiri sambil menyibakkan rambutnya kebelakang.
“It-itu dia!” Minwoo yang akhirnya menyadari
Hani yang duduk di pinggir warung es. Minwoo langsung menghampiri Hani.
“Kau benar-benar…” Minwoo yang geregetan.
“Apa? Mau marah? Salah sendiri kau ceukin aku”
jawab Hani seraya bangkit dari tempat duduknya.
“Kamu memang yeoja PABO! Kau tahu seberapa
khawatirnya aku jika kau kenapa-napa? Kalau kau kenapa-napa, aku yang bakal
kena marah sama orang tua kita” jawab Minwoo sambil memegang kedua pundak Hani.
“Yaa! Gak usah teriak-teriak kenapa? aku gak
budek Haraboji” ucap Hani sambil menurunkan kedua tangan namja itu dengan kasar.
“MWO? HARABOJI?” Minwoo naik darah. Hani tidak
menghiraukannya, ia hanya meninggalkan Minwoo kembali ke villa.
Kamar…
Hari
panas dan sore yang hangat ini, Hani memandikan tubuhnya agar terasa lebih
segar dan nyaman. Ia balutkan handuk kecil ke rambutnya yang ia keramas dan ia
lilit satu handuk sedada dan seatas lutut itu.
Setelah
selesai, ia mencari pakaiannya dilemari yang sudah ia masukan dengan rapi
disana. Baju piyama lengan panjang dan panjangnya selutut telah ia temukan
bersama pakaian dalamnya. Ia tutup lemarinya dan ia berbalik kebelakang.
“HAH?” Hani terkejut melihat Minwoo
dibelakangnya dengan jarak yang sangat dekat. ‘deg deg’ suara jantung Hani.
“Ma-mau apa kau? Kubilang jangan pernah sentuh
aku. Aku tidak akan tinggal diam, jika kau menyentuh ku” tanya Hani gagap
sambil memegang erat handuk di tubuhnya.
“…” Minwoo hanya diam dan meletakkan tangan
kanannya ke lemari yang tepat dibelakang Hani.
“Ja-jangan mendekat!” perintah Hani gagap dan
bingung ingin lari kemana. Karena posisinya yang sudah terjepit itu. Minwoo
tetap diam dan semakin mendekat kearah Hani. Dan….
[TBC]
Ayo kita TBC, Up Up Up #nyanyi ala Gangnam
style. Jiaah entar abang PSY datang
lagi…nah gimana? jelek sekali, jelek, cukup, cukup bagus, bagus, bagus sekali?.
Nah penasaran sama kelanjutannya? Tunggu aja ya…author bakalan lanjutin secepat
mungkin kalau waktu author kosong. kritik dan saran sangat di butuhkan.
Jebal…#buing-buing \*o*/. Annyeonggi Gyeseyo chingu-chingu…pay pay #tebar
jigong bareng Kris gege
Tidak ada komentar:
Posting Komentar