Selamat Datang Di Blog Han Hyo Mi


widget

Kamis, 20 Desember 2012

[Fanfiction] PLAY FULL LOVE Part.1


PLAY FULL LOVE

Author                       : Han Hyo Mi
Main Cast      : Resiana as Oh Hani, No Minwoo-Boyfriend, Oh Sehun-EXO K, Shi Minyeon, Gum Boah dan Cecilia Van Fender
Genre             : Romantic and House Life
For                   : 15 +
Soundtrack    : SNSD_Echo
Annyeong…ketemu lagi sama Author Polepel kalian #wkwkwkwk XD. Judul cerita agak sama dengan Play Full Kiss. Nama pemeran utamnya juga sama. Tapi, cerita beda dung…ini ide Author sendiri hasil penelitian Author bareng Kris gege #wakay… Penelitian ini didapat dari kisah co cweeet Author bareng Kris gege #Kris muntah-muntah. Cerita ini masih request dari chingu author, yaitu Anna sajja fairy bla bla bla #panjang bengat. Cerita ini bakalan kurang lebih sampai tiga part karena, sengaja author bikin detail ketika bagian co cweeet-nya *o* heheheh. Namanya juga House Life…tanpa busa basi, kita langsung aja ke kandang Minwoo… #diseret Resi.
^~^~^~^
                Dengan setia yeoja itu berdiri di depan pagar rumahnya menunggu namjachingu-nya menjemput. Sambil menggoyang-goyangkan tas kecilnya, ia tetap tersenyum menunggu namja itu. Tak lama, namja yang ia tunggu datang dengan senyuman yang membuat yeoja itu sumringah.
“Apa aku lama?” tanya namja itu setelah membuka helmnya.
“Ani. Cuman 5 menit saja. Kajja!” ucap yeoja itu sambil menaiki motor namjachingu-nya.
“Kita mau kemana?” tanya yeoja itu.
“Emh…nanti kau lihat saja sendiri” jawab namja itu sambil tersenyum.
Yeoja itu hanya diam dan memperat pegangannya di pinggang namjachingu-nya. Ia merasakan kehangatan disana. Ia tak ingin kehilangan kehangatan itu. Karena terhanyut, yoeja itu tak sadarkan diri.
“Yaa! Kau mau terus seperti ini?” tanya namjachingu-nya.
“Hah? Ki-kita sudah sampai?”
“Hah…ppali, turun”
“Hahaha, mi-mianhae”
“Hehe” namja itu hanya terkekeh.
“Ini dimana, Oppa?”
“Ikuti saja aku!” perintah namja itu seraya memegang erat tangan yeojachingu-nya.
                Mereka berdua pun memasuki sebuah pagar yang didalamnya terpapar sebuah taman bunga nan luas disana. Mereka masih berjalan, hingga akhirnya sampai di ujung sebuah danau yang berhamburan lilin di sana.
“Apa nama anda Sehun?” jawab seorang pelayan perempuan.
“Ne” jawab namja yang adalah Sehun itu.
“Silahkan ikuti saya!” perintah pelayan itu.
                Mereka berdua pun mengikuti pelayan itu. Yeoja yang sedari kebingungan hanya berjalan dibelakang Sehun. Sampailah mereka dipinggir danau yang telah disediakan dua bangku dan satu meja.
“Silahkan! Semoga kalian berdua menikmati” ucap pelayan itu seraya pergi dari hadapan mereka berdua.
“Wah…indah sekali. Oppa yang melakukan semua ini?” tanya yeoja itu seraya duduk di kursi yang telah ditarik oleh Sehun.
“Eh, tidak sepenuhnya. Sebenarnya, ini rencana Boah”
“Hah? Boah?”
“Ne, hehehe”  Sehun terkekeh.
“Ihs…awas kau Boah!” ucap yeoja itu sambil mengepal tangan kanannya.
“Kenapa kau marah?”
“Gara-gara Boah, Oppa harus repot-repot melakukan ini”
“Ah, gwaencana. Ini hanya sekedar perayaan kelulusan kita saja” jawab namja itu seraya menumpahkan minuman ke gelas yeojachingu-nya itu.
“Hani?” Sehun memanggil yeojachingu-nya.
“Ne?”
“Kau akan kuliah dimana?”
“Aku…aku akan kuliah di Universitas Nasional Seoul. Wae?”
“Ani. Aku akan kuliah di Universitas kedokteran”
“Jinjja? Wah…ternyata Oppa benar-benar akan menjadi dokter”
“Emh. Lalu, kenapa kau tidak mengambil mata kuliah Modeling? bukannya kau suka menjadi Model?”
“Tidak saja. Aku hanya menyukai peran ku sebagai Photografer”
“Oh…”
“Karena kalau menjadi potografer bisa bekerja sambil berpetualang. Kalau model, hanya berjalan dan bergaya saja” jelas Hani.
“Hemh” Sehun tersenyum.
                Mereka pun menghabiskan malam itu sambil berbincang-bincang tentang kemana mereka akan melanjutkan sekolah mereka. Walaupun sekolah mereka terpisah, mereka tak ingin membuat hubungan yang sudah berjalan 2 tahun itu tergoyahkan.
                Sementara itu, kedua orang tua Hani sedang makan malam bersama dengan teman lama yang sudah sukses dalam bisnis kerjanya di berbagai Negara. Maka dari itu, kedua orang tua Hani ingin menggabungkan Perusahannya bersama Perusahaan teman lamanya itu.
“Dimana gadis kecil mu?” tanya istri dari teman lama Ayah Hani.
“Ah, sayang sekali. Dia sedang makan malam bersama dengan temannya diluar”
“Jinjjayo? Padahal aku sangat merindukanya” jawab istri dari teman lama Ayah Hani.
“Kau sudah besar ya, No Minwoo” ucap Ayah Hani.
“Ne, Ajussi” jawab Minwoo anak dari teman lama Ayah Hani.
“Kapan kami bisa melihat anak gadis mu?” tanya Ayah Minwoo.
“Secepatnya” jawab Ayah Hani.
“Sayang sekali, Minwoo tidak pernah melihatnya” ketus Ibu Minwoo.
“Ne. Ketika Minwoo  berumur 3 tahun, ia sudah dibawa Haraboji-nya ke Paris” lanjut Ayah Minwoo.
“Ne. Makanya kami sangat terkejut saat melihat Minwoo sudah begitu besar. Padahal, waktu di poto ia masih imut dan mungil sekali” ujar Ibu Hani.
“Emh, bagaimana? apa kau setuju kalau seminggu lagi kita adakan rapat pertemuan di perusahan ku?” tanya Ayah Minwoo.
‘Huft…mendengar bisnis mereka sungguh membosankan. Coba aku tidak ikut mereka tadi’ ucap Minwoo dalam hati.
                Besok paginya, Hani bangun lebih awal. Karena, ia akan bergegas mendaftarkan diri ke Universitas Nasional Seoul bersama Boah sahabat karibnya. Sebelum menuju kampus, ia terlebih dahulu menjemput Boah dirumah dan akan berangkat menggunakan bus.
“Kau sudah bawa formulirnya?” tanya Boah pada Hani saat di bus.
“Ne. Kau?”
“Ne” jawab Boah.
                Sesampai dikampus, mereka bergegas ke ruang daftar untuk mengumpulkan formulir mereka. Mereka begitu terkejut saat melihat antriannya begitu panjang hingga keluar dari ruangan pendaftaran.
“Aigo! Panjang sekali” ucap Boah.
“Hah, mana panas lagi” keluh Hani.
“Ne. Coba aku bawa kipas angin dari rumah?” ide konyol Boah.
“Heh? dasar pabo. Kau mau colok listriknya dimana? dihidung mu?” tunjuk Hani ke hidung Boah. Boah hanya manyun mendengar Hani dan melemparkan tangan sahabatnya itu.
                1 jam kemudian, akhirnya mereka selesai mengantri pendaftaran kuliah mereka. Keringat mereka tak berhenti mengalir sejak mengantri.
“Akhirnya, aku bisa keluar dari ruangan itu. Aku benar-benar seperti mandi keringat” ujar Hani sambil menarik-narik kerah bajunya.
“Kajja, kita cari yang dingin-dingin!” ajak Boah untuk pulang.
                Sambil berbincang-bincang, mata mereka tetap menelusuri pinggiran jalan untuk mencari sesuatu yang dapat menyegarkan tubuh mereka.
“Itu, ppali kita beli es krim!” Boah menarik lengan Hani tiba-tiba.
“Ah, n-ne” jawab Hani sambil berlari-lari karena Boah menariknya.
“Kau mau rasa apa? biar aku yang traktir” ujar Boah sesampai di tempat penjualan es krim.
“Aku rasa krim vanilla saja” jawab Hani.
“O.k. Satu krim vanilla dan satunya cokelat biscuit” ucap Boah kepada Bibi penjual.
“Ne. Tunggu sebentar, ya?” ucap Bibi itu seraya membuatkan es krim pesanan mereka.
“Ini, es krimnya!” ujar Bibi itu.
“Ne, khamsahamnida” balas Boah mengambil kedua es krim pesanannya.
“Ini!” ujar Boah memberikan es krim pesanan Hani.
“Ne, gomawo” ucap Hani seraya begitu segar melihat warna putih dingin yang menyegarkan di tangannya itu.
BUUUK…
“HAH” es krim Hani jatuh ke baju kaosnya. Seorang namja menabrak pundak belakangnya dan membuat es krim itu mengotori baju kaosnya.
“Gwaencanayo?” tanya Boah.
“YAA! kau!” teriak Hani.
“Mwo?” tanya namja itu dengan seorang yeoja di sampingnya.
“Kau bilang mwo? kau tidak lihat kau mengotori baju ku, hah?” ucap Hani dengan emosi mulai menyelimuti hatinya.
“Kau kan tinggal cuci” ketus namja itu.
“MWO?”
“Sudah-sudah. Jeongmal mianhae. Namjachinguku sedikit ada masalah, makanya dia seperti ini”
“Peduli apa aku dengan masalahnya? setidaknyakan dia minta maaf”
“Bilag saja kau hanya minta perhatian saja” ketus namja itu.
“Sudahlah, ini tisu” ucap Boah memberikan tisu pada Hani.
“Aku benar-benar tidak ikhlas” ketus Hani.
“Ini!” ujar yeojachingu namja itu memberikan sapu tangannya pada Hani.
“Untuk apa kau berikan padanya?” ketus namja itu tidak setuju.
“Sudahlah. Kan cuman sapu tangan” jawab yeoja itu.
“Khamsahamnida, eonnie” ucap Hani. Namaja itu hanya membuang wajahya dari Hani.
“Ne, cheonma. Jeongmal mianhe” ucap perempuan yang lebih tua di antara mereka dan namja itu.
“Ne, gwaencana”
“Kajja, kita pergi!” ucap eonnie itu seraya menggandeng namjachingu-nya lebih muda darinya.
“Apa kau masih kepikiran soal aku akan pindah ke Paris?” tanya eonnie itu.
“…” namja itu hanya diam.
“Minwoo membosankan” ketus eonnie itu.
“Ne, gwaencana” akhirnya Minwoo berbicara.
“Kita masih punya banyak waktu sampai malam kan?” ucap eonnie itu.
“Itu kurang, Minyeon” jawab Minwoo.
“Hahaha, kau ini” jawab Minyeon.
“Yeoja-nya baik dan ramah, tapi namja-nya dingin dan gak sopan” ketus Boah sambil menjilat es krimnya.
“Makanya, jangan hanya lihat tampangnya” ucap Hani yang masih sibuk membersihkan bajunya yang kotor.
Rumah…
                Sorenya setelah kejadian itu, Hani telah kedatangan bad moodnya yang membuat mendung hatinya. Ia benar-benar tak ingin melakukan apa-apa.
“Hani, Oh Hani” panggil Ibunya dari bawah.
“Mwo?” jawab Hani lemas.
“Cepat mandi dan pakailah baju dress yang bagus” lanjut Ibunya.
“Baju dress? untuk apa eomma?” tanya Hani seraya bangkit dari tempat tidurnya.
“Pakai saja. Setelah selesai temui eomma dibawah”
“Ne” jawab Hani sambil masuk ke kamar mandi.
                15 menit kemudian, Hani selesai mandi dan berpakaian rapi. Ia pun turun menemui Ibunya diruang tengah.
“Mwoya eomma?” tanya Hani lemas.
“Ini!” ujar Ibunya memasangkan pita kupu-kupu kecil berwarna krim di rambut anaknya itu.
“Hah? Pita?”
“Ini alamat yang harus kamu tuju. Ingat, jangan pulang kalau kau tidak sampai ketemu orang yang duduk di meja nomor 2 ini!” perintah Ibunya.
“Hah? Apa ini? Orang siapa?” tanya Hani bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Ikuti saja kata-kata eomma” saran Ibunya sambil memusut lembut pundak anaknya.
“Ne” jawab Hani lemas.
                Hani pun berangkat menggunakan bus. Entah kenapa, Hani merasa biasa jika menggunakan bus ketimbang naik mobil. Padahal Ayahnya telah membelikan mobil untuknya ketika ulang tahun.
“Restoran Sea Food, bukannya itu Restoran yang sering aku kunjungi waktu kecil. Memangnya, ada apa disana?” ucap Hani sendiri.
                Sesampai di Restoran Sea Food, ia langsung masuk ke dalam Restoran itu. Baru saja memasuki pintunya, ia sudah di sambut seorang pelayan namja.
“Ada bisa yang saya bantu?” tanya pelayan namja itu.
“Meja nomor 2 dimana?” tanya Hani.
“Itu, disana! Biar saya antar” ujar pelayan namja itu.
“Ne” jawab Hani seraya mengikuti pelayan namja itu dari belakang. Setelah sampai di meja nomor 2, pelayan itu menundukan badannya dan pergi.
“Kau?” ketus Minwoo yang duduk di meja nomor 2.
“K-kau?” ucap Hani gagap.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya namja itu dengan wajah terkejut.
“Mwo? Seharusnya aku yang bilag seperti itu” ketus Hani.
“Hah, apa-apaan ini?” ujar Minwoo yang bangkit dari duduknya.
“Mau kemana tuan. Pesanannya sudah datang” ujar seorang pelayan yeoja datang menhampiri mereka. Dengan berat hati, mereka berdua pun duduk di kursi itu.
                Sudah 5 menit berlalu, keadaan mereka masih saja hening. Mata mereka pun tak pernah bertatapan, mereka hanya menatap ke lain arah.
“Huh…haus” ucap Hani yang langsung meraih jus jeruk di hadapannya.
“Haus” ucap Minwoo meraih jus jeruknya juga dan menarik-narik kerah bajunya.
                Tak disangka, disana meraka saling beradu minum jus jeruk. Setelah habis segelas, mereka akan memesan lagi dan itu terulang dan terulang.
“La..gi..” ucap Hani yang mulai sekarat.
“Yaa! Sudah sekerat, masih saja ingin lagi” ketus Minwoo yang juga sekarat.
“Masalah buat kamu?” ucap Hani.
Drrrtt…Drrrttt (getaran Hp)
“Yeoboseyo?”
“Kau dimana, chagi-ya?” ucap Se Hun.
“Aku di Restoran Sea Food. Waeyo?”
“Kau bisa temani aku beli kado untuk Eomma ku?” ujar Se Hun.
“Emh…ne. Eomma Oppa hari ini ulang tahun?”
“Ne”
“Oh…jemput saja aku di depan Restoran Sea Food”
“Baiklah. Tunggu Oppa!”
“N-Ne~” balas Hani gemetaran.
“Gwaencanayo?”
“Hah? Ne gwaencana, Hahaha” Hani tertawa terpaksa. Sehun pun langsung mematikan sambungan teleponnya.
“Heh, pabo” ucap Minwoo sangat pelan.
“Aku pergi. Aku tidak ada waktu untuk bertemu denganmu. Aku kesini hanya membuang-buang waktu saja” ucap Hani seraya bangkit dari tempat duduk dan pergi keluar Restoran itu.
“Dia pikir dia saja yang mengira begitu. Waktuku lebih berharga darinya” ketus Minwoo yang masih duduk di kursinya.
Gruuuk…
“Aduh…perut ku sakit. Kenapa ini?” Minwoo yang mules-mules.
“Toilet, toilet…” ucap Minwoo yang berlari mencari toilet.
Mall…
            Hani dan Sehun pun mulai berkeliling dilantai atas bagian toko perhiasan. Sehun ingin membelikan kado untuk Eomma-nya sebuah kalung.
“Aku ingin lihat yang ini” ucap Se Hun.
“Ne” jawab pemilik toko itu seraya mengambilkan kalung yang di tunjuk Sehun.
“Apa ini bagus?” tanya Sehun pada Hani.
“Hah? ne?” tanya Hani yang tengah menahan sakit perutnya.
“Gwaencanayo?” tanya Sehun khawatir.
“Hahaha, gwaencana. Ada apa?”
“Apa kalung ini cocok untuk Eomma-ku?”
“Emh…ne. Cocok” jawab Hani.
“Baiklah. Aku akan membeli yang ini” uap Sehun.
Gruuuk…
‘Aduh…perut ku mules. Ja-jangan-jangan gara-gara minum Jus Jeruk kebanyakan lagi? aduh…toilet dimana…’ keluh Hani dalam hati sambil memegang perutnya.
“Op-oppa, ak-aku ing-ingin ke toilet” ucap Hani gagap.
“Ne? Oh…ne. Perlu ku antar?” tanya Sehun.
“Ani. Oppa tunggu disini saja” ucap Hani dengan keringat dingin bercucuran. Hani pun langsung berlari ke Toilet.
“Huah…leganya!” ucap Hani di dalam Toilet.
^~^~^~^
                Pagi yang cerah. Matahari yang sudah naik nan terang. Membuat mata indah namja itu bergerak perlahan membukanya.
“Emh…” Minwoo melonggar-longgarkan tubuhnya di tempat tidur.
“Jam berapa ini?” tanya Minwoo sambil mengambil jam wekernya di meja lampu.
“MWO? 07.45?” Minwoo shock.
                Ia langsung meloncat dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dalam 10 menit Minwoo selesai mandi dan membongkar lemarinya untuk berpakaian.
                Waktu tertinggal 5 menit lagi untuk menuju bandara Inchoen. Minwoo langsung menaiki mobilnya dan mengendarai dengan kecepatan maksimal. Sesampai di sana, ia langsung berlari dan menulusuri setiap ruang tunggu yang berbeda.
“Huh…dimana dia?” ucap Minyeon.
“Hah, Minwoo?” ujar Minyeon yang melihat namjachingu-nya berlari kearahnya.
“Hah…hah…hah” Minwoo terengah-engah.
“Kau telat!” ucap Minyeon dengan menekuk wajahnya.
“Mi-mianhae. Ak-aku kemarin BAB terus”
“BAB terus? Kau keracunan?” tanya Minyeon.
“Ani. Aku terlalu banyak minum Jus Jeruk makanya perut ku masih agak mules sampai sekarang” jawab Minwoo seraya duduk di kursi tunggu.
“Mianhae” ucap Minyeon seraya memegang punggung tangan Minwoo.
“Hahah. Aniyo. Gwaencana” jawab Minwoo sambil menatap yeojachingu-nya itu.
                Panggilan pesawat Minyeon sudah bertanda. Satu kecupan di pipi kiri Minwoo dilukis lembut oleh Minyeon.
“Aku akan menunggumu” ucap Minyeon seraya berdiri dan meninggalkan Minwoo.
“Hah…” Minwoo hanya menghela nafasnya dan menyandarkan kepalanya ke kursi.
                Sementara itu, Hani masih berputar-putar di tempat tidur untuk mencari posisi yang enak untuk melonggar-longgarkan tubuhnya alias perutnya yang masih terasa mules.
“Hani, Oh Hani!” teriak Ibunya setiap pagi.
“Ah…” Hani memelas.
“Ppali, kau harus mandi. Appa sudah menunggu di ruang tamu” perintah Eomma-nya yang menarik Hani.
“Mwoya? Hari ini kan libur” ucap Hani dengan terpaksa bangun.
“Hari kau tunangan, Hani” ucap Ibunya.
“Oh…tunangan. MWO TUNANGAN??”
Aula Hotel Sweet Paris…
“Ah…apa-apaan ini? EOMMA APPPA…TUNANGAN APA INI?” Hani terus bertanya dan berteriak di sepanjang ke Aula.
“Ikut saja, kau akan tahu sendiri” ujar Ibunya.
“ANDWE. AKU SUDAH PACARAN SAMA SEHUN, EOMMA” Hani berteriak.
“Tapikan…” ucap Ibunya terpotong.
                Hani berbalik dan berlari sekuat tenaga agar dapat kabur dari kedua orang tuanya. Ia tak memperdulikan tindakan konyol orang tuanya itu. Yang penting ia lari, lari dan…
“HAH?” mata Hani membulat sempurna melihat namja yang datang dari hadapannya.
“Kau?” ujar Hani.
“Kau?” ujar Minwoo.
“OH HANI” teriak Ibunya dan diikuti oleh Ayahnya.
“Ah, andwe” ucap Hani yang ingin berlari lagi. Tapi, Minwoo malah menghalanginya.
“Yaa! Minggir kau” Hani mendorong Minwoo.
“Yaa! Kau yang seharusnya minggir” ujar Minwoo yang membela diri.
“Siapa dia? Kau mengenalnya?” tanya Ibu Minwoo.
“Ani” jawab Minwoo singkat.
‘Mwo? syukur aku benar-benar belum mengenalnya’ ucap Hani dalam hati.
“Hah, Kalian sudah datang?” ucap Ayah Hani.
“Ne. Oh, ini anak yeoja kalian?” tanya Ayah Minwoo.
“Ne. Perkenalkan dirimu” senggol Ibu Hani kepada Hani.
“Hah, e…jeoneun Oh Hani imnida” ucap Hani menduduk kaku.
“Jeoneun Minwoo imnida” perkenalannya tanpa diberi aba-aba.
“Kalian siap?” tanya Ayah Minwoo.
“Siap? Siap apa?” tanya Hani dan Minwoo bersamaan.
“Tunangan” jawab Ayah Hani.
“MWO??” ujar Minwoo dan Hani bersamaan.
‘Apa-apaan dia ikut-ikut aku?’ ucap Minwoo di hati.
“Sebaiknya kita bicarakan ini baik-baik dulu” ujar Ayah Minwoo yang mengajak ke Restoran Hotel itu.
                Sesampai di Restorannya, mereka duduk di sebuah meja makan melingkar yang memiliki 6 kursi. Hani duduk berhadapan dengan Minwoo. Tapi, Hani sedari tadi terus menundukkan kepalanya.
“Kami ingin kalian bertunangan. Kami sudah merencakannya sejak kalian kecil” ucap Ibu Minwoo yang memulai pembicaraan.
“Ya, untuk mempererat ikatan silaturahmi pertemanan kami” sahut Ibu Hani.
“Tapi, Eomma…aku sudah memiliki namjachingu. Gak akan segampang itu aku tiba-tiba tunangan dengan namja yang tak ku kenal” jawab Hani yang langsung mengangkat kepalanya.
“Ne. Aku juga memiliki yeojachingu” sambung Minwoo yang tak mau diam.
“Tapi, Minyeon meninggalkan mu kan? dia pindah ke Paris kan? Kita tidak tahu kalau-kalau dia memiliki namjachingu baru disana. Mana lagi dia seorang Model” jelas Ibu Minwoo.
“Dia tidak mungkin seperti itu. Dia hanya mencintaiku” lawan Minwoo.
“Berpacaran dengan orang yang lebih tua dan jarak jauh itu tidak akan selamanya akan awet” ujar Ayah Minwoo.
“Eomma juga sudah tidak setuju dari dulu kau dengannya” sambung Ibunya.
“Heh, kenapa kalian baru bilang sekarang? Kenapa kalian tidak melarang ku dari dulu?” Minwoo mulai naik darah.
“Kalian sudah terlanjur berpacaran tanpa sepengetahuan kami” jawab Ayahnya.
“Oh, arraseo” jawab Minwoo dengan nada tinggi.
BLAK…
                Minwoo bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan mereka. Hani hanya terdiam dan agak gemetaran melihat Minwoo yang membentak.
“Se-sebaiknya pertunangan ini di tunda saja. Berikan kami waktu untuk memikirkannya” ucap Hani.
“Mungkin benar apa kata Hani. Minwoo saja terlihat shock” ucap Ayah Hani.
“Baiklah. Kita beri waktu satu minggu” ucap Ayah Minwoo.
‘Mwo? sa-satu minggu?’ pikir Hani.
“Ah…hahah” Hani terkekeh pelan.
                Hani tidak pulang bersama kedua orang tuanya. Ia memilih berjalan-jalan untuk menenangkan sedikit kejadian konyol hari ini. Ia berjalan dengan gontai sambil menggoyang-goyangkan tasnya.
“Eotteohke? Apa yang harus ku katakan dengan Oppa? Hah…” Hani menghelas nafasnya panjang.
Drrrt… Drrrt…
“Yoboeseyo?” jawab Hani.
“Yoboeseyo. Kau dimana sekarang?” tanya Boah.
“Dijalan”
“Jalan dimana?”
“Aku lagi jalan-jalan. Wae?”
“Hari ini pengumuman mahasiswa yang akan masuk ke Universtas Nasional Seoul. Kita kesana, o.k?”
“Eh…” Hani belum sempat menjawab.
“Kita ketemu di kampus saja. Anyyeong”
“Hah…n-ne” jawab Hani gagap.  Boah pun langsung menutup teleponnya dan bergegas ke kampus. Hani langsung berjalan ke halte bus dan pergi ke kampusnya.
                Setelah sampai di pemberhentian halte yang dekat dengan kampus, Hani langsung berjalan kearah kampusnya. Terlihat Boah yang celingak-celinguk menunggu Hani di depan gerbang kampusnya. Hani tetap saja berjalan dengan gontainya.
“Oh Hani!” Boah berteriak menghampiri.
“Boah?” ucap Hani.
“Kajja!” Boah menarik lengan Hani dan berlari menuju mading kampus.
                Mereka harus berdesak-desakan dengan mahasiswa lainnya yang lebih dulu berdiri di depan mereka. Sesekali Boah dan Hani berjingkit agar dapat melihat nama mereka.
“Aduh…gak kelihatan nih!” keluh Boah yang mencoba menerobos ke dalam kerumunan.
“Udah ah, cape” Hani menyerah dan duduk di teras didepan mading.
“Per…mi…si…!” Boah menerobos masuk dan berhasil. Sedangkan Hani, hanya duduk dan menopang dagu.
“Hani, kita masuk. Kau Di peringkat 5 dan aku 8” ucap Boah yang sudah duduk di samping Hani.
“Jinjja?” tanya Hani lemas.
“Waeyo? kau tidak senang?” tanya Boah.
“Eotteohke?” tanya Hani.
“Waeyo?” Boah bingung.
“Aku ditunangkan sama orang yang gak aku kenal” jelas Hani.
“Mwo? Si-siapa?”
“Minwoo. Namja yang membuat baju ku ketumpahan es krim waktu itu” jawab Hani.
“Namja itu? Kok bisa?”
“Orang tuanya adalah teman orang tua ku” jawab Hani makin lemes.
“Eo-eottehke…ak-aku juga bingung. Apa alasan mereka menjodohkan kalian?” tanya Boah.
“Silatuhrahmi” jawab Hani singkat.
“Silatuhrahmi?”
“Ne” jawab Hani.
“Apa yang harus aku katakan dengan Sehun Oppa?” lanjut Hani.
“Eh…menurutku sebaiknya kau bicarakan saja dengan kedua orang tuamu secara baik-baik. Mungkin saja mereka mengerti dengan posisimu” saran Boah.
“Semoga” respon Hani.
Dirumah…
                Hani sedang makan malam bersama Ayah dan Ibunya. Awalnya mereka sangat hening dan kemudian Ayah Hani membuyarkan keheningan itu.
“Kami sudah berencana akan langsung menikahkan kalian. Tanpa, acara tunangan” ucap Ayah Hani.
“M-mwo?” Hani terkejut.
“Ne. Lebih cepat lebih baik” ujar Ibunya.
“Kurasa lebih buruk” jawab Hani.
“Wae?” tanya Ibunya.
“Wae? kalian bilang wae? Aku hanya mencintai Sehun dan sekarang kalian memaksa ku menikah dengan namja yang takku kenal? ANDWE” ujar Hani yang menekan kata Andwe.
“Lama-lama juga kalian akan saling kenal kok. Lagi pula Sehun tak satu kampus denganmu. Jangan-jangan dia bisa memiliki pac…” kata-kata Ibunya terpotong.
“ANDWE. Oppa tidak mungkin seperti itu. Aku sudah menjadi yeojachingu-nya selama 2 tahun. Aku sudah mengenal Oppa sangat dalam” jawab Hani.
“Sebenarnya, apa sih yang ada dipikiran kalian ini? Jika untuk alasan silaturahmi saja, itu tidak sampai harus kepernikahan kan?” lanjut Hani dengan emosi meningkat.
“Tidak hanya itu. Ini juga urusan bisnis Appa”
“Bisnis? Bisnis Appa? Jadi, Appa merelakan cinta ku hanya untuk bisnis Appa, begitu?”
“Ani. Ini untuk memperat ikatan kita saja. Selain itu, kamu tahukan keadaan kantor Appa yang mulai kritis?” jawab Ayahnya.
“Kalian benar-benar EGOIS. Aku tidak nafsu makan sekarang!” ucap Hani seraya meninggalkan meja makan dan pergi ke kamarnya.
                Hani langsung melempar tubuhnya ke tempat tidur. Ia tarik selimutnya dan mencoba menenangkan hatinya sejenak.
‘MEREKA EGOIS’ teriak Hani di dalam hati.
                Tak lama butiran-butiran bening mengalir di ujung mata Hani. Ia lekas hapus air matanya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
^~^~^~^
                Pagi ini, Hani mengajak Sehun untuk bertemu di caffe yang sering ia kunjungi bersama Sehun. Hani datang lebih dulu dan sudah memesan satu gelas susu vanilla krim untuknya sambil menunggu Sehun. Ia memusut gelas susunya dengan perasaan yang campur aduk sekarang. Rasa bingung, gelisah dan takut menghantuinya.
“Hani!” panggil Sehun yang memanggilnya dari pintu caffe.
“Oppa” jawab Hani sumringah.
“Ada apa?” tanya Sehun seraya duduk di depan yeoja-nya itu.
“Eh, Oppa mau pesan apa?” Hani mengalihkan pembicaraan.
“Eh…aku Es susu saja” ucap Sehun.
“Satu gelas Es Susu” Hani berteriak memesan pada pelayan di kasir.
“Ne” jawab pelayan itu.
“Begini…aku bingung harus memulainya darimana?” ujar Hani.
“Eh, mulai dari yang menurut mu gampang saja” jawab Sehun.
“Ini Es Susunya” ujar pelayan itu meletakkannya di dekat Sehun.
“Ne, khamsahamnida” ucap Sehun.
“Ne, cheonma” jawab pelayan itu.
“Aku akan dijodohkan bersama namja lain oleh orang tua ku” ucap Hani dengan rasa yang berat dan sesak.
“M-mwo? di-dijodohkan?” tanya Sehun gagap.
“Ne. Aku bingung dan aku tidak tahu lagi bagaimana cara untuk menolaknya. Aku sudah menjelaskan tentang hubungan kita. Tapi, mereka benar-benar egois” jelas Hani dengan mata mulai berair.
“Apa alasannya?” tanya Sehun.
“Bisnis”
“Bisnis?”
“Ne”
“Kalau itu sudah keputusan mereka, ya mau bagaimana lagi”
“Oppa…seharusnya Oppa membantu ku untuk mencari solusinya. Bukan menyerah begini” ujar Hani.
“Mungkin ini sudah jalan yang terbaik”
“Oppa, jangan berkata begitu. Aku hanya mencintai Oppa. Aku hanya milik Oppa” ujar Hani yang mulai tak dapat menahan air matanya.
“Arraseoh. Aku juga. Tapi, kalau sudah begini. Kita bisa apa?” ucap Sehun yang menggenggam kedua telapak tangan Hani.
“Aku tak rela kalau begini. Ak…” kata-kata Hani terpotong.
Chup…~
                Sehun mencium pipi kanan Hani yang basah karena air mata itu. Hani merasakan kehangatan disana.
“Apa pun yang terjadi, aku tetap mencintai chagi-ya ku” ucap Sehun yang menatap mata yeoja-nya itu.
                Hani tak dapat berkata-kata karena air matanya semakin deras dan tak dapat berhenti. Ia menggenggam kuat tangan namja-nya itu. Sehun tersenyum dan menghapus air mata yeoja-nya itu.
^~^~^~^
                Sehari sebelum pernikahan Hani dan Minwoo, Hani mengirim pesan pada Minwoo untuk bertemu sebentar di depan halte bus yang tak jauh dari rumahnya. Hani sudah menunggu lebih dulu dan duduk di sana.
“Ada apa?” tanya Minwoo yang datang dari samping.
“Besok pernikahan kita. Ada yang harus ku katakan” ujar Hani yang pandangannya terus kedepan.
“Apa? Cepat saja! Aku punya tidak banyak waktu” ujar Minwoo.
“Setelah kita menikah, kita harus jaga jarak. Awas kalau kau berani-berani menyentuh ku!” ucap Hani.
“Heh, dasar yeoja murahan. Kau kira aku mau menyentuh mu, hah?”
“Kalau saja. Kita kan tidak tahu. Ah, satu lagi. Jangan pernah ikut campur masalah pribadi kita masing-masing” ujar Hani.
“It’s o.k” jawab Minwoo dengan nada sombong.
“Oh ya, ingat! Kau tidak akan pernah bisa menjadi istri ku” lanjut Minwoo sebelum benar-benar pergi.
                Hani yang mendengar itu sentak menegakkan duduknya. Kata-kata itu benar-benar kasar. Membuat Hani begitu sakit dan merasa benci dengan namja itu.
‘Siapa juga yang sudi jadi istri mu?’ ujar Hani dalam hati.
Pernikahan…
                Gaun putih panjang dan berhiaskan manik-manik terang di seluruh gaun menutupi bagian tubuh Hani. Mahkota berlian yang bersinar di balut di rambut gelombangnya. Riasan natural membuat Hani terlihat benar-benar mempesona di hari itu.
                Hani benar-benar menampakan wajah yang suram dan lusuh karena ia benar-benar tak berniat untuk menikah dengan namja sombong itu. Boah yang sedari duduk di sampingnya mencoba menghibur sahabatnya itu.
“Hani, tersenyumlah. Kau tampak jelek kalau seperti itu di pernikahan mu” ujar Boah.
“Hiks…Hiks…” Hani tiba-tiba menangis.
“Ha-Hani, jangan menangis” ujar Boah yang mencoba menghapus air mata Hani.
“Hani, setelah kau menikah kau akan ikut ke Paris bersama Minwoo” ucap Ibunya yang masuk menemui anaknya. Hani langsung menghapus air matanya.
“…” Hani hanya diam.
“Ja-jadi, dia akan pindah ke sana?” tanya Boah.
“Ne. Dia akan ikut dengan suaminya. Karena, Minwoo harus melanjutkan bisnis Appa-nya di sana” ujar Ibu Hani. Hani hanya memalingkan wajahnya dari Ibunya.
                Minwoo sudah datang dan berdiri di tempat pernikahan mereka. Ibu Hani pun menyuruh anaknya itu untuk siap-siap. Boah memberikan senyumannya agar Hani dapat tersenyum. Datanglah Ayah Hani yang ingin menjemput anaknya untuk kepernikahan. Boah menjadi pendamping yang membawa bunga dan berjalan di depan Ayah Hani dan Hani.
                Mereka pun mulai keluar menuju kepernikahan. Tirai putih menutupi wajahnya yang lusuh itu. Mereka berjalan sesuai alunan lagu pengantin. Minwoo terus menatap Hani yang berjalan kearahnya. Minwoo menyadari kalau Hani sedang menangis di balik tirai yang menutupi wajahnya itu.
                Sampailah Hani disamping Minwoo. Mereka berdiri berhadapan dengan pendeta disana. Mereka saling mengucapkan janji pernikahan. Setelah selesai mereka memasangkan cincin pernikahan mereka dan pendeta menyuruh mereka berdua berciuman.
                Hani langsung menundukkan matanya. Ia tak mau menatap Minwoo sedikit pun. Dengan berat hati, Minwoo mendekat ke wajah Hani. Minwoo memegang kedua pundak Hani dan semakin mendekat. Ketika tertinggal dua jari jarak mereka, Minwoo menggeser bibirnya dan hanya mencium ke ujung bibir Hani. Hani yang menyadari itu langsung menatap namja dihadapnnya itu.
                Sementara itu, Sehun yang hadir di pernikahan itu hanya dapat menyimpan rasa sakit hatinya dan menerima semua jalan ini. Pernikahan pun selesai, Hani dan Minwoo pun langsung berangkat ke Paris untuk pindah. Sehun yang berdiri dari kejauhan melambaikan tangannya pada Hani. Hani pun melambaikan tangannya. Sebelum benar-benar pergi, Boah memeluk sahabatnya itu untuk kepergianya. Lagi-lagi Hani menangis.
^~^~^~^
Peranciss, Pantai Matira…
                Kedua orang tua Hani dan Minwoo sudah menyiapkan tempat untuk mereka berbulan madu. Sesampai disana mereka langsung menuju villa yang sudah dipesan oleh orang tua mereka. Sungguh megah nan mewah sekali villa itu.
“Wah…seperti surga dunia” ujar Hani yang berbicara sendiri ketika keluar dari mobil.
“Heh…” ketus Minwoo yang meremehkan Hani. Syukurnya Hani tidak mendengar.
“Itu! Bawa barang-barangmu sendiri!” perintah Minwoo yang melempar koper Hani.
“Yaa! Bisa gak, gak usah di lempar segala?” Hani yang emosi.
“…” Minwoo hanya diam dan berjalan mendahului Hani.
“Yaa! Jakanman” Hani beteriak sambil memungut koper dan ranselnya.
                Sesampai di villa, mereka sudah disambut dengan suasana cahaya lilin yang bertaburan di seluruh ruang. Mulai dari ruang tamu, ruang tengah, kamar, kamar mandi hingga dapur.
“Wah…tempat ini benar-benar romantis. Coba aku disini bersama Sehun” ucap Hani yang sempat didengar Minwoo.
“Hehrm…” Minwoo berdehem.
“Cih...dia dengar” ketus Hani sambil berloncat-loncat kecil di tempat tidur.
“Aku ingin ke pantai. Kau mau keluar atau mau tetap disini? villa ini akan ku kunci” ucap Minwoo seraya mengganti pakaiannya dengan baju kaos tanpa lengan dan boxer pantai.
“Ja-jakanman. Aku juga ingin ganti pakaian ku” ujar Hani sambil mengambil pakaian pantainya dan bergegas ke kamar mandi.
                Dalam 5 menit, Hani selesai mengganti pakaiannya dengan rok mini dan kaos kentat tanpa lengan yang pas dibadannya. Minwoo yang berdiri dibalkon menyadari Hani yang sudah keluar dari kamar mandi.
                Belum sempat berkata-kata, Minwoo terdiam saat melihat Hani dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. ‘Cantik dan sexi’ itulah pikirnya. ‘Lumayan’ lanjut pikirnya.
“Wae? Kau pasti akan bilang aku jelek kan?” tanya Hani seraya mengambil topi pantainya di tepat tidur.
“Heh, peduli apa aku” ucap Minwoo dingin dan menggiring Hani keluar dari villa.
“Ihs…” ketus Hani yang mengikuti Minwoo dari belakang.
                Mereka pun mulai berjalan di pinggir pantai. Tapi, Hani tetap berjalan di belakang Minwoo. Ia tak ingin berjalan bersama Minwoo. Namja yang ia tak kenal, menurutnya.
“Kita mau kemana?” tanya Hani.
“…” Minwoo hanya diam.
“Ciih…” ketus Hani jengkel.
                Sesampai dipiggir pantai, mereka mencari tempat untuk merebahkan tubuh mereka. Mereka menemukan dua tempat di ujung jajaran kursi rebah di pantai itu.
“Huft…membosankan” ujar Hani yang bangun dari rebahnya.
“Yaa!” panggil Hani menusuk pinggang Minwoo.
“Heh…” ketus Minwoo yang membalik badannya.
“Yaa! Dia tidur. Enak sekali. Hehm….aha, aku jalan-jalan ah…” ide Hani yang meninggalkan Minwoo.
                Hani berjalan-jalan dan menemukan jajaran toko-toko souvenir disana. Ia berpoto dan membeli beberapa kalung, gelang dan gantungan kunci dari kerang.
“Haus…panas lagi!” keluh Hani sambil celingak-celinguk mencari seseorang yang menjual sesuatu yang menyegarkan.
                Sementara itu, Minwoo melonggar-longgarkan tubuhnya dan membuka matanya dari tidur. Ia lepaskan headshetnya dan duduk. Pantas saja, Hani memanggil Minwoo tidak mendengarkannya.
“Hah? di-dimana yeoja itu?” Minwoo yang baru menyadari itu.
“Hah…Hani. Oh Hani” Minwoo berteriak sambil mencari-cari disekitar pantai itu.
Minwoo pun berlari dan berkeliling sekitar pantai mencari Hani. Rasa khawatir melanda hati Minwoo. Jika terjadi sesuatu dengan Hani, dialah yang akan disalahkan. Minwoo terus mencari, hingga ke pasar kecil di daerah Matira.
“Suuulrp….ah, seger” Hani menghabiskan Es Kelapanya.
“Huh…itukan Minwoo. Hahaha, dia mencari ku” Hani tertawa melihat Minwoo dari seberang.
“Kasihan panas-panas. Pasti haus. Lagian aku dicuekin mulu sih” ucap Hani yang hanya duduk dan membiarkan Minwoo mencarinya.
“Dimana, yeoja cebol itu?” tanya Minwoo pada dirinya sendiri sambil menyibakkan rambutnya kebelakang.
“It-itu dia!” Minwoo yang akhirnya menyadari Hani yang duduk di pinggir warung es. Minwoo langsung menghampiri Hani.
“Kau benar-benar…” Minwoo yang geregetan.
“Apa? Mau marah? Salah sendiri kau ceukin aku” jawab Hani seraya bangkit dari tempat duduknya.
“Kamu memang yeoja PABO! Kau tahu seberapa khawatirnya aku jika kau kenapa-napa? Kalau kau kenapa-napa, aku yang bakal kena marah sama orang tua kita” jawab Minwoo sambil memegang kedua pundak Hani.
“Yaa! Gak usah teriak-teriak kenapa? aku gak budek Haraboji” ucap Hani sambil menurunkan kedua tangan namja itu dengan kasar.
“MWO? HARABOJI?” Minwoo naik darah. Hani tidak menghiraukannya, ia hanya meninggalkan Minwoo kembali ke villa.
Kamar…
                Hari panas dan sore yang hangat ini, Hani memandikan tubuhnya agar terasa lebih segar dan nyaman. Ia balutkan handuk kecil ke rambutnya yang ia keramas dan ia lilit satu handuk sedada dan seatas lutut itu.
                Setelah selesai, ia mencari pakaiannya dilemari yang sudah ia masukan dengan rapi disana. Baju piyama lengan panjang dan panjangnya selutut telah ia temukan bersama pakaian dalamnya. Ia tutup lemarinya dan ia berbalik kebelakang.
“HAH?” Hani terkejut melihat Minwoo dibelakangnya dengan jarak yang sangat dekat. ‘deg deg’ suara jantung Hani.
“Ma-mau apa kau? Kubilang jangan pernah sentuh aku. Aku tidak akan tinggal diam, jika kau menyentuh ku” tanya Hani gagap sambil memegang erat handuk di tubuhnya.
“…” Minwoo hanya diam dan meletakkan tangan kanannya ke lemari yang tepat dibelakang Hani.
“Ja-jangan mendekat!” perintah Hani gagap dan bingung ingin lari kemana. Karena posisinya yang sudah terjepit itu. Minwoo tetap diam dan semakin mendekat kearah Hani. Dan….

[TBC]

Ayo kita TBC, Up Up Up #nyanyi ala Gangnam style. Jiaah  entar abang PSY datang lagi…nah gimana? jelek sekali, jelek, cukup, cukup bagus, bagus, bagus sekali?. Nah penasaran sama kelanjutannya? Tunggu aja ya…author bakalan lanjutin secepat mungkin kalau waktu author kosong. kritik dan saran sangat di butuhkan. Jebal…#buing-buing \*o*/. Annyeonggi Gyeseyo chingu-chingu…pay pay #tebar jigong bareng Kris gege

Tidak ada komentar:

Posting Komentar