Saranghae Sambal Kacang
Author :
Han Hyo Mi
Main Cast :
Han Dong Rim as Meilinda, Huang Zi Tao_EXO-M, Zhang Yi Xing and Song Jung Yin.
Genre :
Comedy Romance
For :
15 +
Soundtrack : B1A4_Beautiful target
HIAAA….kembali lagi sama author kalian.
Iuh…kangen sama readers, cipika cipiki sama readers dulu.. #ditonjok readers.
Ini ff baru request dari Melinda Kumalasari Sestika Ningsih Seokarno Putri bini
Tao #waduh nama kok kayak jalan tol. Ini ff comedy romance alay lebay en
kepo…jadi dinyatakan syah oleh Lee Soo Man #dibejek-bejek Lee Soo Man.
Yup…tanpa banyak sambal kacang, kita langsung ke kantin MANG UJANG…XD
^~^~^~^
KRIIIIIING…..
Itulah
bel sekolah ku. Mirip dengan jam weker di rumah ku. Tapi, sekolah aku modern
gak seperti belnya. Biar kata orang gak pakai tingkat, tetap aja sekolah aku
bertaraf Internasional. Orang-orang disini sudah melalui 4 tes. Yang pertama
tes fisik, tes IQ, tes sikap dan tes tes 1, 2, 3 *tes microphone*. Salah satunya
adalah aku yang lulus melalui keempat tes itu.
Sekarang
aku ada dikantin sekolah yang katanya kantin bertaraf Internasional juga. Cuz,
seluruh juru masak katin di beli(?) dari beberapa negara Asia. Seperti biasa
aku bersama Song Jung Yin teman ku sejak kelas 1. Sekarang kami kelas dua di
kelas IPA 1. Yang gak aku pahami sejak dulu adalah, sepintar-pintarnya Jung Yin
ternyata otaknya lola (loading lama). Sama kayak geraknya. Tapi, dia pinter
banget bahasa inggris.
“Dong Rim, kok makanan lo tiap hari itu
mulu?” tanya Jung Yin sambil menghirup teh esnya.
“Emang kenapa? masalah buat lo?” tanya ku
sambil menguyah gado-gadoku.
“Nggak sih. Gue kepengen aja pintar kayak
elo. Tapi, gue nggak mau juga makan makanan elo yang kayak gitu”
“Terus, mau lo apa?”
“Mau gue, elo makan makanan normal”
“Maksud lo ini makanan gak normal, gitu?”
“Bukan. Sekali-kalilah makan sushi kek,
kimchi ke, bimbimbap ke, sup kikil ke, apa ke”
“Mumpung kantin kita bertaraf
Internasional, makanya aku kepengen makan gadoh-gadoh” ujar ku seraya menikmati
gado-gado ku.
“Kan masih ada makanan lainnya?”
“Euh…makanan yang atu ini beda tauk. Ini
makanan yang luar BINASAAA” Dong Rim tebar bau pete.
“Loaak…bau banget” Jung Yin mual-mual
masuk pete *angin kale*.
“Ape lo kate?”
“Hahaha, just kepiting sus”
“Sus?” tanya ku bingung.
“Suster bekerok” sahut Jung Yin
cengengesan.
Andai
kata saat itu di tangan aku ada ulek-ulek tu gado-gado. Mungkin sudah aku
suapin ke Jung Yin buat mampetin tu mulut. Ya, sehubung pemerintah menetapkan
surat izin persahabatan kami. Apa buat boleh? aku harus menerimanya dengan
berat jantung *trend 2012*.
KRIIIIIING….
Jam
weker raksasa itu bunyi lagi, yang katanya kami harus masuk. Sebelum yang punya
bel marah, aku dan Jung Yin lebih dulu ke kelas. Sebelum aku berpisah dengan
sambal kacang di piring ku itu, aku berikan kenang-kenangan untuknya.
“Lo mau ngapain?” tanya Jung Yin bingung.
“Gue pengen memberikan kenang-kenangan
untuknya?”
“Sambal kacang itu?” tanya Jung Yin.
“Emh”
“Heh…jangan bilang kalau lo pengen cap
bibir disitu?”
“Ya gak lah, itu kan sudah kemarin”
“Terus?”
Aku ambil sumpit makan ku dan aku tanda
tangani di atas sambal kacang bekas ku itu. Aku terkekeh dan Jung Yin nyengir.
Pasti dia pikir aku sudah gila. Memang, aku sudah gila karena kelejatan sambal
kacang gado-gado itu. Setelah selesai cipika cipiki dengan sambal gado-gado,
Jung Yin menarik tangan ku sebelum aku meneteskan air mata ku karena harus
berpisah dengan sambal gado-gado ku. Yah seperti biasa Hyo Joon Seonsaengnim
masuk membawa 5 susun buku Kimianya ke kelas kami. Kaca matanya yang turun
kehidung, ia dorong ke atas. Sayangnya, kumisnya yang mereng sebelah gak bisa didorong
ke atas. Jadi, dibiarkan mereng deh.
“Annyeonghaseyo” sapanya kepada kami.
“Annyeong” jawab kami semua.
“Buka buku kalian. Kita lanjutkan
pelajaran yang terkahir” ujar seonsaengnim itu sambil melukis di atas layar
hijau dengan kapur tulis.
Dengan
semangat yang membara aku buka buku paket ku dan aku simak apa yang dikatakan
oleh Hyo Joon seonsaengnim. Pelajaran di hari itu, begitu cepat berakhir. Aku
pun bergegas membereskan barang-barang ku ke dalam tas.
“Dong Rim, gue duluan yah, Appa gue sudah
di depan gerbang” ujar Jung Yin menghampiri ku.
“Ne. Hati-hati”
“Ne, lo juga” ujar Jung Yin seraya
membalik badannya.
Aku
berjalan dengan santai menuju parkiran sepeda ku. Sepeda ku yang lengkap dengan
2 ban, 1 stang, 2 kayuhan, dan 1 tempat duduk. Sepeda ku terlahir sempurna dari
pabrik *ceileh*. Aku tunggangi kuda besi ku itu dengan santai.
Sesampai
di rumah aku lihat mobil sedan tahun 2012 parkir di garasi samping rumah ku.
Pasti Appa dan Eomma ku sudah pulang kerja. Aku parkir sepeda ku di antara dinding
dan mobil sedan Appa ku.
“Annyeong” sapa ku yang langsung masuk ke
dalam rumah.
“Annyeong, baru datang?” tanya Eomma ku
yang menyiapkan makan siang.
“Ne” jawab ku sambil menaiki tangga ke
kamar ku.
“Jangan tidur dulu! Kau harus makan siang
dulu” teriak Eomma ku dari bawah.
“Ne, arrseo” jawab ku sambil mengganti
pakaian ku. Aku pun kembali ke dapur untuk makan siang bersama.
“Eomma, sambal kacangnya mana?” tanya ku
setelah duduk di kursi.
“Oh iya, jakanman!” ucap Eommanya yang
mengambilkan sambal kacang favorit ku di kulkas.
“Masa makan sup pakai sambal kacang?”
tanya Appa ku.
“Wah…itu harus” jawab ku.
“Namanya juga makanan harian dia di
sekolah” ujar Eomma ku.
“Heh…” Appa ku pasrah sambil bertopang
jidad.
* * *
Hari
ini dengar-dengar ada murid baru dari China. Yang katanya hebat Wushu dan yang
hebatnya lagi, orangnya mirip kayak Panda. Gimana bentuknya yah? apa warna
kulitnya hitam putih juga? apa rumahnya dikebun bambu juga? Ah…ngapain aku
perduli. Toh, dia aja gak perduli sama aku.
Aku
lihat didepan ruang kepala sekolah, teman-teman yeoja di sekolah ku pada
gerumutin kaca ruang kepala sekolah. Iuh…pada ngefans berat yah sama kepala
sekolah yang katanya kalau kita bisa megang kepalanya yang longor itu bisa
bikin kita pinter. Tapi, sampai saat ini aku gak punya niat buat megang
kepalanya. Mending megang kepala Haraboji aku. Biar kata longor, tapi mulus
cuy. Dari pada penasaran, aku ikut aja gerumutin ruang kepala sekolah.
“Apa sih? ada apa sih?” ujar ku yang
menyerobot di berbagai macam bentuk tubuh dan bau parfum mereka. Oweeek…ada bau
parfum tak bermerek. Masih mending bau kaos kaki ku yang sudah gak dicuci 1
bulan. Hahaha, bercanda kok. Akukan olang yang tupel berltih *cadel tuh*. Aku
sudah sampai di kaca jendela ruang kepala sekolah.
“Wih…siapa itu?” tanya ku yang melihat
sosok namja yang hanya belakangnya saja yang dapat ku lihat.
“Dia itu murid baru yang sudah
menggemparkan sekolah” jawab salah satu dari mereka yang memiliki bau parfum
aneh binti gaib cucu tuyul.
“Oh…” jawab ku sambil menutup lubang
hidung dengan tisu. Mirip-mirip kayak orang mimisan.
Setelah
cukup puanas aku didalam. Aku butuh oksigen untuk keluar. Sempat-sempatnya ada
yang buang gas waktu aku lewat buat keluar. Aduuuh…K.O aja dah. Setelah aku
berhasil keluar dari cobaan dunia akhirat ini, pintu kepala sekolah pun
terbuka.
“Wah…dia keluar” teriak yeoja yang
kegirangan.
“WAAAAH” teriak para yeoja.
“Waduuh…akh…tangan gue diinjak. Ah….Hp
gue…” Hp ku ancur diinjak sama saudara kuda nil.
“Apa yang kau lakukan disitu?” suara
namja.
“Eh…anu…” jawab ku bingung.
“Anu apa?”
“Hiks..” mata ku berair.
“Anu apa? kenapa kau menangis?”
“TANGAN KU DIINJAK BODOH” teriak ku yang
sudah tak bisa menahan injakan panda hidup itu.
“Hah…mianhae” ujar namja yang berparas
panda itu mengangkat kakinya dari tangan ku. Tanganku langsung kembang kempis
(mirip-mirip kayak di Tom & Jerry gitu).
“Huuu…telat. Sudah Hp ancur, sekarang
tangan gue lagi” jawab ku menangis sambil meniup-niup tangan ku *kebakar neng*.
“Sini!” namja itu menawarkan pertolongan
untuk berdiri.
“Gue bisa sendiri. Yang diinjak bukan
kaki, tapi TANGAN” ujar ku menekan kata tangan. Aku lekas berdiri dan mengambil
Hp ku yang ancur.
“Huuh…sialan, Hp gue hancur plus bonus
tangan bengkak” omelku menuju kelas.
“Dong Rim, lo kemana saja?” tanya Jung Yin
yang menghampiri ku di depan kelas.
“Habis diserang semut” sahut ku jengkel.
“Semut? apa bentol-pentol?” Jung Yin
memutar tubuhku.
“Nih…bentolnya” aku memberikan tanganku
yang bengkak.
“OMO…besar sekali!” Jung Yin kagum
“Waah…semut apa yang bisa gigit sampai bertelur kayak gitu?” Jung Yin meraba
tanganku. Sumpah deh ni anak, percaya aja sama omongan ku.
“Ini diinjak oleh manusia Panda, JUNG
YIN. Lo percaya aja sama omongan gue”
“Ya…kali aja kan. Biar gue bisa was-was”
“Heh…” aku menghela nafas.
Kami
pun masuk ke kelas ketika melihat sosok seonsaengnim menuju kelas. Aku bergegas
duduk di bangku ku. Aku lihat ada sosok namja di belakang seonsaengnim.
Wah…ternyata seonsaengnim punya peliharaan baru. Seekor panda berjalan dengan
tanpa bulu *lo kate Phiticantropuserectus ape?*.
“Wah…neomu kyeopta” ujar Jung Yin kagum.
“Kyeopta dari sudut mananya?” tanya ku.
“Dari senyumnya” mata Jung Yin
bling-bling yang kayak dikomik itu tuh.
“Hedeh. Mata lo soak kali yah” ucap ku
yang membuka buku paket ku untuk mulai mengerjakan soal-soal Matematika yang
amat-amat mirip gado-gado. Cuz, nyampur-nyampur gitu. Apa lagi ketika aku
melihat warna buku ku yang krim kecokelatan itu. Mirip sekali warna sambal
kacang gado-gado. Aduuh…perut ku bernyanyi… *cacing tuh mba!*
“Joneun Huang Zi Tao Imnida” ucap namja yang
bernama Tao berparas kayak Panda itu dengan tersenyum. Bibirnya yang tipis itu
hampir gak bisa dilihat oleh hidung ku (?). So, mata akukan gak punya mata.
“Saya pindahan dari China. Senang jika
kita bisa berteman baik” ujar namja itu yang tiba-tiba menatap ku. Aku? kenapa
harus aku?
“Kau bisa duduk di samping Dong Rim”
tunjuk seonsaengni kearah ku. Dia duduk disebelah? gawat tuh…entar dia
bisa nyakar-nyakar aku lagi *kucing
garong kali nyakar-nyakar AUUUW*.
“Ne, Khamsahamnida” ujar Tao yang
berjalan kearah ku.
“Loh, bukannya kamu yeoja yang tadi
menangis sambil tengkurep itukan?” tanya Tao seraya duduk disampingku.
“Heh? Hahaha, lo salah liat kali” jawab
ku sambil berekspresi pura-pura tak tahu.
“Jinjja?”
“Ne. Gue aja dari tadi dikelas” jawab ku
MUAAANTAP.
“Loh…bukannya lo tadi baru dat…emb…” aku
sumbet mulut Jung Yin dengan buku Matematikaku.
“Hahaha” aku memaksa tertawa agar manusia
Panda itu tak bertanya lagi.
“Buka halaman 127. Disitu ada soal nomor
3. Saya pernah menjelaskan ini sebelumnya. Siapa yang bisa mengerjakannya
sekarang?” tanya seonsaengnim pada kami. Beberapa saat hening, hanya ada suara
pensil ku yang berbunyi.
“Saya, pak” jawab ku setelah
menyelesaikan soal itu di buku ku.
“Ne, Dong Rim maju. Tulis dipapan tulis”
perintah seonsaengnim sambil memberikan spidol kepada ku.
Senangnya
aku bisa menulis rumus gado-gado ini di papan tulis. Coba yang aku tulis rumus
cara bikin gado-gado, beuh….aku akan semangat 45 *kemerdekaan Indonesia itu*.
Setelah selesai, aku letakkan spidolnya ke meja seonsaengnim. Aku duduk kembali
ke bangku ku. Mata manusia Panda itu terus menatap ku sampai aku duduk
dibangku. Nahkan…aku sudah bilang, pasti dia mau nyakar-nyakar aku.
“Kenapa lo ngeliatin gue kayak itu?”
ketus ku.
“Sepertinya kau orang pintar disini?”
ujar manusia Panda itu sambil melihat kearah ku.
“Ne. Dia orang yang mendapatkan peringkat
satu di sekolah ini. Sampai sekarang tidak ada yang bisa mengalahkan otaknya”
jawab Jung Yin dari samping ku. Aku yang mendengar jawaban itu langsung
mendorong wajah Jung Yin.
“Iuh…bau sambal kacang” ucap Jung Yin.
“Waktu mandi gue pakai sabun sambal
kacang” jawab ku asal. Muka Jung Yin spontan berubah mengkerut *lo kate telur
dadar mengkerut*.
“Sekarang, soal selanjutnya. Nomor 7.
Siapa yang mau mengerjakannya?” tanya seonsaengnim.
“Saya” jawab Tao dengan sigap.
Tao
langsung maju menghampiri papan tulis dan meraih spidol di atas meja
seonsaengnim. Dengan cepat ia mengerjakan soal Matematika itu. Tangannya begitu
lentur menulis semua angka disana. Mirip ballerina gituh. Tangan aku aja kaga
sampai selentur itu. Bulu kuduk ku langsung berdiri saat melihat cara ia
menjawab soalnya. Wah….saingan berat nih.
Glek…
“Lo kenapa Dong Rim? Lo takut kalau Tao
bakal ngalahin lo?” tanya Jung Yin yang tahu apa yang aku pikirkan sekarang.
“…” aku hanya diam sambil
mengangguk-anggguk, geleng-geleng, muter-muter *Dj cuy*. Syukur kaga copot.
“Selesai” ucap Tao sambil tersenyum.
“Wah…kau memang hebat. Dalam 1 menit kau
bisa menyelesaikannya” kagum seonsaengnim. Aku yang mendengar pujian itu tentu
saja iri dan takut. Iri karena pujian ku diambil dan takut karena posisi ku
disekolah bakal terlempar ke samudera karena manusia Panda itu.
“Ihs…aku tidak akan biarkan itu” ujar ku
yang menggigit-gigit pengsilku. Biasanya kalau lagi kesel aku gigit-gigit
penghapus. Karena penghapusku habis karena sering aku gigitin, jadi aku gigit
pengsil *makan iklan nih*.
“Khamsahamnida” ujar Tao yang duduk
kembali ke bangkunya.
Aku
jengekel ketika ia tersenyum melihat ku. Aku makin gigit pengsilku hingga
patah. Lalu, aku gigit panggaris ku. Tapi, gak habis-habis. Cuz, penggaris ku
dari besi *hahaha ompong tuh*.
KRIHING, KRIHING…..
Bel
sekolah berbunyi. Suara belnya sekarat. Habis beterai kali yah? kok sekolah
Internasional punya bunyi bel kayak mobil soak. Sebelum ke kantin, aku
bertujuan untuk membahas soal kekesalan ku tadi pada murid baru disebelah ku
itu.
“Hehemh” aku berdehem.
“Mwo?” tanya Tao sambil memasukkan
buku-bukunya ke dalam tasnya.
“Gue sedikit terganggu dengan keberadaan
lo di sini” ujar ku yang to the point *bahasanya le*.
“Maksud mu?”
“Gue gak mau aja posisi gue lo ambil alih
begitu aja”
“Posisi apa?”
“Huft…pinter-pinter kok Lola bengat. Oh
iya yah, lokan Panda. Maksud gue, gue gak mau posisi gue sebagai murid paling
pinter disini lo ambil alih. You do understand?” ucap ku *wah salah tuh bahasa
inggrisnya*.
“Do you understand kali, Rim?” ralat Jung
Yin.
“Ssst” aku memotong ucapan Jung Yin.
“Lalu mau kamu aku pindah dari sini?”
tanya Tao mulai serius.
“Yah gimana baiknya” jawab ku dengan
melipat tangan ke dada (sediki-sedikit gaya sombong lah).
“Gimana kalau kita bikin taruhan?” ide
manusia panda itu. Aku langsung menurunkan lipatan tanganku.
“Taruhan apa?” tanya ku curiga.
“Sebentar lagi, kita akan menghadapi ulangan
semester pertama kan? Jadi, siapa yang bisa mendapatkan peringkat satu, dia
yang menang. Yang kalah harus memenuhi syarat pemenang” jelas Tao. Aku sedikit
takut mendengarnya. Apa lagi pakai syarat-syarat segala, kepo bengat.
“Syaratnya apa?” tanya ku.
“Jika aku yang menang. Kau harus jadi
pacar ku” jawab Tao santai tanpa noda *dosa kale*.
“Pacar mu?” waduh pakai acara
pacar-pacaran segala lagi. Aku mulai gelisah nih. Mana akukan gak pernah
pacaran.
“O.k. Tapi, kalau aku yang menang kau
harus pergi dari sekolah ini” syarat yang aku ungkapkan.
“Wuuu” Jung Yin kagum dengan permohonan
ku.
“Boleh” jawab Tao santai.
“Hey, anak baru!” panggil Yi Xing teman
sekelas ku.
“Aku?” tanya Tao sambil menunjuk dirinya.
“Ya kamu” ujar Yi Xing.
“Oh…wae?” tanya Tao.
“Kita ke kantin, yuk!” ajak Yi Xing SNSD
*SKSD kale*.
“Emh…” jawab Tao santai sambil berjalan
mendekati Yi Xing.
“Yi Xing kok akrab banger yah, sama Tao?”
ujar Jung Yin.
“Ya gak papakan. Merekakan sama-sama dari
kebon bambu juga” jawab ku.
“Kita kekantin aja yuk, laper nih!” ajak
ku sambil ngocok-ngocok perut.
Sesampai
dikatin, aku langsung memesan makanan kedua favorit ku. Karena hari ini aku
merasa jengkel sama manusia Panda itu. Biasanya, kalau hati ku lagi jengkel,
aku dirumah bakal ngadain luluran sambal kacang. Tapi, karena aku lagi
disekolah. Jadi, aku bawa makan aja. Setelah Mang Ujang, nama dari penjual
makanan Indonesia itu, mengatarkan Sate ‘Sa-te’ singkatan dari Santapan Tenan
ke atas meja ku.
“Waduuh…baunya nusuk jantung cuy!” ucap
ku langsung menarik piring ku dekat hidung ku.
“Gomawo” ucap ku akrab pada Mang Ujang.
“Podo-podo, neng” jawab Mang Ujang pakai
bahasa Inggris *Hahaha bahasa Jawa kale*.
“Oh ya, pesan teh es 2 gelas yah, Mang?”
ujar Jung Yin yang menyantap mie ramennya.
“Oh..sips” Mang Ujang mengacungkan jempol
kakinya (Jiaah, bau mang).
Karena
perut ku sudah karoke, Hap…lalu dimakan (sate maksudnya). Jung Yin lagi-lagi
nyengir melihat ku makan makanan ku.
“Waeyo?” tanya ku yang menarik sate ku
dengan gigi.
“Makan itu lagi?” ujarnya.
“Gak kok” jawab ku yang masih nikmati
hidangan Sate.
“Gak gimana? tuh ada sambal kacangnya?”
“Tapikan beda makanannya”
“Tetap aja ada sambal kacangnya”
“Heh…lokan sudah tahu kalau gue gak bisa
makan tanpa sambal kacang”
“Tetap aja namanya sambal kacang”
“Apapun makanannya, sambalnya sambal
kacang” beuh makan iklan nih.
“Heleh” Jung Yin kalah.
Saking
ganas bin sangarnya aku makan sate. Eh, satenya sangkut digigi plus ama
lidinya. Aku tarik-tarik. Cuz, kaga bisa juga. Sampai-sampai aku jerit-jerit
kayak ibu-ibu hamil. Jung Yin sempet melototin gaya aku yang kaga jelas itu.
“Aduuh…eotteohke?”
“Mwoyayo?” tanya Jung Yin.
“Satenya nyangkut digigi gue nih. Bantuin
dung” ujar ku yang masih narik-narik lidi satenya.
“Terlalu semangat makan sate, jadi kayak
gini kan?” ujar Jung Yin yang membantu ku menarik batang lidi satenya.
“Ini…” ujar Mang Ujang terpotong.
TAAAK
“HAH?!” Mang Ujang melotot melihat sate
dari gigiku mendarat tepat disasaran celemek masaknya.
“Hah…mi-mianhae. saya benar-benar gak
sengaja” ujar ku yang memelas plus puppy eyes.
Mata
ku mendapati Tao dan Yi Xing sedang mentertawai ku. Apalagi Yi Xing, sampai
ngakak. Syukur nggak glundungan. Tao hanya tertawa kecil dan menunduk saat aku
melihatnya. Selera makan ku hilang. Aku berdiri dan berjalan ke kelas.
“Yaa! Dong Rim, jakanman!” ucap Jung Yin
yang ingin menyusulku.
“Hey, bayar dulu, neng” ujar Mang Ujang
yang sibuk membersihkan celemek masaknya.
“Aduh…nih. Ambil aja kembaliannya” ujar
Jung Yin yang meletakkan uangnya diatas meja dan segera menyusul ku.
“Apanya yang mau dikembalikan. Uangnya
aja kurang. Dasar utangan!” omel Mang Ujang sambil kembali ke pertapaannya di
dapur.
Setelah
pulang sekolah, aku merebahkan tubuh ku sejenak sebelum Eomma memanggil ku. Aku
memikirkan betapa beratnya taruhan itu. Mana lagi syarat-syaratnya membuat bulu
ketek ku berdiri. Tapi, gak papa. Ketimbang rambut ku berdiri. Kan entar jadi
gak yeppoe lagi? *jiaah narsis*.
“Aku harus berjuang. FIGHTING!!!” ucap ku
sambil mengepal tangan ku.
“Sekarang tanggal berapa, yah?” aku
melihat kalender ku.
“Dua bulan lagi? Waduh…sebentar lagu
dong. Biar kata dua bulan. Tetap ajakan aku harus siap dari sekarang” ujar ku
yang mengganti seragam ku dengan pakaian rumah.
“Lihat saja nanti! Aku akan musnahkan
manusia Panda itu dari muka sekolah ku” ketus ku *muka bumi kale neng, neng.
Mau gaul tapi malah kepo*.
Satu
bulan berlalu, aku hanya belajar seperti biasa. Malam dari jam 7 sampai jam 9
aku belajar menjawab soal Kimia, Fisika, Matematika, de el el. Kecuali, Bahasa
Inggris. Sumpah, baru lihat cover depan aja, sudah kayak mau ngelihat buku
kematian. Mana rasanya berat bengat lagi. Kayak ngangkat bajaj yang ketiban
gajah, terus penyek di seret truk dan kelindas kapal di darat(?) (makan iklan
lagi). Dari segala mata pelajaran, yang paling mengerikan adalah Bahasa
Inggris. Nilai paling rendah juga bahasa Inggris, 6,99. Yang lain di atas
tujuh. Malah Fisika aku 9,99. Nyaris seratus tuh.
Bukannya
aku sombong yah, kalau mau pintar itu gak usah nguras otak. Yang penting ada
waktu kosong, kerain aja tuh soal-soal yang nganggur. Yah biar makin akrab sama
buku. Buat apa mati-matian belajar sampai mata molor, eh besoknya K.O. Sama aja
nyiksa diri sendiri.
“Lo punya rencana?” tanya Jung Yin yang
duduk didepan ku.
“Rencana apaan?’ tanya ku yang asik
bermain sama rumus Fisika.
“Rencana buat ngalahin Tao”
“Ada. Wae?”
“Mwo?”
“Lo nggak lihat gue lagi ngapain?”
“Belajar” jawab Jung Yin singkat.
“Nah itu”
“Itu rencana Lo?”
“Ya iyalah. Terus apa lagi?”
“Masa belajar doang. Yang lain dong. Gak
seruh, nih”
“Maksud Lo, gue harus nyuri buku-buku
Tao, terus ngebakar bukunya kayak di senetron-senetron gituh?”
“Ne”
“Hah, basi tau”
“Terus, lo cuman diam kayak gini aja?”
“Ngapain harus repot-repot. Toh, bakal
bikin gue rugi tenaga aja”
“Up to you deh…yah, semoga aja lo menang.
Tapi, gue gak rela Tao pindah” ucap Jung Yin manyun.
“Lo suka sama tu namja?”
“….” Jung Yin angguk-angguk.
“Suka apanya?”
“Suka karena dia mirip Panda peliharaan
Haraboji gue yang sudah is death” ucap Jung Yin sambil gaya gorok leher sambil
menjulurkan lidahnya.
“Heh…” aku hanya nyengir.
Tak
lama, Tao dan Yi Xing datang dari kantin. Darimana gue tahu? ya dari nasi yang
masih nempel di bawah bibir Yi Xing. Iuh…jorok bengat. Makan kayak bayi. Tao
duduk di bangkunya sambil melirik kearah ku. Tapi, aku tetap fokus dengan rumus
Matematika ku.
“Lo lihat apa?” tanya ku dengan mata
masih menatap segudang angka yang masih kosong dibuku ku.
“Ani. Cuman kau manis juga” ucap Tao
tersenyum. Mata ku membulat saat mendengarnya. Ku tatap perlahan matanya.
“Rayuanmu terlalu gombal!” ketus ku.
“Aku jujur kok” jawab Tao yang duduk
menghadap ku.
“You to up, yang penting aku gak akan
leleh oleh kata-kata itu” jawab ku pakai bahasa gaol (waduh bener gak sih
bahasa inggrisnya itu?).
“Up to you, Dong Rim” ralat Jung Yin.
“Ya terserah gue dong. Wajarkan kalau
orang lagi esmoci salah kata?” bela ku dengan mengangkat dagu (biara gaya
sombong gitu).
“Bilang aja, gak bisa bahasa inggris”
ketus Yi Xing nyambar. Tu orang nyolot terus. Mana SNSD lagi sama orang *SKSD
mba*.
“Siapa bilang? kan cuman kebalik doang”
aku tak mau kalah.
“Heh, apa bedanya?” tanya Yi Xing.
“Bedanya lo namja gue yeoja” jawab ku
kaga nyambung.
Satu
persatu teman kelas mulai masuk. Aku menghentikan debat ku antara Yi Xing. Yi
Xing adalah orang yang jarang bergaul atau bercerita dengan orang lain.
Yah…bisa dibilang dia orang yang tertutup. Tapi, suka nyolot mulu. Makanya aku
jengkel.
1 minggu menjelang ulangan semester satu…
Aku
mulai merencanakan ide konyol ku untuk mengalahakan Tao. Sebenarnya aku benci,
tapi hanya itu cara makmur dan sentosa (kalau bisa hidup sejahtera juga bisa), Yaitu
belajar dari jam 3 sore sampai jam 5 sore, Lalu dilanjutkan lagi dari jam 7 malam
sampai jam 11 malam dan bangun belajar lagi subuh dari jam 4 sampai jam 7 pagi.
Cara
itu sudah berjalan 5 hari menuju ulangan semester, aku malah merasa gak
semangat dan malah makin cape. Mana mata sudah mirip kayak Tao manusia Panda
itu. Jalan aja nyeret-nyeret kayak zombie.
“Gwaencanayo?” tanya Tao yang duduk
disebelah ku.
“Wae?” tanya ku yang menatap Tao.
“HAH? ma-mata mu…berkantung dan pucat.
Apa kau sakit?” tanya Tao terkejut melihat telur dadar gosong di mata ku.
“Jangan banyak tanya! sebentar lagi
ulangan semester. Gue gak akan menyerahkan posisi gue buat lo” ketus ku sambil
merebahkan kepalaku ke atas meja diatas buku Kimia ku kembali.
Sebenarnya aku gak tega ngomong kayak
gitu sama dia. Tapi, mengingat persaingan yang menurut ku cukup tegang itu, aku
tak pernah memikirkan kondisi ku sekarang. Biar kata dilihat agak dekil.
Sepulang sekolah, aku menggotong sepeda
ku. Entah kenapa, ban sebeda ku bisa bocor di parkiran. Wah…perasaan kaga enak
nih hari ini. Kayaknya bakal dapat sial.
“Idih…panas sekali hari ini. Mana gak ada
yang jual es keliling lagi?” ucap ku sambil menyeret sepedaku.
Karena
mata ku lengah, aku tak melihat lampu jalan yang awalnya merah menjadi hijau.
Tapi, aku tidak sadar. Aku tetap saja menyebrang jalan. Kayak di film-film
gitu. Yah, biar dramatis. Entar ceritanya, ada namja yang nolongin aku. Jadilah
‘Pandangan pertama diawal aku berjumpa…’ *dangdutan
uey*.
“Akh….” mata ku melotot melihat truk
besar mengarah kepada ku.
“AWAS!” teriak seseorang dari belakang
ku. Wah…sesuai rencana nih…moga aja yang nongol Lee Min Ho *maunya*.
BUUUK
Aku
jatuh terpental bersama seseorang yang memelukku. Aku belum berani membuka
mata. Karena orang itu belum melepaskan pelukannya. Aku merasa tubuhnya yang
kuat memelukku.
“Gwaencaayo?” tanya namja itu yang
melepaskan pelukannya.
“E…” aku membuka mata perlahan. Aku tarik
nafas, keluar nafas. Aku gugup. Kira-kira Lee Min Ho gak yah? aduh…moga aja
deh. Biar bisa ganti keturunan paling gak *sudah sekarat, masih aja narsis*.
“Ada yang sakit?” tanya namja itu. Aku
memberanikan diri menatap namja itu dan aku melihat…
“TAO?!” ucap ku kaget. Wah…ancur deh
harapan ku. Bisa-bisa anak ku perpaduan Panda dan Dekil(?).
“Ne?”
“Ke-kenapa lo bisa disini?”
“Kau hampir saja ditabrak truk”
“Yaa! Kau mau mati, ya? punya 10 nyawa?”
ujar sopir truk itu.
“Mianhae. Jeongmal mianhae” ucap Tao
seraya membantu ku berdiri.
“Lain kali, kau harus lebih
berhati-hati!” ucap Tao yang mendirikan sepedaku.
“Sini! Biar gue aja yag bawa. Gomawo”
ucap ku yang langsung meninggalkan Tao.
“Apa gue terlalu dingin, yah? ah biar
saja” ketus ku dengan sedikit memiringkan kepalaku.
1 Hari menjelang Ulangan Semester…
Jam
ku sudah menunjukkan pukul 11.20 Pm. Kepala sudah angguk-angguk plus mulut
cuap-cuap gak karuan. Kelopak mata sudah ku tempel dengan plester biar gak
merem melek. Kopi sudah 2 gelas. Apa sih yang kurang?
“Ka~jja~, se~diki~t la~gi~!” ujar ku
dengan nada 0,5 oktaf sekarat.
Aku duduk di depan cermin ku,”Waduuh…mata
ku merah. Ada kantung dibawah mataku. Ada kerutan dan bercak-bercak hitam di
wajah ku. Aha! pakai aja krim Ponds untuk menghilangkannya” ieh…kok aku jadi
promosi make-up.
“A~ku~ su~dah ti~dak ta~ha~n la~gi…~” aku
tertidur tepat diatas meja make-up ku.
Ngok….kruk…Ngok….kruk… *ngorok plus laper
tuh*
Disekolah…
“Hahaha, HAH?!” Yi Xing terkejut saat
melihat ku berdiri di depan pintu kelas. Yang awalnya Yi Xing ketawa-ketiwi, eh
jadi dratis melotot.
“MWO?!” tanyaku kasar.
“Hehehe” Yi Xing terkekeh sambil bergeser
dari hadapanku dan berlari melintasi ku.
Tao
menatap ku prihatin. Wah, tampang ku, tampang dikasihanin nih. Aku tak
menatapnya dan tetap berjalan ke bangkuku. Aku buka buku Fisika ku dan aku baca
rumus-rumusnya. Mataku merem melek nih. Mana kepala angguk-angguk plus
geleng-geleng. Mulut cuap-cuap baca mantra Fisika.
“Gwaencanayo?” tanya Tao menatap ku.
“Hoh” jawab ku singkat.
“Kau begadang, ya?” tanyanya lagi.
“Ani”
“Kau sangat pucat dan terlihat lelah”
ujar Tao.
“Lo gak usah perdulikan gue!” ketus ku.
“Kenapa kau begitu dingin padaku?”
“Haruskah gue ngejawab? bukannya lo tahu?”
“Apakah karena kau takut posisi mu
diambil oleh ku, jadi kau bersikap seperti ini bersamaku?” tanya Tao serius.
“…” aku hanya diam dan berpikir. Iya sih,
aku selalu ngomong dingin sama Tao.
Tak
lama, seonsaengnim masuk kekelas ku bersama seorang murid. Ia adalah ketua
OSIS. Ia membawa lembaran soal dan lembaran untuk jawaban ditangannya. Ia membagi
kepada kami satu persatu. Aku ambil pulpen dan tipe-x ku. Aku berdo’a dan
berharap ulangan hari ini dan seterusnya berjalan dengan baik dan lancar.
“Huft…mata gue gak bisa nahan nih” keluh
ku pelan. Tao menyadari itu dan ia menatapku. Tapi, aku hanya diam dan
meneruskan menjawab soalku.
KRIIUNG…KRUUUING…
Omo!
bunyi bel sekolah ku kok sekarat kayak aku. Jangan bilang kalau tu bel GALAU
gara-gara aku? *ngarep.com*. Tanpa perasaan, Jung Yin langsung menarikku ke
kantin. Mendudukan ku dihadapannya dan memanggil Mang Ujang.
“Pesan, bimbipluk ya? oh ya, sama sate
12” ucap Jung Yin sambil menggoyang-goyangkkan jari telunjuknya.
“Sip” jawab Mang Ujang mantap sambil mencatat
cemohan Jung Yin.
“Lo mau pesan apa, Dong Rim?” tanya Jung
Yin.
“Tumben lo pesan sate. Biasanya lo hina
tu sate” ujar ku.
“Hehehe, cuz bentuknya yunik gityuh.
Seumur hidup, gue gak pernah liat daging ditusuk-tusuk, lalu dibakar dan
disiram sambal kacang”
“…” aku hanya diam dan menaikan satu alis
ku.
“Ka-kali aja gue bisa sepinter lo, kan?”
“Heh..,kalau mau pintar, makanya belajar”
kenyang makan iklan nih.
“Mang, aku pesan siomay” ujarku.
“Oh…sip” jawab Mang Ujang seraya pergi
dari hadapan kami *musnahlah kau*.
“Tumben pesan makanan kaya gitu?” tanya
Jung Yin.
“Kayak gitu apa?”
“Maka Chinakan itu?”
“Terus?”
“Akhirnya lo normal juga” ucap Jung Yin
tanpa sambel.
“Maksud lo?”
“Biar kata gak bisa makan pake sambal
kacang, paling gakkan makanannya dari Negara China”
“Ihs….” aku geregetan, jadinya geregetan. Apa yang harus ku lakukan? (jadi
nyanyi deh..)
Untung
aku sabar. Jika tidak, sambel diatas meja itu sudah ku lulurin tuh ke wajahnya.
Kontrak persahabatan kami sama UUL (Undang-undang Laut) masih berlaku. Jadi,
aku gak bisa ngapain-ngapain deh.
* * *
5
hari berlalu sudah Ulangan Semester 1. Semakin hari semakin cape. Ngayuh sepeda
20 menit baru nyampe sekolah. Jalan dari parkir nyampe kelas 10 menit. Buka
buku 5 menit *wah sekaratul maut tuh*.
“Gue harus kuat, hari ini hari terakhir.
Ulangan Matematika. FIGH~TING~!!!!” suaru bergertar cuy. Gara-gara Kyu Min
lari-lari ke dalam kelas. Kyu Min-kan badannya saudaraan sama kuda nil.
“Hari ini hari terakhir kalian
taruhankan? dan satu minggu mendatang nilai kita akan keluar?” ujar Yi Xing duduk
di depan meja Tao.
“Hemh” jawab Tao santai.
“Huft…akhirnya setelah ini aku bisa
santai. Tapi, gue yakin, gue bakal tetap peringkat satu” jawab ku yakin dengan
mengangkat kerah baju (ceritanya gue pinter).
“Hemh” Tao tertawa kecil.
Dia
malah tertawa. Dia kira aku bercanda apa? Jangan bilang kalau tampang aku kayak
sule? *wah, mirip* (gue tipluk lo thor, baru tahu rasa) *maaf…gue khilaf*.
Akhirnya seonsaengnim pun datang membawa tumpukan soal dan lembaran untuk jawaban.
Ia membagikanya kepada kami. Setelah aku mendapatkannya, aku berdo’a dan
memulai mengerjakannya.
“Heh…ke-kepala ku kenapa kunang-kunang,
yah?” tanya ku sendiri sambil menampar-nampar udara di kepalaku.
Aku
pejamkan mataku sejenak dan aku buka kembali. Aku melanjutkan menjawab soal
Ulanganku. Dalam waktu 90 menit, akhirnya aku duluan dapat menyelesaikannya
dari yang lain. Aku berdiri dan mengumpulkan tugas ku kedepan.
“Saya sud…” kata-kata ku terpotong.
“Saya sudah” ucap Tao yang juga berdiri.
Aku
menatap pekat matanya dan berlari duluan ke depan meja seonsaengnim untuk mengumpulkan
hasil jawaban Ulanganku. Setelah mengumpulnya, kakiku gemetaran dan
penglihatanku buram.
BUUK..
“Heh…gue dimana?” ucap ku sambil menutup
mata ku dengan lenganku.
“Lo di UKS, Rim” jawab suara seorang
yeoja.
“Gue kenapa? gue pingsan?”
“Hemh. Lo pingsan didepan kelas. Jadi,
Tao yang membawa lo ke sini bareng gue” jawab yeoja itu.
“TAO?!” aku shock.
“Ne” jawab namja Panda itu yang duduk di
sampingku.
“Gomawo, Tao” ucapku dengan lembut.
“Ne, cheonma” jawabnya. Jung Yin
tersenyum melihat kami berdua. Aku cubit pahanya.
“AUUW, sakit tahu” ujar Jung Yin mengipas
pahanya yang merah ku cubit.
“Oh ya, tadi semua mata melihat kalian
berdua. Ada yang histeris, ada yang ngambil tali buat bunuh diri, ada yang
bikin peti mati dan ada yang beli kain kapan” ujar Jung Yin.
“Mwo? mereka mau mati atau cinta mati
sih?” tanyaku.
“Mau mati karena takut ditagih hutang,
HAHAHAHA” Jung Yin tertawa tanpa busa dan bau pete semerbak menebar di UKS.
“Gila, Bau banget mulut lo” ujar ku yang
menutup lubang hidung dengan jari ku. Tao malah menutup lubang hidung dengan
daun pisang *dipepes enak tuh*.
Aku
diantar oleh orang tua Jung Yin kerumah. Karena aku masih tidak kuat untuk
bersepeda. Syukurnya sepeda aku canggih, bisa dilipat-lipat, lalu disetrika dan
disimpan deh di bagasi mobil. Sesampai dirumah, aku langsung tidur tanpa
melepaskan sepatu dan seragam sekolahku. TIDUR IS MY LIFE, HAHAHAHA XD
Hari pengumuman hasil Ulangan Semester
1..
Pagi-pagi
sekali aku bangun. Ku sambut dengan parfum baru. Parfum berbau harum sambal
kacang dari hasil rebusan alami *belum pernah dengar tuh*. Ku semprotkan
kesuluruh seragam sekolah ku dan ku berlari ballerina ke dapur dengan menuruni
tangga.
BUUUK
“Akh…eomma, kaki ku!” aku mengeluh
kesakitan. Aku jatuh dari tangga karena saking semangat 45.
“Gwaencaayo?” tanya eomma menghampiri ku
dan membantu ku berdiri.
“Gwaencana. Cuman pantat aku aja agak
nyut-nyut” jawabku seraya duduk di kursi.
“Heh…sekarang makanlah sarapanmu. Hari inikan
pengumuman nilai semester pertamamu, jadi datanglah lebih awal. AWAS! Kalau
peringkatmu turun” ujar Eomma menyodorkan roti bakar dengan selai sambal
kacang.
“Ne” jawab ku dengan lahap mencabik-cabik
roti bakar ku tanpa sisa *singa laper…*.
Setelah
selesai sarapan, aku bergegas mengambil sepeda ku dan menungganginya kesekolah.
Secepat angin topan aku kayuh sepedaku. Perlahan-lahan keringat ku bercucuran.
Tapi, aku tetap mengayuh sepedaku.
Sesampai
disekolah, aku memarkir sepeda ku dan bergegas ke madding sekolah. Gerumunan
murid-murid sudah memenuhi depan madding. Aku mengambil ancang-ancang dan
menggunakan masker anti bau parfum tak bemerek sebelum numbring di sana.
“Hiaaa….akh…” aku terhenti dan…
BRUUUK
Aku
menabrak seseorang bertubuh kuat dihadapanku. Ia memegang kedua pundakku dalam
pelukkannya. Waduh..siapa ya? kok tubuhku rasanya anget-anget gimana gituh? oh
ya, kan aku habis minum Antangin JRG (makan iklan lagi, kenyaaaang…).
“TAO?! Mwoyayo?” tanya ku spontan mundur
dan mengibas seragam ku dari noda bau bambu.
“Kau yang kenapa? Kau menabrakku”
jawabnya.
“Mi-mianhae” ucapku. Aku langsung masuk
kegurumanan itu dan mencari namaku.
“Han Dong Rim” aku menyebut namaku dan
menunjuk barisan nama di madding.
“HAH?! EOTTEOHKE?!” aku shock.
“Wah…aku peringkat 1” Tao bahagia.
“AKH….KENAPA BISAAA??” aku berteriak dan
membuat sekolah bergetar.
“Kau peringkat 2?” tanya Tao yang
jelas-jelas tahu kalau aku sudah peringkat dua.
“ANDWEYO” aku berjongkok dan
mengacak-ngacak rambutku (kayak di drama-drama kore gityuh).
“Padahal kita cuman beda 1 piont” ujar
namja Panda itu.
“Sesuai janji, kau menjadi yeoja chinguku
mulai hari ini” ucap namja itu yang ikut duduk jongkok bersama ku.
Aku
hanya menekuk wajahku dan menutup wajah ku dengan kedua telapak tanganku. Tapi,
gak rugi juga sih pacaran sama namja kayak dia. Manalagi yeoja disekolah sering
klepek-klpek kehabisan aer waktu liat Tao. Lumayanlah biar aku ikut tenar.
WKWKWKWKW XD (gue Berjaya).
Kencan Pertama…
“Neomu yeppeo chagi-ya” panggil Tao yang
duduk didepanku.
“Gomawo. Kau juga. Neomu Kyeopta Oppa”
ujar ku.
Yah,
aku sudah mulai bisa mencintai Tao. Walaupun butuh waktu lama. Sudah 6 bulan
kami pacaran. Baru sekarang kami berkencan. Cuz, kami banyak tugas dan Eomma
melarang ku keluar rumah akibat peringkat ku turun. Padahal nilai ku bertambah.
Tapi, Tao lebih tinggi dari aku.
Eomma
setuju aku sekarang boleh keluar rumah sama Tao, karena Tao ngomong sama Eomma
kalau dia bakal ngajarain aku dan membuat peringkat ku menjadi 1 lagi. Dan
ternyata itu terbukti. Aku dan Tao sama-sama peringkat satu sekarang. Kami pun
sekelas lagi di kelas XII IPA 1. Wah…kayaknya aku bener-bener sejodoh nih sama
manusia Panda. Gak papa, lagian dia guanteng juga *wakay lamah urat author
dengar*.
“Mau pesan apa?” ujar seorang pelayan yang
menghampiri kami.
“Aku spageti keju pedas. Kamu pesan apa?”
tanya Tao pada
“Gadoh-gadoh dengan 5 cabe, 3 sendok
sambal kacang dan es teh” ucap ku riang.
“Heh?” Tao dan pelayan itu kebingungan.
“Wae?” tanya ku.
“An-aniyo. Segera saya antar kan” ujar
pelayan itu lari terbirit-birit ke dapurnya.
“Hehehe” aku terkekeh Tao garuk-garuk
dagu.
10 menit kemudian…
“Ini pesanannya!” ujar pelayan tadi
mengantarkan pesanan kami.
“Semoga menikmati” ucapnya seraya
menundukkan badannya lalu pergi.
“Ne, gomawo” ucap ku dan Tao bersamaan.
“HUAAA…Gadoh-gadoh…hemh…baunya mirip
kacang” ujar ku sumringah. Tao manundukkan kepalanya tanda tak mampu.
“Selamat Makan” ucapku semangat 2012.
“…” Tao hanya diam dan tersenyum melihat
tingkahku.
Aku
santap tanpa perasaan gado-gado itu. Eh, ada sambal kacang nyangkut di ujung
bibir ku. Berharap namjachinguku melapnya untukku *ciee…uit uit*. Tao akhirnya
menyadari itu dan ia mengambil sapu tangan miliknya.
“Jangan makan tergeasa-gesa!” ucapnya
lembut dan tersenyum.
“Hehehe, gomapta” ucap ku seraya terkekeh
kambing (mbehehehehe).
Chup~
Tao
mencium pipi kanan ku. Mataku melotot dan tidak dapat bergerak. Rasanya
pembuluh darah ku mendidih dan jantung ku memompa keras. Waduh…anget-anget deh
tubuhku. Itu adalah first kiss ku dari namja Panda itu. Iuh…aku malu
>///< (Jangan dilihat).
[THE END]
Close Song=>Touch_Let’s walk together
TAMAT…Cie cieh…tamat. Eotte? bagus gak?
ketawa gak? ah, kalau gak ketawa gak normal tuh.. #disembeleh readers. Cerita
ini terinspirasi sama namja yang pernah aku khayalin. Tapi, gak pernah ketemu
sama yang kayak gitu…iuh nasib euy…untuk ff ini adalah yang terakhir. Kita
ketemu ditanggal 19 Desember. Author mau break dulu, cuz mau Ulangan en
Lomba…biasa orang pinter en sibuk #sombong bengat nih ceritanya Bwakakakak XD.
Mianhae kalau ada kesalahan kata. Karena Author adalah alien terbuang T.T
hu….Anyyeong Gyeseyo pay pay #nunduk bareng aa’ Kris lagi (wakay)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar