PLAY FULL
LOVE
Author : Han Hyo Mi
Main Cast :
Resiana as Oh Hani, No Minwoo-Boyfriend, Oh Sehun-EXO K, Shi Minyeon, Gum Boah
dan Cecilia Van Fender
Genre :
Romantic and House Life
For : 15 +
Soundtrack :
Mighty Mouth_Tok tok
Part.2
TADA….Author
kalian come back again. Niih…kelanjutan part.1’a sdh terbayarkan…kasihan teman
author yg sudah sesek penasaran karena nunggu kelanjutannya. Dengan berat
badan(?) author mempercepat niih kelajutan...jadi harus minta pijat aa’ Kris
buat bondingin tangan author yang kribo ngetik #wakay ngomong lu thor,thor. Ya
sudah, ya sudah…langsung aja mampir ke rumah author…Let’s kejedot…XD
^~^~^~^
Dan
Minwoo mendorong Hani untuk menjauh dari lemari. Hani langsung tercengang
dengan sikap Minwoo yang kasar itu.
“Ya-yaa! Kau kasar sekali. Suruh minggir ke,
apa gitu?” ucap Hani seraya memungut pakaiannya yang jatuh.
“Kau terlalu menghalangi ku” ucap Minwoo
mengambil handuknya untuk mandi.
“Ihs…dia ini benar-benar menyebalkan” ucap
Hani sambil mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.
Setelah
selesai, Hani bergegas untuk merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Baru saja
Hani duduk, Minwoo langsung menghentikannya.
“Mau apa kau?” tanya Minwoo dingin sambil mengerikan
rambutnya dengan handuk.
“Tidur. Terus ngapain kalau ke tempat tidur?”
ketus Hani.
“Siapa yang menyuruhmu tidur disitu?”
“Memang ada larangan, ya aku tidur di situ?”
“Kau tidur di sofa luar” perintah Minwoo
seraya memakai pakaian tidurnya.
“Aku?”
“’Ne, kamu. Siapa lagi?”
“ANI. Aku tidur disini. Masa yeoja disuruh
tidur diluar? Kan seharusnya kamu yang tidur diluar” Hani melawan.
“Terserah!” ketus Minwoo yang tiba-tiba
langsung duduk di samping Hani dengan jarak dekat.
“Yaa!” Hani berteriak dan langsung berdiri.
“Huh…baiklah, aku tidur diluar. Tapi, dapur
dan ruang tengah milik ku. AWAS! Kalau kamu berani menginjaknya. Kau akan dapat
akibatnya” ancam Hani.
“O.k” jawab Minwoo seraya merebahkan tubuhnya
di tempat tidur.
Hani
hanya dapat menekuk kesal wajahnya. Ia tarik bantal dan selimut yang dipakai
Minwoo dan langsung meninggalkan namja yang hampir terlelap itu.
“Yaa! bantal ku!” teriak Minwoo yang terkejut.
“Looo” Hani mengejek.
Hani
melempar bantal dan selimutnya ke sofa dengan amat kesalnya. Ia raih telepon
genggamnya dan menekan nomor telepon Sehun.
“Yeoboseyo?” jawab Se Hun.
“Annyeong” sapa Hani lemes.
“Waeyo?
Kenapa kau terdengar pelan? Kau sakit?” tanya Sehun dengan khawatir.
“Aniyo. Aku merindukan Oppa. Coba Oppa yang
disini bersama ku berbulan madu” ucap Hani penuh harapan.
“Aku
juga berharap begitu. Tapi, aku akn tetap menunggu chagi-ya” ucap Sehun lembut.
Minwoo
yang merasa haus pun keluar dari kamar menuju dapur. Ia sadari Hani sedang
menelpon Sehun namjachingu-nya. Minwoo hanya cuek dan tetap berjalan kearah
dapur.
“Kau mau kemana?” tanya Hani setelah menutup
telepon dari Sehun.
“Minum” jawab Minwoo singkat.
“Bukankah dapur wilayah ku?” ucap Hani. Minwoo
sentak langsung berhenti dan kembali mengingatnya.
“Kau lupa? Namja apa itu yang tak ingat
janjinya?” ketus Hani seraya menarik selimutnya untuk tidur. Minwoo tidak
menggubrisnya. Ia tetap mengambil air ke dapur dari kulkas.
“Yaa! Kau tuli? Menjaulah dari wilayah ku”
Hani berteriak dan menghampiri Minwoo.
“Siapa kau disini? Berhak apa?” tanya Minwoo
setelah minum.
“Ka-kau benar-benar…ahk…kau sama seperti orang
tua ku. EGOIS” ucap Hani dengan menekan kata Egois itu. Hani langsung kembali
ke sofa dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimutnya.
“Heh…” Minwoo yang cuek.
Paginya…
“Huaah…” Minwoo yang terbangun dari mimpinya.
“Sudah pagi….” ujar Minwoo yang berjalan ke
luar dengan masih gontai.
Minwoo
terkejut saat melihat Hani tak ada di sofa itu. Ia kucek-kucek matanya dan
kembali melihat kearah sofa itu. Benar, Hani tidak ada disana. Ia cari ke
dapur, kamar mandi, balkon dan taman sekitar vila pun tidak ada sosok yeoja
itu.
“Kemana yeoja itu? Heh…dia selalu pergi tanpa
pamit. Dia kira aku siapa?” omel Minwoo seraya mencuci wajahnya dan berpakaian
untuk mencari Hani.
Sementara
itu, Hani sedang jogging berkeliling daerah Pantai Matira sambil mendengarkan
lagu melalui earphone-nya dengan santai.
“Besok, aku akan ke Paris ke rumah ku yang
baru” ucap Hani seraya duduk di pinggir pantai.
Minwoo
yang sedari tadi mencari Hani khawatir kalau-kalau yeoja itu hilang, terus
berkeliling disekitar Pantai Matira.
“Hah…aku bisa gila gara-gara yeoja itu!” ucap
Minwoo sambil menepuk jidadnya dengan telapak tangan kanannya.
“Minwoo?” panggil seseorang dari belakangnya.
“Hah…Min-minyeon?” ujar Minwoo yang berbalik
ke belakang.
“Hah…benar” Minyeon memeluk Minwoo.
“Apa kabar?” tanya Minwoo.
“Fine. You?”
“Fine too”
“Aku benar-benar menunggu mu. Ku kira kau
tidak akan pernah ke Perancis” ujar Minyeon seraya mengajak Minwoo duduk di
kursi pinggir pantai.
“Hahaha. Akukan namja setia. Aku tidak mungkin
mengingkari janji ku” ucap Minwoo sambil tersenyum manis.
Hani
yang merasa bosan, akhirnya memilih untuk kembali ke villa untuk siap-siap ke
Paris. Mana lagi, Hani belum mandi dan sarapan pagi. Perutnya sudah ceramah
minta makan.
“Hoh…si-siapa itu?” ucap Hani yang terkejut
saat melihat Minwoo bersama yeoja lain.
“Hah..it-itu, bukannya Eonnie yang bersama
Minwoo waktu itukan?” Hani mengingat-ngingat. Hani pun mengendap-endap di
semak-semak yang tak jauh dari mereka duduk.
“Apa yang kau lakukan di Pantai Matira ini?”
tanya Minwoo.
“Aku ada pemotretan disini untuk majalah edisi
Summer Year 2012” jawab Minyeon sumingrah.
“Oh…kapan kau ke sini?”
“Kemarin?”
“Kemarin? kenapa kita tidak bertemu ya?
padahal aku juga kemarin sudah disini” ujar Minwoo.
“Hahaha, tapi sekarang kita bertemu, kan? Oh
ya, apa kau memiliki kekasih lain di Korea?” tanya Minyeon denga nada mengejek.
“Hahaha, aniyo. Hanya kau kekasih ku” jawab
Minwoo tanpa dosa.
“MWO??” desis Hani yang berada di semak-semak
itu.
“Jinjja? Hahaha…senang bisa melihat mu disini.
Emh…bagaimana kalau malam ini kita dinner?” ajak Minyeon.
“Di-dinner?”
“Ne. Direstoran yang tak jauh dari sini kok”
“Ta-tapi, aku harus ke Paris siang ini” Minwoo
yang mencoba menjelaskan alasannya dengan gagap.
“Siang ini? Yah, sayang sekali. Kau ada perlu
apa ke Paris?”
“Aku pindah ke Paris ke tempat Haraboji ku.
Karena aku meneruskan bisnis Appa ku di Paris”
“Oh…aku juga tinggal di Paris. Nanti aku akan
sering berkunjung ke sana, bolehkan?”
“Bo-boleh kok, heheh” Minwoo tekekeh dengan
gugup.
“Baiklah, emh…aku kembali ke villa ku dulu,
sampai ketemu di Paris” ucap Mineyon.
“Ne” jawab Minwoo manis. Hani yang menyadari
Minyeon telah pergi, ia pun keluar dari semak-semak.
“Huuh…” Hani merasa lega.
“Ha-hani, apa yang kau lakukan disana?” tanya
Minwoo yang heran melihat Hani yang begitu berantakan karena ranting
semak-semak dan daun menyangkut di rambutnya.
“Hah…hehe” Hani terkekeh sambil membersihkan
rambutnya.
“Kajja, kita kembali. Siang ini kita akan ke
Paris” ucap Minwoo dingin dan meninggalkan Hani yang sedari tadi sibuk
membersihkan rambutnya.
“Ihs…bantuin kek” ucap Hani seraya
mengibas-ngibas rambutnya.
Setelah
mandi, mereka pun sarapan di pinggir kolam renang. Sengaja di siapkan untuk mereka.
Sesekali, setiap Hani menyuap rotinya, ia melirik Minwoo.
‘Ternyata dia tampan juga. Lumayanlah buat
pemandangan’ pikir Hani sambil mengunyah rotinya.
“Apa yang kau lihat?” Minwoo yang
menyadarinya.
“Hah, an-ani. Kau ge’er sekali. Mending aku
lihat pacar ku” Hani berbicara tanpa sadar.
‘Ups…keceplosan’ ujar Hani dengan mata
membulat.
Saat
itu Minwoo langsung menatapnya dingin. Hani hanya menundukkan kepalanya sambil
melanjutkan makannya.
Siang
ini, mereka telah siap kembali ke Paris. Untuk kembali ke sana, mereka harus
menggunakan pesawat. Setelah turun dari pesawat, mereka langsung dijemput
seseorang yang mengenal Minwoo.
“Saya di perintahkan untuk menjemput, Tuan”
ucapnya dengan bahasa Perancis yang tak dimengerti Hani. Hani hanya terdiam
mendengarnya.
“Emh” jawab Minwoo singkat.
Sopir
itu memasukan barang-barang Minwoo dan Hani ke bagasi mobilnya. Hani
menundukkan badannya atas tanda terima kasihnya. Karena, ia tidak tahu bahasa
Perancis terima kasih.
Selama
di perjalanan, Hani terus memainkan kalungnya. Kalung bermatakan Kristal Air
berwarna biru. Ya, itu adalah pemberian Se Hun namjachingu-nya ketika Ulang
Tahunnya 3 bulan yang lalu.
‘Syukur, aku masih punya barang pemberian
Oppa. Jadi, aku akan memakainya ketika aku merindukannya’ ujar hati Hani.
Minwoo
yang melihat itu, hanya menatap heran dengan tingkah yeoja di sebelahnya itu.
Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di depan gerbang yang sangat besar dan
tinggi berwarna krim dengan interior klasik Perancis. Sesaat setelah masuk ke
dalam pagar besar itu, terpapar taman yang luas dengan penuh warna hijau.
Terdapat tanaman bongsai dengan berbagai bentuk serta bunga-bunga di
pinggirnya.
Mata
Hani tecengang dari jendela mobil ketika melihat Rumah bertingkat tiga yang
bernuansa interior klasik Perancis sama seperti pagar depan rumah ini. Berhentilah,
mereka di depan pintu yang besar seperti pintu Istana itu. Hani sedari tadi
masih tercengang akan kemegahan rumah itu sampai-sampai seorang kakek yang
keluar dari rumah itu pun ia tak menyadarinya.
“Ah, Haraboiji” ucap Minwoo yang mengejutkan
Hani dari lamunannya.
“Haraboji?” ucap Hani pelan seperti berbisik.
“Kalian sudah datang rupanya” ujar kakek itu
sambil memeluk lembut Minwoo.
“Ini rupanya istri cucuku” ujar kakek itu
menghampiri Hani.
“Annyeonghaseyo, Haraboji. Oh Hani imnida”
ucap Hani seraya menundukkan badannya.
“Annyeong” jawab kakek Minwoo.
“Kajja, kita masuk!” ajak kakek Minwoo.
Mereka
pun masuk ke dalam rumah rupa Istana itu. Disana seorang pelayan perempuan
pribadi kakek Minwoo berseragam kantor langsung menunduk kepada mereka. Hani
pun juga membalas menunduk.
“Mari, kuantar ke kamar kalian” ujar kakek
Minwoo.
Ruang
tamu yang benar-benar megah dengan warna krim keemas-emasan itu membuat pesona
klasik Perancis benar-benar terasa. Lampu yang besar dan terang terpampang di
atas langit-langit ruang tamu itu.
Mereka
menaiki sebuah tangga yang lebar dan besar menuju lantai dua. Mata Hani tak
henti menelusuri setiap sudut rumah ini. Ada beberapa keramik langka dan mahal,
ada bunga mawar merah dan putih di beberapa lemari pendek dan meja, dan ada
poto keluarga yang terdapat No Min Woo di sana bersama keluarga besar kakeknya
dan neneknya.
“Dimana Halmonie Minwoo?” tanya Hani.
“Sudah mendahului ku” jawab kakek Minwoo.
“Hah? Ah, Jeosongimnida” ujar Hani merasa
bersalah.
“Aniyo. Gwaencana” jawab kakeknya tersenyum
pada Hani.
“Haraboji, tinggal sendiri di sini?”
“Ani. Aku tinggal bersama beberapa pembantu
disini”
“Oh…” Hani mengangguk-angguk.
Sampailah
mereka di sebuah kamar yang besar dan luas. Terdapat tempat tidur yang
bernuansa klasik Perancis, lemari dan beberapa perabotan lainnya. Mungkin
seluruh isi rumah ini bernuansakan klasik Perancis.
“Wah…besar sekali. Besarnya sama seperti ruang
keluarga ku di rumah. Belum lagi kamar mandinya” ujar Hani kagum.
“Hehemh. Bereskanlah barang-barang kalian.
Setelah, beres-beres dan mandi, makan sianglah bersama di ruang makan” ujar
kakeknya yang meninggalkan mereka berdua.
“Ne” jawab Hani dan Minwoo hampir bersamaan.
“Ah…aku akan mandi lebih dulu” ujar Hani
seraya melepaskan jaketnya.
“Ani. Aku yang duluan” ucap Minwoo.
“Mwo? aku. Aku yang lebih dulu bilang” Hani
yang tak mau kalah.
“ANIYO. Kau bereskan barang-barangmu dan
barangku” ujar Minwoo menendang kopernya kearah Hani dengan kakinya.
“MWO? ANDWE” jawab Hani sambil menendang
kembali koper Minwoo.
“Looo” Hani mengolok dan berlari ke kamar
mandi.
“Ihs…lihat saja kau” Minwoo kesal.
Dengan
shower yang cukup deras, Hani membasahai tubuhnya hingga seluruh tubuhnya. Ia
sabun tubuhnya dan ia sampo rambut gelombangnya itu. Setelah selesai, ia segera
mengeringkan tubuhnya dan menggunakan handuk kimono.
“Dimana koperku?” ujar Hani yang tak melihat
kopernya.
“Hah. jangan-jangan…anak itu” ujar Hani kesal.
Hani
berkeliling sekitar kamar, tapi ia tak sama sekali melihat kopernya. Sampai ke balkon
pun tak ada. Ia buka lemarinya dan…
“HAH…Akh….Minwoo” Hani berteriak melihat
pakaiannya berhamburan dilemari dengan koper tertumpuk diatas semua pakaiannya.
“Siapa yang berteriak?” ujar kakek Minwoo di
ruang makan bersama Minwoo.
“Mungkin, Hani” jawab Minwoo.
“Wae?”
“Entahlah. Namanya juga yeoja” jawab Minwoo.
“Kau sudah mandi?” tanya kakeknya.
“Sudah. Aku mandi di kamar tamu” jawab Minwoo.
“Oh…”
10
menit kemudian, Hani turun dari tangga dan bergabung di ruang makan untuk maka
siang. Meja makan dengan 10 kursi disana. 9 dikiri, 9 dikanan, didepan 1 dan 1
dibelakangnya. Hani duduk berhadapan dengan Minwoo. Sedangkan kakek Minwoo
duduk di sisi kanan mereka.
“Bagaimana makannya? enak?” tanya kakeknya.
“Emh…enak sekali. Aku suka keju” ujar Hani
melahap spagetinya.
“Baguslah. Kalau saja kau tak biasa dengan
makanan Paris” ujar kakek Minwoo.
“Hahaha, ani” jawab Hani malu-malu.
Ketika
Minwoo menatap Hani saat tertawa, Hani mengubah ekspresinya menjadi dingin dan
membuang tatapannya dari Minwoo. Minwoo yang terkekeh melihatnya.
Selesai
makan, Hani duduk di teras belakang rumah sendiri untuk menenangkan perutnya
yang kenyang itu. Ia terkejut melihat bunga anggrek di meja.
“Anggrek? jarang sekali ada anggrek di daerah
ini kan? Korea pun sangat jarang” ucap Hani.
“Itu dari Indonesia” jawab kakek Minwoo yang
datang menghampiri Hani dari belakang.
“Indonesia?”
“Ne. Haraboji sering berkeliling Negara
bersama Halmonie Minwoo semasih hidup” ujar kakek Minwoo duduk disamping Hani.
“Oh…aku juga suka berkeliling Negara. Tapi,
sampai sekarang masih belum kesampaian. Baru ke Perancis ini dengan Jepang
saja” jawab Hani.
“Jinjja?”
“Ne. Makanya aku nanti berkuliah mengambil
bagian Photografer. Biar bisa berkeliling dunia dan berpetualang” jawab Hani
tertawa kecil.
“Oh…semoga impiamu tercapai” jawab kakeknya
tersenyum pada Hani.
“Kau bisa masak?” tanya kakeknya.
“Ne. Aku bisa masak berbagai macam makanan
Korea” jawab Hani mantap.
“Jinjja? Malam ini kamu yang masak. Haraboji
merindukan masakan Korea”
“Okeh” jawab Hani mengacungkan jempolnya.
Malamnya…
“Yaa! manusia. Bangunlah, sudah malam! Kau mau
tidur sampai besok?” ujar Hani sambil menggoyang-goyangkan bantal Minwoo merebahkan
kepalanya.
“Bisakah tidak mengganggu?” ujar Minwoo.
“Kau mau sampai kapan tidurnya, hah? aku sudah
masak. Makanlah!” ujar Hani yang menusuk pelan pundak Minwoo.
BAAK…
Lengan
Hani ditarik oleh Minwoo. Membuat Hani jatuh tepat diatas Minwoo. Wajah Hani
begitu dekat dengan wajah Minwoo.
Deg..
Jantung
Hani berdetag dengan cepat. Bagaimana tidak, posisi mereka seperti itu.
Manalagi mata Minwoo menatap dingin.
“Mw-mwoya?” Hani memberontak. Tapi, lengannya
dipegang erat oleh Minwoo.
“Lepaskan pabo!” ucap Hani.
“Kau berani membangunkan Singa Tidur. Jadi,
kau harus mendapatkan hukuman” ucap Minwoo dengan tatapan mata yang dingin.
“Mw-mwo? Hu-hukaman? Hukuman apa?” ujar Hani
gagap.
Minwoo
menarik pundak belakang Hani dan membuat jarak mereka hanya tinggal dua jari
saja. Sentak mata Hani membulat sempurna.
“Yaa!” Hani mendorong tubuhnya kebelakang.
BUUK…
“AUW….” Hani mengelus bokongya yang terhentak
itu.
“Kau benar-benar namja pabo yang pernah ku
temui. Kau kira aku akan leleh seperti Minyeon Eonnie. Ups…keceplosan” ucap
Hani seraya berdiri.
“Heheheh” Hani terkekeh dan berlari keluar
kamar sebelum Singa Minwoo benar-benar menerkamnya.
“Heh…” ketus Minwoo.
Makan
malam…
“Besok Minwoo akan mulai bekerja dan kau Hani akan
mulai berkuliah” ucap kakek Minwoo.
“Ah, ne” jawab Hani. Sedangkan Minwoo, tetap
fokus dengan makanannya.
“Emh…ternyata masakan mu enak sekali. Aku
ingin kau sering-sering memasakan masakan Korea untuk ku” ucap kakek Minwoo.
“Ah, ne. Khamsahamnida” ujar Hani. Minwoo
menatap Hani yang bersikap begitu sopan.
Setelah
makan malam, Minwoo dan Hani pun masuk ke kamar mereka untuk segera tidur.
Sebelum tidur, ponsel Hani berdering. Hani mengangkat telepon itu sambil duduk
di tempat tidur.
“Yoboeseyo?” jawab Hani.
“Ne.
Ini Eomma”
“Eomma? kenapa malam-malam menelpon ku? dan
pulsa untuk menelpon kesini kan mahal?” pertanyaan Hani yang bertubi-tubi.
Minwoo
yang mendengarkan yeoja itu, hanya menutup matanya dan meluruskan badannya di
tempat tidur.
“Yaa!
Baru Eomma menelpon kau sudah ngomel-ngomel. Eotteohke?”
“Eotteohke mwoya?”
“Malam
pertama mu?”
“Malam pertama?”
“Ne.
Apa kau melakukannya?”
“Melakukan apa? Eomma jangan membuatku
bingung”
“Kau
dan Minwoo”
“Heh, MWOYA?” Hani berteriak dan membuat
Minwoo yag hampir tertidur terbangun lagi.
“Yaa! Kau membuat ku jengkel sekali. Suara
jelek mu itu membuat telingaku ingin pecah” Minwoo yang kesal.
“Mi-mianhae” ucap Hani sambil menutup
ponselnya dengan telapak tangannya.
“Heh…”Minwoo
mengendus kesal.
“Eomma, ini sudah malam. Aku ingin tidur besok
aku harus kuliah. Arraseo?” ucap Hani seraya menutup teleponnya.
“Aish…anak ini. Dengan Eomma-nya kasar sekali”
ucap Ibunya.
“Kau tidur di situ?” tanya Hani.
“Ne. Terus dimana lagi?” ujar Minwoo.
“Masa kita satu ranjang?”
“Terserah. Kau mau tidur dilantai atau kasur
ini?”
“Ihs…” Hani jengkel. Ia lempar tubuhnya ke
tempat tidur persis di samping Minwoo yang mungkin ia pikir sudah terlelap.
Hani
sedikit tidur di pinggir, karena ia tidak ingin berdekatan dengan Minwoo.
Minwoo yang menyadari itu hanya diam dan melanjutkan tidurnya.
^~^~^~^
Pagi
di musim panas di Paris, membuat warganya memulai aktifitasnya. Hani seorang
yeoja yang rajin telah bangun lebih dulu dari siapa pun di rumah itu. Ia mandi
dan menyiapkan sarapan untuk Minwoo dan kakeknya.
Setelah
selesai, ia menatanya di atas meja. Tak lama kakek Minwoo datang bersama Minwoo
di belakagnya.
“Cucu yeoppeo ku sudah menyiapkan sarapan”
ucap kakek Minwoo seraya duduk di kursinya.
“Ne” jawab Hani.
Mereka
pun sarapan bersama. Setelah sarapan, Minwoo berangkat bekerja lebih dulu.
Sedangkan Hani, akan kuliah jam siang.
“Aku berangkat dulu” ucap Minwoo dengan stelan
jass hitam yang serasi dengan celananya dan dasi bergaris putih miring.
“Ne” jawab kakeknya sambil tersenyum.
“Ah…” Minwoo ingat sesuatu dan mendekat kepada
Hani.
“Hah…” Hani terkejut.
“Malam ini aku akan lembur, karena aku baru
masuk kerja. Jadi, kau makan malam dan tidur saja duluan” Minwoo berbisik ke
telinga Hani. Hani mangangkat pundaknya geli karena nafas Minwoo yang menusuk
ke leher.
“Terserah. Memangnya aku peduli” ucap Hani
berbisik.
“Heheh” kakek Minwoo hanya terkekeh melihat
mereka.
Minwoo
pun berangkat ke kantornya dengan mobil sedan keluaran terbaru dengan desain
unik berwarna putih. Hani membersihkan meja makan dengan menumpuk beberapa
piring dan ingin membawanya ke dapur.
“Biarkan dia yang membersihkannya” ucap kakek
Minwoo dengan pembantu yang berdiri disebelahnya.
“Hah, ne” jawab Hani.
“Ikutlah. Kita ngeteh dulu” ujar kakek Minwoo
yang mengajak Hani duduk di teras belakang.
“Teh apa itu?” tanya Hani yang melihat kakek
Minwoo menuangkan teh hangat ke gelasnya.
“Teh susu”
“Teh susu? tapi, susu dan tehnya menyatu”
“Memang. Didalam kantung teh dini sudah
dimasukkan serbuk teh dan serbuk susu yang dikeringkan secara bersamaan. Maka,
rasa dan harumnya menyatu”
“Oh…” ujar Hani yang meminum teh susu itu.
“Emh…aroma dan rasanya benar-benar enak dan
harum” Hani yang kagum. Kakek Minwoo hanya tersenyum.
“Kau memiliki pacarkan?” tanya kakek Minwoo
tiba-tiba. Membuat Hani berhenti meminum tehnya.
“Ah, it-itu…”
“Haraboji juga dulu seperti kalian. Ini sudah tradisi
sejak dulu”
“Hah?”
“Haraboji dulu sudah memiliki seorang kekasih.
Sama seperti Halmonie Minwoo juga. Tapi, karena tekanan dari perintah orang tua
Haraboji, Haraboji harus menikah dengan Halmonie Minwoo. Lama-kelamaan kami
dapat menerima posisi kami sekarang” ujar kakek Minwoo sambil meminum tehnya.
“…” Hani hanya terdiam dan tersenyum.
“Makanya, kau dan Minwoo seperti susu dan teh
ini. Dalam kantungnya kalian tidak akan pernah menyatu, tapi ketika air
membasahi kalian, kalian akan menyatu” jelas kakeknya.
Hani
pun akhirnya mengerti maksud kakeknya. Mungkin ini adalah jalan hidupnya
sekarang. Ia harus menerima dirinya yang sekarang menjadi istri orang lain.
Orang yang tidak pernah ia kenal dan cintai.
Kampus…
Hari
ini untuk pertama kalinya Hani masuk kuliah. Padahal ia sudah di terima di
Universitas Nasional Seoul. Ya, tidak apa-apa, yang penting ia tetap mengambil
mata kulian Phorografer, ujar Hani.
“Hari ini, kita akan memulai semester pertama
kita dengan materi terlebih dahulu. Setelah saya memberikan semua materi ini
dalam seminggu, kalian akan magang di beberapa kantor majalah busana, model,
dan fashion show” ucap Dosen perempuan yang berdiri di depan layar monitor.
“Syukur disini menggunakan, bahasa inggris”
ucap Hani lega sambil membuka notebooknya untuk mencatat materi.
Siang
itu ia menjalani kuliah pertama seperti biasa ia bersekolah di SMA-nya dulu.
Sekarang jam istirahat menuju jam kedua. Hani kekantin untuk mengisi perutnya
terlebih dahulu.
Hani
mengantri untuk mengambil makanan. Hingga akhirnya ia berkenalan dengan seorang
murid baru seperti dirinya.
“Hai!” sapa gadis itu dengan bahasa inggris.
“Hai” balas Hani.
“What’s your name?” ujar gadis itu memberikan
tangannya.
“Oh Hani. Call me Hani. You?”
“Cecilia Van Fender. Hani (sayang dalam bahasa
inggris)?”
“Yes, not honey”
“Ouh…I know”
“We are eat together?”
“Yes” jawab Hani tersenyum. Hani pun menemukan
teman baru di kampusnya.
Rumah…
“Kok jam segini, Minwoo belum pulang sih?”
Hani yang merasa agak khawatir.
“Sudah jam 9, ini namanya lebih daripada
lembur!” Hani tampak cemberut dan sesekali menengok ke jendela luar.
“Ah, ngapain aku khawatir. Toh, dia khawatir
aja gak sama aku” Hani sewot dan merebahkan tubuhnya ke tempat tidur.
Jam 10.15 Pm
Kreeek…
Minwoo
datang dan membuka pintu kamarnya. Hani menyadari itu, tetap menutup matanya
dan berpura-pura tidur.
“Dia sudah tidur” ucap Minwoo pelan sambil
melepaskan pakaiannya dan ke kamar mandi.
Setelah
mandi, Minwoo memakai baju piyamanya dan berjalan ke tempat tidur. Sebelum
merebahkan badannya ia menarik selimut Hani dan menyelimuti seluruh tubuh Hani.
Hani menyadari itu, hati Hani tersenyum.
Drrrt, Drrrt…
“Yoboeseyo?” jawab Minwoo yang mendapati
panggilan dari ponselnya.
“Ne. Aku sudah sampai. Kau?”
“Baguslah. Cepat tidur. Kau besok harus
bekerja lagi”
“Ne. Annyeong chagi-ya”
‘Chagi-ya? Apa itu Minyeon Eonnie?’ pikir
Hani. Minwoo pun menutup matanya dan tidur.
Beberapa
hari telah mereka lewati seperti biasa. Hanya saja interaksi mereka belum
tercapai. Mereka masih cuek-cuekan dan bicara dengan nada dingin. Manalagi
Minwoo dan Hani jarang mengobrol karena Minwoo yang terus lembur.
“Annyeong” sapa Hani setelah mandi pagi.
“Emh” jawab Minwoo datar.
“Jawaban apa itu?” ketus Hani.
“Kau mau kemana?” tanya Hani.
“Mau tahu saja”
“Ihs…namja ini memang benar-benar seperti batu
es. Sudah keras, dingin lagi” ketus Hani.
“Kau sendiri mau kemana?”
“Mau tahu saja” jawab Hani dengan nada tinggi.
Hani meraih jaketnya dan keluar dari kamarnya.
“Kau mau kemana, Hani?” tanya kakek Minwoo
yang sedang menyiram bunga di halaman depan.
“Oh Haraboji, aku ingin membeli kamera untuk
magang besok”
“Sendiri?”
“Ne”
“Aku pergi dulu, Boji” ujar Minwoo yang
tiba-tiba keluar dari rumah.
“Kau mau kemana Minwoo?” tanya kakeknya.
“Jogging. Wae?”
“Temani Hani pergi” ucap kakeknya.
“Ah…an-aniyo. Aku pergi bersama teman ku”
jawab Hani.
“Oh, ya sudah. Hati-hati, ya?”
“Ne. Annyeong, Haraboji” ujar Hani pamit.
“Looo” Hani menjulurkan lidahnya kearah
Minwoo.
“Ciih…dasar yeoja cebol” ucap Minwoo.
Cecilia
sudah menunggu Hani di depan toko penjualan berbagai kamera. Hani langsung
menghampiri Cecilia.
“Let’s go!” ajak Hani.
Mereka
pun masuk ke dalam toko itu. Dengan berbagai jenis kamera di sana, membuat Hani
tampak bingung sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal itu.
“Lebih baik yang ini. Ini keluar tahun ini”
saran Cecilia (bahasa inggris).
“Benarkah?” tanya Hani (bahasai inggris).
“Emh”
“Baiklah. Aku akan ambil yang ini” ujar Hani mengambil
kamera itu dan membayarnya di kasir.
Setelah
mereka membeli kamera, mereka ingin istirahat di café pinggir jalan dulu.
Mereka memesan cake cokelat dengan es krim diatasnya. Dengan nikmat mereka
memakannya bersama.
“Minwoo?” ujar Hani melihat sosok suaminya di
belakang Cecilia.
Minwoo
yang menyadari itu, terkejut tapi tak meresponnya. Ia hanya memalingkan
wajahnya dan menarik tangan seorang yeoja untuk duduk di kursi belakang Cecilia.
“Ada apa?” tanya Cecilia.
“Tidak ada apa-apa” jawab Hani.
“Eh, aku sedikit kehilangan selera. Bisakah
kita pergi sekarang?” ucap Hani bangkit dari duduknya.
“Hah, ya” jawab Cecilia yang ikut berdiri.
Minwoo
yang menyadari itu tercengang dengan Hani karena ia melihat ekspresi Hani yang
tampak tak enak itu.
“Waeyo?” tanya Minyeon.
“An-ani. Gwaencana” jawab Minwoo.
Hani
yang mendengar percakapan itu hanya diam dan berjalan pergi meninggalkan
mereka. Entah kenapa sejak saat itu, ia selalu ke pikiran Minwoo.
“Eis…kenapa juga aku mikirin namja itu?
terserah dia dong, mau pergi sama siapa saja? lagiankan dia hanya suami ku yang
tanpa cinta” ucap Hani dengan dirinya sendiri di cermin kamar mandi.
“Aku merindukan Sehun Oppa. Aku ingin
melampiaskan kejengkelanku dengannya. Memeluknya. Hanya dia yang mengerti ku”
ujar Hani sambil mengukir nama Sehun di cermin itu.
TOK, TOK, TOK
“Ne?” jawab Hani.
“Kau bertapa ya di kamar mandi?” tanya Minwoo
dari luar.
“Ah…ne” jawab Hani bergegas memakai handuk ke
tubuhnya.
“Mandi aja lama sekali” ujar Minwoo dingin
seraya masuk ke dalam kamar mandi. Kamar mandi mereka gabung dengan WC. Maka
dari itu, kamar mandinya besar dan luas.
“Sabar kenapa?” jawab Hani.
“Orang mau BAB, gak ada arti sabar” jawab
Minwoo dari dalam kamar mandi.
Minwoo
langsung mengambil posisi pertapaannya. Setelah duduk, ia mendapati tulisan
yang terukir di cermin. SEHUN itulah ukirannya. Dilubuk hatinya, ia merasa
sedikit cemburu melihat tulisan itu.
^~^~^~^
“Heh, hari ini aku harus berusaha.
Fighting!!!” ujar Hani sebelum memasuki kantor magangnya itu.
“Wah…kantor ini besar sekali! Aku harus
kemana?” ujar Hani bingung.
“Permisi, dimana aku bisa menemui atasan di
kantor ini?” tanya Hani (dalam bahasa inggris) pada resepsionis kantor itu.
“Anda siapa? Apa anda sudah punya janji dengan
atasan kami?”tanya resepsionis perempuan itu.
“Tidak. Aku orang magang disini”
“Oh, mari aku antar”
“Oh, iya” jawab Hani yang mengikuti perempuan
itu.
Mereka
sudah melewati 25 lantai gedung itu menggunakan lift. Sesampai di sana mereka
memasuki lorong bernuansa Jepang, terdapat anak pohon bamboo di pinggir lorong
dan ada beberapa pintu geser berwarna merah disana.
“Silahkan!” ucap perempuan itu seraya membuka
pintu geser itu.
“Permisi!” ucap Hani.
“Ya” jawab seorang wanita cantik (dalam bahasa
inggris) yang berumur sekitar 34 tahun itu.
“Saya orang magang disini?” ujar Hani.
“Oh…Kajja, ikut dengan ku” ujar wanita itu
dalam bahasa korea.
“Anda bisa berbahasa Korea?”
“Ne. Panggil saja aku Eonnie” ucap wanita itu.
“Ne, Eonnie”
Hani
diajak ke tempat sebuah ruang pemotretan yang bernuansa kerajaan Perancis.
Mungkin sedang melakukan pemotretan bernuansa klasik.
“Kau akan memulai pekerjaan mu disini. Dialah
model mu. Shi Minyeon” ujar wanita itu menunjuk sosok yeoja tinggi, langsing,
putih dan cantik dengan gaun kerajaan.
“Eonnie?” panggil Minyeon kepada wanita itu.
‘Hah? it-itu kan yeojachingu-nya Minwoo?’ ucap
Hani dalam hati dengan penuh kerterkejutan.
“Hoh…kaukan gadis yang ditabrak Minwoo?” ujar
Minyeon.
“Ah, ne”
“Dia orang magang disini dan kau akan menjadi
modelnya” ujar wanita itu.
“Ternyata Eonnie masih ingat” ujar Hani.
“Ne, tentu saja…jeneun Shi Minyeon imnida”
“Oh Hani imnida” jawab Hani.
Setelah
berkenalan, mereka pun mulai melakukan pekerjaan mereka. Pikiran Hani sempat
buyar karena kepikiran dengan Minyeon yang adalah kekasih Minwoo. Tapi, ia
tetap fokus ke pekerjaannya.
Setelah
hari itu pekerjaan Hani selesai, ia bergegas pulang untuk lekas istirahat.
Lagi-lagi ia hanya makan malam bersama kakek Minwoo. Minwoo terus lembur sejak
pertama turun kerja.
“Minwoo lembur lagi?” tanya kakeknya.
“Ah, ne. Ia terlihat sibuk” ucap Hani.
Kakek
Minwoo hanya diam dan tetap makan. Selesai makan, Hani langsung ke kamar untuk
tidur. Hari ini ia merasa sedikit lelah dan kacau. Ia ingin segera melupakan
masalah hari ini dengan membawanya tidur.
Paginya…
“Emh…” desis Hani yang terbangun.
Perlahan-lahan ia membuka kelopak matanya.
“HUAAAA” Hani berteriak melihat Minwoo
memeluknya.
BUUUK
Hani
jatuh dari tempat tidur. Minwoo pun spontan terbangun dan terduduk melihat
istrinya terpelentang.
“Mwoya?” tanya Minwoo sambil mengucek matanya.
“Mwoya? kau bilang mwoya? kau memeluk ku!”
ketus Hani seraya berdiri dan memusut bokongnya yang sakit itu.
“Apa aku salah?” tanya Minwoo yang bangun dari
tempat tidurnya.
“TENTU SAJA. Bukankah sudah ku bilang, jangan
pernah sentuh aku!” ketus Hani sambil berjalan ke kamar mandi.
SREEEK
“Jinjja?” ucap Minwoo yang menarik lengan
Hani. Sekarang, jarak mereka begitu dekat. Hingga nafas Minwoo yang hangat itu
membuat jantung Hani berdetag dengan kuat.
Glek…
Hani
menelan air ludahnya sedalam-dalam mungkin. Tubuhnya gemetaran dan suhu
tubuhnya memanas.
“Ya-yaa! menjauhlah kau!” Hani mendorong
Minwoo.
“Sepertinya, kau tidak kuat menatap wajah ku?”
“Siapa bilang? Aku hanya mual jika terus
melihat wajah mu itu”
“Jinjja?”
“Ne. Kau hanya namja yang suka jual tampang
saja. Looo” Hani yang lagi-lagi mengejek Minwoo dengan menjulur lidahnya.
“Lihat saja nanti!” tantang Minwoo dengan
suara pelan.
Dalam
10 menit, Hani selesai mandi. Ia gulung rambutnya dengan handuk dan ia lilit
sehelai handuk lagi ke tubuhnya. Lalu, ia keluar.
Chup~
Minwoo
mencium Hani tepat di saat Hani telah membuka pintu kamar mandi. Hani terdiam
dan tak dapat bergerak sedikit pun. Mana lagi, tangan kanan Minwoo memegang
pundak Hani.
PLAAAK
“YAAA! DASAR NAMJA MESUM” Hani menampar Minwoo
tepat di bibirnya.
“Akh…” keluh Minwoo mendapati memar di ujung
bibirnya.
“Itu hukuman mu yang berani-berani MENYENTUH
KU!” ucap Hani menaiki handuknya.
Hani
bergegas memakai pakaiannya dan keluar untuk sarapan. Saat sarapan, di ruang
makan tersebut benar-benar hening.
“E…apa kau akan bekerja?” tanya kakek Minwoo.
“Aku?” tanya Minwoo dan Hani bersamaan. Mereka
pun saling pandang.
“Aku akan bekerja” jawab Hani.
“Aku juga” sahut Minwoo. Hani menatap tajam
kearah Minwoo.
Keadaan
kembali hening dan Hani mempercepat sarapannya. Setelah selesai, Hani pun
berpamitan berangkat kerja. Seperti biasa, ia tetap menggunakan bus walaupun di
Paris.
“Hari ini kita akan mengadakan pemotretan di
kolam renang. Temanya Bikini Party” ujar wanita yang adalah atasan Hani.
“Hemh....siapa pasangan ku?” tanya Minyeon.
“Lee Jay Yung” jawab wanita itu.
“Oh…” jawab Minyeon.
“Kajja, kita berangkat” ujar wanita itu.
Mereka
pun berangkat menggunakan bus kantor menuju Venesia kota Cinta. Disana mereka
menyewa sebuah Hotel yang memiliki kolam renang yang besar dan luas. Sesampai
disana, model laki-lakinya berhalangan hadir.
“Eotteohke?” ujar Minyeon.
“Emh…kau ada teman namja?” tanya wanita itu.
“Emh….hah, Minwoo” jawab Minyeon. Mata Hani
langsung membulat sempurna setelah mendengarnya.
“Jinjja?” tanya wanita itu.
“Ne. Aku akan telepon dia”
Setelah
menelpon Minwoo, 10 menit kemudian Minwoo datang masih dengan baju kantornya.
Hani tercengang melihat Minwoo yang begitu bahagia disana. Minwoo langsung
cipika cipiki dengan Minyeon.
“Nah, ini dia Minwoo namjachingu ku” ucap
Minyeon mempekenalkan.
“No Minwoo Imnida” ujar Minwoo. Minwoo
terkejut melihat Hani di belakang Minyeon.
“Ah…” Hani memalingkan wajahnya dan pura-pura
tidak tahu. Padahal baru saja mereka saling berpandangan.
“Kajja, Minwoo kau ganti baju” perintah wanita
itu.
Beberapa
menit kemudian, Minwoo selesai berganti baju dengan celana pendek kaos dan baju
tanpa lengan kaos. Sedagkan Minyeong hanya menggunakan, bikini.
“Si-siap?”tanya Hani gagap.
“Ne” jawab Minyeon semangat. Minwoo hanya
terdiam dan ekspresi datar.
Hani
memulai pemotretannya. Entah kenapa, Hani merasa gugup, gemetaran dan tidak
berkonsentrasi saat memotret mereka. Hani memejamkan matanya sejenak dan
membukanya kembali.
Dengan
beberapa gaya sexi yang mereka lakukan, membuat hati Hani terasa panas hingga
membara. Pemotretan selesai, Hani bergegas membereskan barang-barangnya.
“Kau mau pulang?” tanya Minyeon.
“N-ne. Aku harus memasak untu Haraboji ku”
jawab Hani. Minwoo yang mendengar itu langsung menatap Hani.
“Oh…padahal aku ingin mengajak kamu untuk ikut
berpesta atas pemotretan ini” ucap Minyeon agak cemberut.
“Hehehe. Gwaencana” jawab Hani tersenyum.
“Annyeonghi gyeseyo” ucap Hani menundukkan
badan.
“Annyeonghi kaseyo” ucap Minyeon.
Hani
berjalan dengan agak gontai. Ia ayun-ayunkan tasnya. Wajahnya cemberut dengan
memanyunkan mulutnya.
“Apa itu? dia pura-pura tidak mengenal ku?
huh…aku menyesal mau memotret mereka” omel Hani selama berjalan.
TIK TIK TIK
“Yaa! Hujan…” Hani berteriak dan berlari
secepat mungkin menuju halte bus.
Sesampai
disana, separuh tubuhnya basah kuyup. Hujan yang deras membuat air hujan masuk
ke halte bus. Hingga akhirnya, seluruh tubuh Hani basah.
“Aduuh…jangan sampai kamera ku basah nih” ujar
Hani memeluk tasnya.
Rumah…
“Haaatchiiiii” Hani bersin-bersin.
“Hidung ku sesak…iuh…” ujar Hani yang
merebahkan badannya ke tempat tidur.
“Sudah jam 9 lewat, kok Minwoo belum pulang
juga?” Hani yang tampak khawatir.
“Ah, biarin aja. Paling dia sudah mabuk karena
Eonnie itu” ketus Hani sambil menarik selimutnya sampai menutup ke suluruh
tubuhnya.
Paginya…
“Kau mau tidur sampai kapan?” tanya Minwoo
yang memakai jas kantornya.
“Ak-aku…” ucap Hani gemetaran yang masih
tertutupi selimut.
“Wae?” ucap Minwoo dingin.
“Aku tidak kerja hari ini” ucap Hani pelan.
“Hah? Mwo?”
“Aku tidak kerja tuli” ucap Hani yang
memperkeras suaranya.
“Kau sakit?” tanya Minwoo sambil memegang
jidad Hani dengan telapak tangannya.
“Kau demam? Kau hujan-hujan ya malam kemarin?”
tanya Minwoo seraya melepas jasnya.
“Ne” jawab Hani pelan.
“Kenapa kau tidak minta jemput supir Haraboji
saja?”
“Aku sudah biasa naik bus”
“Heh…gara-gara kebiasaan mu itu kau jadi sakit
kan?” ujar Minwoo seraya mengambil kompres dan obat.
“Ini minum obatnya dulu. Biar setelah itu aku
kompres” ucap Minwoo seraya memberikan obat kepada Hani.
Hani
pun duduk dan menimun obatnya. Kemudian, ia merebahkan kembali tubuhnya. Minwoo
menarik lengan bajunya dan memeras kain kompres. Minwoo duduk disamping Hani
yang sedang berebah. Minwoo menyibak poni Hani dan meletakkan kain kompresnya
ke jidad Hani.
“Aku berangkat dulu” ucap Minwoo lembut sambil
berdiri.
“Andwe. Jangan pergi!” cegah Hani dengan suara
gemetaran.
“Tapi, aku harus kerja” ucap Minwoo.
“Jebal!” Hani memelas.
Minwoo
benar-benar tidak tega melihat Hani yang tergelak lemah di tempat tidur. Minwoo
duduk kembali disamping Hani dan menarik selimut ke tubuh Hani. Setelah Hani tertidur,
dering ponsel Minwoo berdering.
“Yoboeseyo?” jawab Minwoo.
“Minwoo…kau
bisa ke apartemen ku?” ucap Minyeon.
“Eh…wae?”
“Aku
sakit. Aku demam” ujar Minyeon.
“Jinjja?”
“Ne.
Temani aku. Aku sendiri disini” keluh Minyeon.
“Baiklah. Aku akan ke sana” jawab Minwoo.
“Aku
tunggu!”
Dengan
berat ia harus meninggalkan istrinya yang sedang sakit itu. Ia juga tidak tega dengan
kekasihnya.
“Hani, aku ada urusan kantor mendadak. Aku
pergi sebentar, ya?”
“Apa tidak bisa ditinggalkan dulu?” jawab
Hani.
“Ini penting” ujar Minwoo.
“Ne. Arraseo” jawab Hani sambil memalingkan
wajahnya dari Minwoo.
Minwoo
pun tetap pergi meninggalkan Hani. Hani terlihat marah dan menutup matanya.
Sejak Minwoo pergi, mata Hani tidak bisa diajak kompromi untuk tidur. Mana
lagi, kepala Hani semakin sakit dan badannya tetap panas.
Jam 10.15 Pm…
“Kok Minwoo belum pulang juga. Sudah hampir
tengah malam seperti ini” Hani khawatir dan mencoba duduk menenangkan diri.
“Aku akan coba menyusulnya” ucap Hani seraya
mengambil jaket dan keluar kamar.
“Kau mau kemana Hani?” tanya kakek Minwoo yang
tiba-tiba keluar kamar.
“A..aku…”
“Wajah mu pucat sekali. Kau sakit?”
“Hah…ne. Makanya aku ingin keluar beli obat”
“Memang, di kotak obat tidak ada?”
“It-itu anu…habis”
“Oh…biar pembantu saja yang membelikannya. Ini
sudah larut malam”
“Aniyo. Gwaencana. Tokonya juga gak jauh kok”
“Baiklah. Jangan lama-lama!”
“Ne. Annyeong”
“Ne. Annyeong” jawab kakek Minwoo.
Hani
pun bergegas menuju halte bus. 15 menit kemudian, bus itu datang dan Hani langsung
berlari masuk ke dalam bus. Jari jemarinya saling bergerak tak karuan karena
ada perasaan tak nyaman dihatinya.
Tak
lama, bus berhenti di pemberhentian halte bus yang ketiga. Ia bergegas turun
dan berlari menuju kantor Minwoo. Sesampai disana, ia melihat kantor itu terasa
gelap. Ia lihat ada seorang satpam disana.
“Eksqiusme! Apa karyawan-karyawan disini sudah
pulang?” tanya Hani dalam bahasa inggris.
“Ya. Dari jam 8 tadi”
“Benarkah?”
“Memangnya ada apa?”
“Eh…apa Tuan Minwoo kemari?”
“Tidak. Ia saja tidak masuk kerja hari ini. Ia
izin. Anda siapa?”
“Saya istrinya”
“Oh. Benar, Tuan Minwoo tidak kesini” jawab
satpam itu.
“Hah…dimana dia?” ucap Hani dengan perasaannya
yang tak karuan dan kepalanya yang semakin pusing.
“Thank you”
“Yes, you’re welcome”
Hani
kemudian duduk di sebuah taman. Memikirkan kemana Minwoo pergi. Minwoo telah
berbohong pada Hani. Hatinya panas dan kecewa. Padahal Hani sudah mulai
mempercayainya.
“Hah…ja-jangan-jangan dia kerumah Minyeon
Eonnie?” pikir Hani.
“Aku harus minta alamat Minyeon” ujar Hani
yang mengirim pesan pada atasannya di kantor.
Tak
lama pesan Hani dibalas. Ia langsung bergegas mencari taksi yang berhenti di
dekat taman. Hatinya bertambah khawatir. Ia begitu gelisah.
Sesampai
di sebuah apartemen besar dan tinggi itu. Ia langsung menaiki lift menuju
lantai 30. Detik demi detik, Hani tak lepas menatap lampu lift yang terus
berjalan menuju lantai selanjutnya. Keringat dingin sudah bercucuran di
wajahnya.
Hani
langsung berlari ketika pintu lift terbuka. Ia terus mencari kamar apartemen
Minyeon yang bernomor 104.
“Huh…hah…ini dia” Hani yang terengah-engah.
TING TONG, TING TONG
“Siapa…” Minwoo terdiam saat membuka pintu
kamar Minyeon dan melihat sosok yeoja yang begitu lusuh dan pucat dihadapannya.
“Mi-min-minwoo…apa yang kau lakukan disini?”
tanya Hani yang begitu terkejut. Benar, Minwoo sedang diapartemen Minyeon.
Bukan dikantor. Hati Hani begitu hancur. Mungkin sekarang sudah
berkeping-keping.
[TBC]
Yeaaaah….TBC…huh…eotteohke?
makin seru gak? kajja, kajja, dapat feelnya gak? anget-anget gak ?#apa’an sih
thor ==’. Nah…penasaran gimana kelanjutannya? tunggu aja ya setelah yang satu
ini (?)…mianhae kalau dari part.1-2 ada kata-kata ato pun yang menyanyikat hati
para readers sekalian #author nangis T.T… O.k tanpa busa basu, aouthor pamit
dan sampai ketemu di part.3 the end’nyo..hohoho Pay Pay… #nunduk bareng aa’
Kris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar