Selamat Datang Di Blog Han Hyo Mi


widget

Kamis, 20 Desember 2012

[Fanfiction] PLAY FULL LOVE Part.2


PLAY FULL LOVE
Author               : Han Hyo Mi
Main Cast        : Resiana as Oh Hani, No Minwoo-Boyfriend, Oh Sehun-EXO K, Shi Minyeon, Gum Boah dan Cecilia Van Fender
Genre                : Romantic and House Life
For                     : 15 +
Soundtrack      : Mighty Mouth_Tok tok
Part.2
TADA….Author kalian come back again. Niih…kelanjutan part.1’a sdh terbayarkan…kasihan teman author yg sudah sesek penasaran karena nunggu kelanjutannya. Dengan berat badan(?) author mempercepat niih kelajutan...jadi harus minta pijat aa’ Kris buat bondingin tangan author yang kribo ngetik #wakay ngomong lu thor,thor. Ya sudah, ya sudah…langsung aja mampir ke rumah author…Let’s kejedot…XD
^~^~^~^
                Dan Minwoo mendorong Hani untuk menjauh dari lemari. Hani langsung tercengang dengan sikap Minwoo yang kasar itu.
“Ya-yaa! Kau kasar sekali. Suruh minggir ke, apa gitu?” ucap Hani seraya memungut pakaiannya yang jatuh.
“Kau terlalu menghalangi ku” ucap Minwoo mengambil handuknya untuk mandi.
“Ihs…dia ini benar-benar menyebalkan” ucap Hani sambil mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.
                Setelah selesai, Hani bergegas untuk merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Baru saja Hani duduk, Minwoo langsung menghentikannya.
“Mau apa kau?” tanya Minwoo dingin sambil mengerikan rambutnya dengan handuk.
“Tidur. Terus ngapain kalau ke tempat tidur?” ketus Hani.
“Siapa yang menyuruhmu tidur disitu?”
“Memang ada larangan, ya aku tidur di situ?”
“Kau tidur di sofa luar” perintah Minwoo seraya memakai pakaian tidurnya.
“Aku?”
“’Ne, kamu. Siapa lagi?”
“ANI. Aku tidur disini. Masa yeoja disuruh tidur diluar? Kan seharusnya kamu yang tidur diluar” Hani melawan.
“Terserah!” ketus Minwoo yang tiba-tiba langsung duduk di samping Hani dengan jarak dekat.
“Yaa!” Hani berteriak dan langsung berdiri.
“Huh…baiklah, aku tidur diluar. Tapi, dapur dan ruang tengah milik ku. AWAS! Kalau kamu berani menginjaknya. Kau akan dapat akibatnya” ancam Hani.
“O.k” jawab Minwoo seraya merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
                Hani hanya dapat menekuk kesal wajahnya. Ia tarik bantal dan selimut yang dipakai Minwoo dan langsung meninggalkan namja yang hampir terlelap itu.
“Yaa! bantal ku!” teriak Minwoo yang terkejut.
“Looo” Hani mengejek.
                Hani melempar bantal dan selimutnya ke sofa dengan amat kesalnya. Ia raih telepon genggamnya dan menekan nomor telepon Sehun.
“Yeoboseyo?” jawab Se Hun.
“Annyeong” sapa Hani lemes.
“Waeyo? Kenapa kau terdengar pelan? Kau sakit?” tanya Sehun dengan khawatir.
“Aniyo. Aku merindukan Oppa. Coba Oppa yang disini bersama ku berbulan madu” ucap Hani penuh harapan.
“Aku juga berharap begitu. Tapi, aku akn tetap menunggu chagi-ya” ucap Sehun lembut.
                Minwoo yang merasa haus pun keluar dari kamar menuju dapur. Ia sadari Hani sedang menelpon Sehun namjachingu-nya. Minwoo hanya cuek dan tetap berjalan kearah dapur.
“Kau mau kemana?” tanya Hani setelah menutup telepon dari Sehun.
“Minum” jawab Minwoo singkat.
“Bukankah dapur wilayah ku?” ucap Hani. Minwoo sentak langsung berhenti dan kembali mengingatnya.
“Kau lupa? Namja apa itu yang tak ingat janjinya?” ketus Hani seraya menarik selimutnya untuk tidur. Minwoo tidak menggubrisnya. Ia tetap mengambil air ke dapur dari kulkas.
“Yaa! Kau tuli? Menjaulah dari wilayah ku” Hani berteriak dan menghampiri Minwoo.
“Siapa kau disini? Berhak apa?” tanya Minwoo setelah minum.
“Ka-kau benar-benar…ahk…kau sama seperti orang tua ku. EGOIS” ucap Hani dengan menekan kata Egois itu. Hani langsung kembali ke sofa dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimutnya.
“Heh…” Minwoo yang cuek.
Paginya…
“Huaah…” Minwoo yang terbangun dari mimpinya.
“Sudah pagi….” ujar Minwoo yang berjalan ke luar dengan masih gontai.
                Minwoo terkejut saat melihat Hani tak ada di sofa itu. Ia kucek-kucek matanya dan kembali melihat kearah sofa itu. Benar, Hani tidak ada disana. Ia cari ke dapur, kamar mandi, balkon dan taman sekitar vila pun tidak ada sosok yeoja itu.
“Kemana yeoja itu? Heh…dia selalu pergi tanpa pamit. Dia kira aku siapa?” omel Minwoo seraya mencuci wajahnya dan berpakaian untuk mencari Hani.
                Sementara itu, Hani sedang jogging berkeliling daerah Pantai Matira sambil mendengarkan lagu melalui earphone-nya dengan santai.
“Besok, aku akan ke Paris ke rumah ku yang baru” ucap Hani seraya duduk di pinggir pantai.
                Minwoo yang sedari tadi mencari Hani khawatir kalau-kalau yeoja itu hilang, terus berkeliling disekitar Pantai Matira.
“Hah…aku bisa gila gara-gara yeoja itu!” ucap Minwoo sambil menepuk jidadnya dengan telapak tangan kanannya.
“Minwoo?” panggil seseorang dari belakangnya.
“Hah…Min-minyeon?” ujar Minwoo yang berbalik ke belakang.
“Hah…benar” Minyeon memeluk Minwoo.
“Apa kabar?” tanya Minwoo.
“Fine. You?”
“Fine too”
“Aku benar-benar menunggu mu. Ku kira kau tidak akan pernah ke Perancis” ujar Minyeon seraya mengajak Minwoo duduk di kursi pinggir pantai.
“Hahaha. Akukan namja setia. Aku tidak mungkin mengingkari janji ku” ucap Minwoo sambil tersenyum manis.
                Hani yang merasa bosan, akhirnya memilih untuk kembali ke villa untuk siap-siap ke Paris. Mana lagi, Hani belum mandi dan sarapan pagi. Perutnya sudah ceramah minta makan.
“Hoh…si-siapa itu?” ucap Hani yang terkejut saat melihat Minwoo bersama yeoja lain.
“Hah..it-itu, bukannya Eonnie yang bersama Minwoo waktu itukan?” Hani mengingat-ngingat. Hani pun mengendap-endap di semak-semak yang tak jauh dari mereka duduk.
“Apa yang kau lakukan di Pantai Matira ini?” tanya Minwoo.
“Aku ada pemotretan disini untuk majalah edisi Summer Year 2012” jawab Minyeon sumingrah.
“Oh…kapan kau ke sini?”
“Kemarin?”
“Kemarin? kenapa kita tidak bertemu ya? padahal aku juga kemarin sudah disini” ujar Minwoo.
“Hahaha, tapi sekarang kita bertemu, kan? Oh ya, apa kau memiliki kekasih lain di Korea?” tanya Minyeon denga nada mengejek.
“Hahaha, aniyo. Hanya kau kekasih ku” jawab Minwoo tanpa dosa.
“MWO??” desis Hani yang berada di semak-semak itu.
“Jinjja? Hahaha…senang bisa melihat mu disini. Emh…bagaimana kalau malam ini kita dinner?” ajak Minyeon.
“Di-dinner?”
“Ne. Direstoran yang tak jauh dari sini kok”
“Ta-tapi, aku harus ke Paris siang ini” Minwoo yang mencoba menjelaskan alasannya dengan gagap.
“Siang ini? Yah, sayang sekali. Kau ada perlu apa ke Paris?”
“Aku pindah ke Paris ke tempat Haraboji ku. Karena aku meneruskan bisnis Appa ku di Paris”
“Oh…aku juga tinggal di Paris. Nanti aku akan sering berkunjung ke sana, bolehkan?”
“Bo-boleh kok, heheh” Minwoo tekekeh dengan gugup.
“Baiklah, emh…aku kembali ke villa ku dulu, sampai ketemu di Paris” ucap Mineyon.
“Ne” jawab Minwoo manis. Hani yang menyadari Minyeon telah pergi, ia pun keluar dari semak-semak.
“Huuh…” Hani merasa lega.
“Ha-hani, apa yang kau lakukan disana?” tanya Minwoo yang heran melihat Hani yang begitu berantakan karena ranting semak-semak dan daun menyangkut di rambutnya.
“Hah…hehe” Hani terkekeh sambil membersihkan rambutnya.
“Kajja, kita kembali. Siang ini kita akan ke Paris” ucap Minwoo dingin dan meninggalkan Hani yang sedari tadi sibuk membersihkan rambutnya.
“Ihs…bantuin kek” ucap Hani seraya mengibas-ngibas rambutnya.
                Setelah mandi, mereka pun sarapan di pinggir kolam renang. Sengaja di siapkan untuk mereka. Sesekali, setiap Hani menyuap rotinya, ia melirik Minwoo.
‘Ternyata dia tampan juga. Lumayanlah buat pemandangan’ pikir Hani sambil mengunyah rotinya.
“Apa yang kau lihat?” Minwoo yang menyadarinya.
“Hah, an-ani. Kau ge’er sekali. Mending aku lihat pacar ku” Hani berbicara tanpa sadar.
‘Ups…keceplosan’ ujar Hani dengan mata membulat.
                Saat itu Minwoo langsung menatapnya dingin. Hani hanya menundukkan kepalanya sambil melanjutkan makannya.
                Siang ini, mereka telah siap kembali ke Paris. Untuk kembali ke sana, mereka harus menggunakan pesawat. Setelah turun dari pesawat, mereka langsung dijemput seseorang yang mengenal Minwoo.
“Saya di perintahkan untuk menjemput, Tuan” ucapnya dengan bahasa Perancis yang tak dimengerti Hani. Hani hanya terdiam mendengarnya.
“Emh” jawab Minwoo singkat.
                Sopir itu memasukan barang-barang Minwoo dan Hani ke bagasi mobilnya. Hani menundukkan badannya atas tanda terima kasihnya. Karena, ia tidak tahu bahasa Perancis terima kasih.
                Selama di perjalanan, Hani terus memainkan kalungnya. Kalung bermatakan Kristal Air berwarna biru. Ya, itu adalah pemberian Se Hun namjachingu-nya ketika Ulang Tahunnya 3 bulan yang lalu.
‘Syukur, aku masih punya barang pemberian Oppa. Jadi, aku akan memakainya ketika aku merindukannya’ ujar hati Hani.
                Minwoo yang melihat itu, hanya menatap heran dengan tingkah yeoja di sebelahnya itu. Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di depan gerbang yang sangat besar dan tinggi berwarna krim dengan interior klasik Perancis. Sesaat setelah masuk ke dalam pagar besar itu, terpapar taman yang luas dengan penuh warna hijau. Terdapat tanaman bongsai dengan berbagai bentuk serta bunga-bunga di pinggirnya.
                Mata Hani tecengang dari jendela mobil ketika melihat Rumah bertingkat tiga yang bernuansa interior klasik Perancis sama seperti pagar depan rumah ini. Berhentilah, mereka di depan pintu yang besar seperti pintu Istana itu. Hani sedari tadi masih tercengang akan kemegahan rumah itu sampai-sampai seorang kakek yang keluar dari rumah itu pun ia tak menyadarinya.
“Ah, Haraboiji” ucap Minwoo yang mengejutkan Hani dari lamunannya.
“Haraboji?” ucap Hani pelan seperti berbisik.
“Kalian sudah datang rupanya” ujar kakek itu sambil memeluk lembut Minwoo.
“Ini rupanya istri cucuku” ujar kakek itu menghampiri Hani.
“Annyeonghaseyo, Haraboji. Oh Hani imnida” ucap Hani seraya menundukkan badannya.
“Annyeong” jawab kakek Minwoo.
“Kajja, kita masuk!” ajak kakek Minwoo.
                Mereka pun masuk ke dalam rumah rupa Istana itu. Disana seorang pelayan perempuan pribadi kakek Minwoo berseragam kantor langsung menunduk kepada mereka. Hani pun juga membalas menunduk.
“Mari, kuantar ke kamar kalian” ujar kakek Minwoo.
                Ruang tamu yang benar-benar megah dengan warna krim keemas-emasan itu membuat pesona klasik Perancis benar-benar terasa. Lampu yang besar dan terang terpampang di atas langit-langit ruang tamu itu.
                Mereka menaiki sebuah tangga yang lebar dan besar menuju lantai dua. Mata Hani tak henti menelusuri setiap sudut rumah ini. Ada beberapa keramik langka dan mahal, ada bunga mawar merah dan putih di beberapa lemari pendek dan meja, dan ada poto keluarga yang terdapat No Min Woo di sana bersama keluarga besar kakeknya dan neneknya.
“Dimana Halmonie Minwoo?” tanya Hani.
“Sudah mendahului ku” jawab kakek Minwoo.
“Hah? Ah, Jeosongimnida” ujar Hani merasa bersalah.
“Aniyo. Gwaencana” jawab kakeknya tersenyum pada Hani.
“Haraboji, tinggal sendiri di sini?”
“Ani. Aku tinggal bersama beberapa pembantu disini”
“Oh…” Hani mengangguk-angguk.
                Sampailah mereka di sebuah kamar yang besar dan luas. Terdapat tempat tidur yang bernuansa klasik Perancis, lemari dan beberapa perabotan lainnya. Mungkin seluruh isi rumah ini bernuansakan klasik Perancis.
“Wah…besar sekali. Besarnya sama seperti ruang keluarga ku di rumah. Belum lagi kamar mandinya” ujar Hani kagum.
“Hehemh. Bereskanlah barang-barang kalian. Setelah, beres-beres dan mandi, makan sianglah bersama di ruang makan” ujar kakeknya yang meninggalkan mereka berdua.
“Ne” jawab Hani dan Minwoo hampir bersamaan.
“Ah…aku akan mandi lebih dulu” ujar Hani seraya melepaskan jaketnya.
“Ani. Aku yang duluan” ucap Minwoo.
“Mwo? aku. Aku yang lebih dulu bilang” Hani yang tak mau kalah.
“ANIYO. Kau bereskan barang-barangmu dan barangku” ujar Minwoo menendang kopernya kearah Hani dengan kakinya.
“MWO? ANDWE” jawab Hani sambil menendang kembali koper Minwoo.
“Looo” Hani mengolok dan berlari ke kamar mandi.
“Ihs…lihat saja kau” Minwoo kesal.
                Dengan shower yang cukup deras, Hani membasahai tubuhnya hingga seluruh tubuhnya. Ia sabun tubuhnya dan ia sampo rambut gelombangnya itu. Setelah selesai, ia segera mengeringkan tubuhnya dan menggunakan handuk kimono.
“Dimana koperku?” ujar Hani yang tak melihat kopernya.
“Hah. jangan-jangan…anak itu” ujar Hani kesal.
                Hani berkeliling sekitar kamar, tapi ia tak sama sekali melihat kopernya. Sampai ke balkon pun tak ada. Ia buka lemarinya dan…
“HAH…Akh….Minwoo” Hani berteriak melihat pakaiannya berhamburan dilemari dengan koper tertumpuk diatas semua pakaiannya.
“Siapa yang berteriak?” ujar kakek Minwoo di ruang makan bersama Minwoo.
“Mungkin, Hani” jawab Minwoo.
“Wae?”
“Entahlah. Namanya juga yeoja” jawab Minwoo.
“Kau sudah mandi?” tanya kakeknya.
“Sudah. Aku mandi di kamar tamu” jawab Minwoo.
“Oh…”
                10 menit kemudian, Hani turun dari tangga dan bergabung di ruang makan untuk maka siang. Meja makan dengan 10 kursi disana. 9 dikiri, 9 dikanan, didepan 1 dan 1 dibelakangnya. Hani duduk berhadapan dengan Minwoo. Sedangkan kakek Minwoo duduk di sisi kanan mereka.
“Bagaimana makannya? enak?” tanya kakeknya.
“Emh…enak sekali. Aku suka keju” ujar Hani melahap spagetinya.
“Baguslah. Kalau saja kau tak biasa dengan makanan Paris” ujar kakek Minwoo.
“Hahaha, ani” jawab Hani malu-malu.
                Ketika Minwoo menatap Hani saat tertawa, Hani mengubah ekspresinya menjadi dingin dan membuang tatapannya dari Minwoo. Minwoo yang terkekeh melihatnya.
                Selesai makan, Hani duduk di teras belakang rumah sendiri untuk menenangkan perutnya yang kenyang itu. Ia terkejut melihat bunga anggrek di meja.
“Anggrek? jarang sekali ada anggrek di daerah ini kan? Korea pun sangat jarang” ucap Hani.
“Itu dari Indonesia” jawab kakek Minwoo yang datang menghampiri Hani dari belakang.
“Indonesia?”
“Ne. Haraboji sering berkeliling Negara bersama Halmonie Minwoo semasih hidup” ujar kakek Minwoo duduk disamping Hani.
“Oh…aku juga suka berkeliling Negara. Tapi, sampai sekarang masih belum kesampaian. Baru ke Perancis ini dengan Jepang saja” jawab Hani.
“Jinjja?”
“Ne. Makanya aku nanti berkuliah mengambil bagian Photografer. Biar bisa berkeliling dunia dan berpetualang” jawab Hani tertawa kecil.
“Oh…semoga impiamu tercapai” jawab kakeknya tersenyum pada Hani.
“Kau bisa masak?” tanya kakeknya.
“Ne. Aku bisa masak berbagai macam makanan Korea” jawab Hani mantap.
“Jinjja? Malam ini kamu yang masak. Haraboji merindukan masakan Korea”
“Okeh” jawab Hani mengacungkan jempolnya.
Malamnya…
“Yaa! manusia. Bangunlah, sudah malam! Kau mau tidur sampai besok?” ujar Hani sambil menggoyang-goyangkan bantal Minwoo merebahkan kepalanya.
“Bisakah tidak mengganggu?” ujar Minwoo.
“Kau mau sampai kapan tidurnya, hah? aku sudah masak. Makanlah!” ujar Hani yang menusuk pelan pundak Minwoo.
BAAK…
                Lengan Hani ditarik oleh Minwoo. Membuat Hani jatuh tepat diatas Minwoo. Wajah Hani begitu dekat dengan wajah Minwoo.
Deg..
                Jantung Hani berdetag dengan cepat. Bagaimana tidak, posisi mereka seperti itu. Manalagi mata Minwoo menatap dingin.
“Mw-mwoya?” Hani memberontak. Tapi, lengannya dipegang erat oleh Minwoo.
“Lepaskan pabo!” ucap Hani.
“Kau berani membangunkan Singa Tidur. Jadi, kau harus mendapatkan hukuman” ucap Minwoo dengan tatapan mata yang dingin.
“Mw-mwo? Hu-hukaman? Hukuman apa?” ujar Hani gagap.
                Minwoo menarik pundak belakang Hani dan membuat jarak mereka hanya tinggal dua jari saja. Sentak mata Hani membulat sempurna.
“Yaa!” Hani mendorong tubuhnya kebelakang.
BUUK…
“AUW….” Hani mengelus bokongya yang terhentak itu.
“Kau benar-benar namja pabo yang pernah ku temui. Kau kira aku akan leleh seperti Minyeon Eonnie. Ups…keceplosan” ucap Hani seraya berdiri.
“Heheheh” Hani terkekeh dan berlari keluar kamar sebelum Singa Minwoo benar-benar menerkamnya.
“Heh…” ketus Minwoo.
Makan malam…
“Besok Minwoo akan mulai bekerja dan kau Hani akan mulai berkuliah” ucap kakek Minwoo.
“Ah, ne” jawab Hani. Sedangkan Minwoo, tetap fokus dengan makanannya.
“Emh…ternyata masakan mu enak sekali. Aku ingin kau sering-sering memasakan masakan Korea untuk ku” ucap kakek Minwoo.
“Ah, ne. Khamsahamnida” ujar Hani. Minwoo menatap Hani yang bersikap begitu sopan.
                Setelah makan malam, Minwoo dan Hani pun masuk ke kamar mereka untuk segera tidur. Sebelum tidur, ponsel Hani berdering. Hani mengangkat telepon itu sambil duduk di tempat tidur.
“Yoboeseyo?” jawab Hani.
“Ne. Ini Eomma”
“Eomma? kenapa malam-malam menelpon ku? dan pulsa untuk menelpon kesini kan mahal?” pertanyaan Hani yang bertubi-tubi.
                Minwoo yang mendengarkan yeoja itu, hanya menutup matanya dan meluruskan badannya di tempat tidur.
“Yaa! Baru Eomma menelpon kau sudah ngomel-ngomel. Eotteohke?”
“Eotteohke mwoya?”
“Malam pertama mu?”
“Malam pertama?”
“Ne. Apa kau melakukannya?”
“Melakukan apa? Eomma jangan membuatku bingung”
“Kau dan Minwoo”
“Heh, MWOYA?” Hani berteriak dan membuat Minwoo yag hampir tertidur terbangun lagi.
“Yaa! Kau membuat ku jengkel sekali. Suara jelek mu itu membuat telingaku ingin pecah” Minwoo yang kesal.
“Mi-mianhae” ucap Hani sambil menutup ponselnya dengan telapak tangannya.
“Heh…”Minwoo  mengendus kesal.
“Eomma, ini sudah malam. Aku ingin tidur besok aku harus kuliah. Arraseo?” ucap Hani seraya menutup teleponnya.
“Aish…anak ini. Dengan Eomma-nya kasar sekali” ucap Ibunya.
“Kau tidur di situ?” tanya Hani.
“Ne. Terus dimana lagi?” ujar Minwoo.
“Masa kita satu ranjang?”
“Terserah. Kau mau tidur dilantai atau kasur ini?”
“Ihs…” Hani jengkel. Ia lempar tubuhnya ke tempat tidur persis di samping Minwoo yang mungkin ia pikir sudah terlelap.
                Hani sedikit tidur di pinggir, karena ia tidak ingin berdekatan dengan Minwoo. Minwoo yang menyadari itu hanya diam dan melanjutkan tidurnya.
^~^~^~^
                Pagi di musim panas di Paris, membuat warganya memulai aktifitasnya. Hani seorang yeoja yang rajin telah bangun lebih dulu dari siapa pun di rumah itu. Ia mandi dan menyiapkan sarapan untuk Minwoo dan kakeknya.
                Setelah selesai, ia menatanya di atas meja. Tak lama kakek Minwoo datang bersama Minwoo di belakagnya.
“Cucu yeoppeo ku sudah menyiapkan sarapan” ucap kakek Minwoo seraya duduk di kursinya.
“Ne” jawab Hani.
                Mereka pun sarapan bersama. Setelah sarapan, Minwoo berangkat bekerja lebih dulu. Sedangkan Hani, akan kuliah jam siang.
“Aku berangkat dulu” ucap Minwoo dengan stelan jass hitam yang serasi dengan celananya dan dasi bergaris putih miring.
“Ne” jawab kakeknya sambil tersenyum.
“Ah…” Minwoo ingat sesuatu dan mendekat kepada Hani.
“Hah…” Hani terkejut.
“Malam ini aku akan lembur, karena aku baru masuk kerja. Jadi, kau makan malam dan tidur saja duluan” Minwoo berbisik ke telinga Hani. Hani mangangkat pundaknya geli karena nafas Minwoo yang menusuk ke leher.
“Terserah. Memangnya aku peduli” ucap Hani berbisik.
“Heheh” kakek Minwoo hanya terkekeh melihat mereka.
                Minwoo pun berangkat ke kantornya dengan mobil sedan keluaran terbaru dengan desain unik berwarna putih. Hani membersihkan meja makan dengan menumpuk beberapa piring dan ingin membawanya ke dapur.
“Biarkan dia yang membersihkannya” ucap kakek Minwoo dengan pembantu yang berdiri disebelahnya.
“Hah, ne” jawab Hani.
“Ikutlah. Kita ngeteh dulu” ujar kakek Minwoo yang mengajak Hani duduk di teras belakang.
“Teh apa itu?” tanya Hani yang melihat kakek Minwoo menuangkan teh hangat ke gelasnya.
“Teh susu”
“Teh susu? tapi, susu dan tehnya menyatu”
“Memang. Didalam kantung teh dini sudah dimasukkan serbuk teh dan serbuk susu yang dikeringkan secara bersamaan. Maka, rasa dan harumnya menyatu”
“Oh…” ujar Hani yang meminum teh susu itu.
“Emh…aroma dan rasanya benar-benar enak dan harum” Hani yang kagum. Kakek Minwoo hanya tersenyum.
“Kau memiliki pacarkan?” tanya kakek Minwoo tiba-tiba. Membuat Hani berhenti meminum tehnya.
“Ah, it-itu…”
“Haraboji juga dulu seperti kalian. Ini sudah tradisi sejak dulu”
“Hah?”
“Haraboji dulu sudah memiliki seorang kekasih. Sama seperti Halmonie Minwoo juga. Tapi, karena tekanan dari perintah orang tua Haraboji, Haraboji harus menikah dengan Halmonie Minwoo. Lama-kelamaan kami dapat menerima posisi kami sekarang” ujar kakek Minwoo sambil meminum tehnya.
“…” Hani hanya terdiam dan tersenyum.
“Makanya, kau dan Minwoo seperti susu dan teh ini. Dalam kantungnya kalian tidak akan pernah menyatu, tapi ketika air membasahi kalian, kalian akan menyatu” jelas kakeknya.
                Hani pun akhirnya mengerti maksud kakeknya. Mungkin ini adalah jalan hidupnya sekarang. Ia harus menerima dirinya yang sekarang menjadi istri orang lain. Orang yang tidak pernah ia kenal dan cintai.
Kampus…
                Hari ini untuk pertama kalinya Hani masuk kuliah. Padahal ia sudah di terima di Universitas Nasional Seoul. Ya, tidak apa-apa, yang penting ia tetap mengambil mata kulian Phorografer, ujar Hani.
“Hari ini, kita akan memulai semester pertama kita dengan materi terlebih dahulu. Setelah saya memberikan semua materi ini dalam seminggu, kalian akan magang di beberapa kantor majalah busana, model, dan fashion show” ucap Dosen perempuan yang berdiri di depan layar monitor.
“Syukur disini menggunakan, bahasa inggris” ucap Hani lega sambil membuka notebooknya untuk mencatat materi.
                Siang itu ia menjalani kuliah pertama seperti biasa ia bersekolah di SMA-nya dulu. Sekarang jam istirahat menuju jam kedua. Hani kekantin untuk mengisi perutnya terlebih dahulu.
                Hani mengantri untuk mengambil makanan. Hingga akhirnya ia berkenalan dengan seorang murid baru seperti dirinya.
“Hai!” sapa gadis itu dengan bahasa inggris.
“Hai” balas Hani.
“What’s your name?” ujar gadis itu memberikan tangannya.
“Oh Hani. Call me Hani. You?”
“Cecilia Van Fender. Hani (sayang dalam bahasa inggris)?”
“Yes, not honey”
“Ouh…I know”
“We are eat together?”
“Yes” jawab Hani tersenyum. Hani pun menemukan teman baru di kampusnya.
Rumah…
“Kok jam segini, Minwoo belum pulang sih?” Hani yang merasa agak khawatir.
“Sudah jam 9, ini namanya lebih daripada lembur!” Hani tampak cemberut dan sesekali menengok ke jendela luar.
“Ah, ngapain aku khawatir. Toh, dia khawatir aja gak sama aku” Hani sewot dan merebahkan tubuhnya ke tempat tidur.
Jam 10.15 Pm
Kreeek…
                Minwoo datang dan membuka pintu kamarnya. Hani menyadari itu, tetap menutup matanya dan berpura-pura tidur.
“Dia sudah tidur” ucap Minwoo pelan sambil melepaskan pakaiannya dan ke kamar mandi.
                Setelah mandi, Minwoo memakai baju piyamanya dan berjalan ke tempat tidur. Sebelum merebahkan badannya ia menarik selimut Hani dan menyelimuti seluruh tubuh Hani. Hani menyadari itu, hati Hani tersenyum.
Drrrt, Drrrt…
“Yoboeseyo?” jawab Minwoo yang mendapati panggilan dari ponselnya.
“Ne. Aku sudah sampai. Kau?”
“Baguslah. Cepat tidur. Kau besok harus bekerja lagi”
“Ne. Annyeong chagi-ya”
‘Chagi-ya? Apa itu Minyeon Eonnie?’ pikir Hani. Minwoo pun menutup matanya dan tidur.
                Beberapa hari telah mereka lewati seperti biasa. Hanya saja interaksi mereka belum tercapai. Mereka masih cuek-cuekan dan bicara dengan nada dingin. Manalagi Minwoo dan Hani jarang mengobrol karena Minwoo yang terus lembur.
“Annyeong” sapa Hani setelah mandi pagi.
“Emh” jawab Minwoo datar.
“Jawaban apa itu?” ketus Hani.
“Kau mau kemana?” tanya Hani.
“Mau tahu saja”
 “Ihs…namja ini memang benar-benar seperti batu es. Sudah keras, dingin lagi” ketus Hani.
“Kau sendiri mau kemana?”
“Mau tahu saja” jawab Hani dengan nada tinggi. Hani meraih jaketnya dan keluar dari kamarnya.
“Kau mau kemana, Hani?” tanya kakek Minwoo yang sedang menyiram bunga di halaman depan.
“Oh Haraboji, aku ingin membeli kamera untuk magang besok”
“Sendiri?”
“Ne”
“Aku pergi dulu, Boji” ujar Minwoo yang tiba-tiba keluar dari rumah.
“Kau mau kemana Minwoo?” tanya kakeknya.
“Jogging. Wae?”
“Temani Hani pergi” ucap kakeknya.
“Ah…an-aniyo. Aku pergi bersama teman ku” jawab Hani.
“Oh, ya sudah. Hati-hati, ya?”
“Ne. Annyeong, Haraboji” ujar Hani pamit.
“Looo” Hani menjulurkan lidahnya kearah Minwoo.
“Ciih…dasar yeoja cebol” ucap Minwoo.
                Cecilia sudah menunggu Hani di depan toko penjualan berbagai kamera. Hani langsung menghampiri Cecilia.
“Let’s go!” ajak Hani.
                Mereka pun masuk ke dalam toko itu. Dengan berbagai jenis kamera di sana, membuat Hani tampak bingung sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal itu.
“Lebih baik yang ini. Ini keluar tahun ini” saran Cecilia (bahasa inggris).
“Benarkah?” tanya Hani (bahasai inggris).
“Emh”
“Baiklah. Aku akan ambil yang ini” ujar Hani mengambil kamera itu dan membayarnya di kasir.
                Setelah mereka membeli kamera, mereka ingin istirahat di café pinggir jalan dulu. Mereka memesan cake cokelat dengan es krim diatasnya. Dengan nikmat mereka memakannya bersama.
“Minwoo?” ujar Hani melihat sosok suaminya di belakang Cecilia.
                Minwoo yang menyadari itu, terkejut tapi tak meresponnya. Ia hanya memalingkan wajahnya dan menarik tangan seorang yeoja untuk duduk di kursi belakang Cecilia.
“Ada apa?” tanya Cecilia.
“Tidak ada apa-apa” jawab Hani.
“Eh, aku sedikit kehilangan selera. Bisakah kita pergi sekarang?” ucap Hani bangkit dari duduknya.
“Hah, ya” jawab Cecilia yang ikut berdiri.
                Minwoo yang menyadari itu tercengang dengan Hani karena ia melihat ekspresi Hani yang tampak tak enak itu.
“Waeyo?” tanya Minyeon.
“An-ani. Gwaencana” jawab Minwoo.
                Hani yang mendengar percakapan itu hanya diam dan berjalan pergi meninggalkan mereka. Entah kenapa sejak saat itu, ia selalu ke pikiran Minwoo.
“Eis…kenapa juga aku mikirin namja itu? terserah dia dong, mau pergi sama siapa saja? lagiankan dia hanya suami ku yang tanpa cinta” ucap Hani dengan dirinya sendiri di cermin kamar mandi.
“Aku merindukan Sehun Oppa. Aku ingin melampiaskan kejengkelanku dengannya. Memeluknya. Hanya dia yang mengerti ku” ujar Hani sambil mengukir nama Sehun di cermin itu.
TOK, TOK, TOK
“Ne?” jawab Hani.
“Kau bertapa ya di kamar mandi?” tanya Minwoo dari luar.
“Ah…ne” jawab Hani bergegas memakai handuk ke tubuhnya.
“Mandi aja lama sekali” ujar Minwoo dingin seraya masuk ke dalam kamar mandi. Kamar mandi mereka gabung dengan WC. Maka dari itu, kamar mandinya besar dan luas.
“Sabar kenapa?” jawab Hani.
“Orang mau BAB, gak ada arti sabar” jawab Minwoo dari dalam kamar mandi.
                Minwoo langsung mengambil posisi pertapaannya. Setelah duduk, ia mendapati tulisan yang terukir di cermin. SEHUN itulah ukirannya. Dilubuk hatinya, ia merasa sedikit cemburu melihat tulisan itu.
^~^~^~^
“Heh, hari ini aku harus berusaha. Fighting!!!” ujar Hani sebelum memasuki kantor magangnya itu.
“Wah…kantor ini besar sekali! Aku harus kemana?” ujar Hani bingung.
“Permisi, dimana aku bisa menemui atasan di kantor ini?” tanya Hani (dalam bahasa inggris) pada resepsionis kantor itu.
“Anda siapa? Apa anda sudah punya janji dengan atasan kami?”tanya resepsionis perempuan itu.
“Tidak. Aku orang magang disini”
“Oh, mari aku antar”
“Oh, iya” jawab Hani yang mengikuti perempuan itu.
                Mereka sudah melewati 25 lantai gedung itu menggunakan lift. Sesampai di sana mereka memasuki lorong bernuansa Jepang, terdapat anak pohon bamboo di pinggir lorong dan ada beberapa pintu geser berwarna merah disana.
“Silahkan!” ucap perempuan itu seraya membuka pintu geser itu.
“Permisi!” ucap Hani.
“Ya” jawab seorang wanita cantik (dalam bahasa inggris) yang berumur sekitar 34 tahun itu.
“Saya orang magang disini?” ujar Hani.
“Oh…Kajja, ikut dengan ku” ujar wanita itu dalam bahasa korea.
“Anda bisa berbahasa Korea?”
“Ne. Panggil saja aku Eonnie” ucap wanita itu.
“Ne, Eonnie”
                Hani diajak ke tempat sebuah ruang pemotretan yang bernuansa kerajaan Perancis. Mungkin sedang melakukan pemotretan bernuansa klasik.
“Kau akan memulai pekerjaan mu disini. Dialah model mu. Shi Minyeon” ujar wanita itu menunjuk sosok yeoja tinggi, langsing, putih dan cantik dengan gaun kerajaan.
“Eonnie?” panggil Minyeon kepada wanita itu.
‘Hah? it-itu kan yeojachingu-nya Minwoo?’ ucap Hani dalam hati dengan penuh kerterkejutan.
“Hoh…kaukan gadis yang ditabrak Minwoo?” ujar Minyeon.
“Ah, ne”
“Dia orang magang disini dan kau akan menjadi modelnya” ujar wanita itu.
“Ternyata Eonnie masih ingat” ujar Hani.
“Ne, tentu saja…jeneun Shi Minyeon imnida”
“Oh Hani imnida” jawab Hani.
                Setelah berkenalan, mereka pun mulai melakukan pekerjaan mereka. Pikiran Hani sempat buyar karena kepikiran dengan Minyeon yang adalah kekasih Minwoo. Tapi, ia tetap fokus ke pekerjaannya.
                Setelah hari itu pekerjaan Hani selesai, ia bergegas pulang untuk lekas istirahat. Lagi-lagi ia hanya makan malam bersama kakek Minwoo. Minwoo terus lembur sejak pertama turun kerja.
“Minwoo lembur lagi?” tanya kakeknya.
“Ah, ne. Ia terlihat sibuk” ucap Hani.
                Kakek Minwoo hanya diam dan tetap makan. Selesai makan, Hani langsung ke kamar untuk tidur. Hari ini ia merasa sedikit lelah dan kacau. Ia ingin segera melupakan masalah hari ini dengan membawanya tidur.
Paginya…
“Emh…” desis Hani yang terbangun. Perlahan-lahan ia membuka kelopak matanya.
“HUAAAA” Hani berteriak melihat Minwoo memeluknya.
BUUUK
                Hani jatuh dari tempat tidur. Minwoo pun spontan terbangun dan terduduk melihat istrinya terpelentang.
“Mwoya?” tanya Minwoo sambil mengucek matanya.
“Mwoya? kau bilang mwoya? kau memeluk ku!” ketus Hani seraya berdiri dan memusut bokongnya yang sakit itu.
“Apa aku salah?” tanya Minwoo yang bangun dari tempat tidurnya.
“TENTU SAJA. Bukankah sudah ku bilang, jangan pernah sentuh aku!” ketus Hani sambil berjalan ke kamar mandi.
SREEEK
“Jinjja?” ucap Minwoo yang menarik lengan Hani. Sekarang, jarak mereka begitu dekat. Hingga nafas Minwoo yang hangat itu membuat jantung Hani berdetag dengan kuat.
Glek…
                Hani menelan air ludahnya sedalam-dalam mungkin. Tubuhnya gemetaran dan suhu tubuhnya memanas.
“Ya-yaa! menjauhlah kau!” Hani mendorong Minwoo.
“Sepertinya, kau tidak kuat menatap wajah ku?”
“Siapa bilang? Aku hanya mual jika terus melihat wajah mu itu”
“Jinjja?”
“Ne. Kau hanya namja yang suka jual tampang saja. Looo” Hani yang lagi-lagi mengejek Minwoo dengan menjulur lidahnya.
“Lihat saja nanti!” tantang Minwoo dengan suara pelan.
                Dalam 10 menit, Hani selesai mandi. Ia gulung rambutnya dengan handuk dan ia lilit sehelai handuk lagi ke tubuhnya. Lalu, ia keluar.
Chup~
                Minwoo mencium Hani tepat di saat Hani telah membuka pintu kamar mandi. Hani terdiam dan tak dapat bergerak sedikit pun. Mana lagi, tangan kanan Minwoo memegang pundak Hani.
PLAAAK
“YAAA! DASAR NAMJA MESUM” Hani menampar Minwoo tepat di bibirnya.
“Akh…” keluh Minwoo mendapati memar di ujung bibirnya.
“Itu hukuman mu yang berani-berani MENYENTUH KU!” ucap Hani menaiki handuknya.
                Hani bergegas memakai pakaiannya dan keluar untuk sarapan. Saat sarapan, di ruang makan tersebut benar-benar hening.
“E…apa kau akan bekerja?” tanya kakek Minwoo.
“Aku?” tanya Minwoo dan Hani bersamaan. Mereka pun saling pandang.
“Aku akan bekerja” jawab Hani.
“Aku juga” sahut Minwoo. Hani menatap tajam kearah Minwoo.
                Keadaan kembali hening dan Hani mempercepat sarapannya. Setelah selesai, Hani pun berpamitan berangkat kerja. Seperti biasa, ia tetap menggunakan bus walaupun di Paris.
“Hari ini kita akan mengadakan pemotretan di kolam renang. Temanya Bikini Party” ujar wanita yang adalah atasan Hani.
“Hemh....siapa pasangan ku?” tanya Minyeon.
“Lee Jay Yung” jawab wanita itu.
“Oh…” jawab Minyeon.
“Kajja, kita berangkat” ujar wanita itu.
                Mereka pun berangkat menggunakan bus kantor menuju Venesia kota Cinta. Disana mereka menyewa sebuah Hotel yang memiliki kolam renang yang besar dan luas. Sesampai disana, model laki-lakinya berhalangan hadir.
“Eotteohke?” ujar Minyeon.
“Emh…kau ada teman namja?” tanya wanita itu.
“Emh….hah, Minwoo” jawab Minyeon. Mata Hani langsung membulat sempurna setelah mendengarnya.
“Jinjja?” tanya wanita itu.
“Ne. Aku akan telepon dia”
                Setelah menelpon Minwoo, 10 menit kemudian Minwoo datang masih dengan baju kantornya. Hani tercengang melihat Minwoo yang begitu bahagia disana. Minwoo langsung cipika cipiki dengan Minyeon.
“Nah, ini dia Minwoo namjachingu ku” ucap Minyeon mempekenalkan.
“No Minwoo Imnida” ujar Minwoo. Minwoo terkejut melihat Hani di belakang Minyeon.
“Ah…” Hani memalingkan wajahnya dan pura-pura tidak tahu. Padahal baru saja mereka saling berpandangan.
“Kajja, Minwoo kau ganti baju” perintah wanita itu.
                Beberapa menit kemudian, Minwoo selesai berganti baju dengan celana pendek kaos dan baju tanpa lengan kaos. Sedagkan Minyeong hanya menggunakan, bikini.
“Si-siap?”tanya Hani gagap.
“Ne” jawab Minyeon semangat. Minwoo hanya terdiam dan ekspresi datar.
                Hani memulai pemotretannya. Entah kenapa, Hani merasa gugup, gemetaran dan tidak berkonsentrasi saat memotret mereka. Hani memejamkan matanya sejenak dan membukanya kembali.
                Dengan beberapa gaya sexi yang mereka lakukan, membuat hati Hani terasa panas hingga membara. Pemotretan selesai, Hani bergegas membereskan barang-barangnya.
“Kau mau pulang?” tanya Minyeon.
“N-ne. Aku harus memasak untu Haraboji ku” jawab Hani. Minwoo yang mendengar itu langsung menatap Hani.
“Oh…padahal aku ingin mengajak kamu untuk ikut berpesta atas pemotretan ini” ucap Minyeon agak cemberut.
“Hehehe. Gwaencana” jawab Hani tersenyum.
“Annyeonghi gyeseyo” ucap Hani menundukkan badan.
“Annyeonghi kaseyo” ucap Minyeon.
                Hani berjalan dengan agak gontai. Ia ayun-ayunkan tasnya. Wajahnya cemberut dengan memanyunkan mulutnya.
“Apa itu? dia pura-pura tidak mengenal ku? huh…aku menyesal mau memotret mereka” omel Hani selama berjalan.
TIK TIK TIK
“Yaa! Hujan…” Hani berteriak dan berlari secepat mungkin menuju halte bus.
                Sesampai disana, separuh tubuhnya basah kuyup. Hujan yang deras membuat air hujan masuk ke halte bus. Hingga akhirnya, seluruh tubuh Hani basah.
“Aduuh…jangan sampai kamera ku basah nih” ujar Hani memeluk tasnya.
Rumah…
“Haaatchiiiii” Hani bersin-bersin.
“Hidung ku sesak…iuh…” ujar Hani yang merebahkan badannya ke tempat tidur.
“Sudah jam 9 lewat, kok Minwoo belum pulang juga?” Hani yang tampak khawatir.
“Ah, biarin aja. Paling dia sudah mabuk karena Eonnie itu” ketus Hani sambil menarik selimutnya sampai menutup ke suluruh tubuhnya.
Paginya…
“Kau mau tidur sampai kapan?” tanya Minwoo yang memakai jas kantornya.
“Ak-aku…” ucap Hani gemetaran yang masih tertutupi selimut.
“Wae?” ucap Minwoo dingin.
“Aku tidak kerja hari ini” ucap Hani pelan.
“Hah? Mwo?”
“Aku tidak kerja tuli” ucap Hani yang memperkeras suaranya.
“Kau sakit?” tanya Minwoo sambil memegang jidad Hani dengan telapak tangannya.
“Kau demam? Kau hujan-hujan ya malam kemarin?” tanya Minwoo seraya melepas jasnya.
“Ne” jawab Hani pelan.
“Kenapa kau tidak minta jemput supir Haraboji saja?”
“Aku sudah biasa naik bus”
“Heh…gara-gara kebiasaan mu itu kau jadi sakit kan?” ujar Minwoo seraya mengambil kompres dan obat.
“Ini minum obatnya dulu. Biar setelah itu aku kompres” ucap Minwoo seraya memberikan obat kepada Hani.
                Hani pun duduk dan menimun obatnya. Kemudian, ia merebahkan kembali tubuhnya. Minwoo menarik lengan bajunya dan memeras kain kompres. Minwoo duduk disamping Hani yang sedang berebah. Minwoo menyibak poni Hani dan meletakkan kain kompresnya ke jidad Hani.
“Aku berangkat dulu” ucap Minwoo lembut sambil berdiri.
“Andwe. Jangan pergi!” cegah Hani dengan suara gemetaran.
“Tapi, aku harus kerja” ucap Minwoo.
“Jebal!” Hani memelas.
                Minwoo benar-benar tidak tega melihat Hani yang tergelak lemah di tempat tidur. Minwoo duduk kembali disamping Hani dan menarik selimut ke tubuh Hani. Setelah Hani tertidur, dering ponsel Minwoo berdering.
“Yoboeseyo?” jawab Minwoo.
“Minwoo…kau bisa ke apartemen ku?”  ucap Minyeon.
“Eh…wae?”
“Aku sakit. Aku demam” ujar Minyeon.
“Jinjja?”
“Ne. Temani aku. Aku sendiri disini”  keluh Minyeon.
“Baiklah. Aku akan ke sana” jawab Minwoo.
“Aku tunggu!”
                Dengan berat ia harus meninggalkan istrinya yang sedang sakit itu. Ia juga tidak tega dengan kekasihnya.
“Hani, aku ada urusan kantor mendadak. Aku pergi sebentar, ya?”
“Apa tidak bisa ditinggalkan dulu?” jawab Hani.
“Ini penting” ujar Minwoo.
“Ne. Arraseo” jawab Hani sambil memalingkan wajahnya dari Minwoo.
                Minwoo pun tetap pergi meninggalkan Hani. Hani terlihat marah dan menutup matanya. Sejak Minwoo pergi, mata Hani tidak bisa diajak kompromi untuk tidur. Mana lagi, kepala Hani semakin sakit dan badannya tetap panas.
Jam 10.15 Pm…
“Kok Minwoo belum pulang juga. Sudah hampir tengah malam seperti ini” Hani khawatir dan mencoba duduk menenangkan diri.
“Aku akan coba menyusulnya” ucap Hani seraya mengambil jaket dan keluar kamar.
“Kau mau kemana Hani?” tanya kakek Minwoo yang tiba-tiba keluar kamar.
“A..aku…”
“Wajah mu pucat sekali. Kau sakit?”
“Hah…ne. Makanya aku ingin keluar beli obat”
“Memang, di kotak obat tidak ada?”
“It-itu anu…habis”
“Oh…biar pembantu saja yang membelikannya. Ini sudah larut malam”
“Aniyo. Gwaencana. Tokonya juga gak jauh kok”
“Baiklah. Jangan lama-lama!”
“Ne. Annyeong”
“Ne. Annyeong” jawab kakek Minwoo.
                Hani pun bergegas menuju halte bus. 15 menit kemudian, bus itu datang dan Hani langsung berlari masuk ke dalam bus. Jari jemarinya saling bergerak tak karuan karena ada perasaan tak nyaman dihatinya.
                Tak lama, bus berhenti di pemberhentian halte bus yang ketiga. Ia bergegas turun dan berlari menuju kantor Minwoo. Sesampai disana, ia melihat kantor itu terasa gelap. Ia lihat ada seorang satpam disana.
“Eksqiusme! Apa karyawan-karyawan disini sudah pulang?” tanya Hani dalam bahasa inggris.
“Ya. Dari jam 8 tadi”
“Benarkah?”
“Memangnya ada apa?”
“Eh…apa Tuan Minwoo kemari?”
“Tidak. Ia saja tidak masuk kerja hari ini. Ia izin. Anda siapa?”
“Saya istrinya”
“Oh. Benar, Tuan Minwoo tidak kesini” jawab satpam itu.
“Hah…dimana dia?” ucap Hani dengan perasaannya yang tak karuan dan kepalanya yang semakin pusing.
“Thank you”
“Yes, you’re welcome”
                Hani kemudian duduk di sebuah taman. Memikirkan kemana Minwoo pergi. Minwoo telah berbohong pada Hani. Hatinya panas dan kecewa. Padahal Hani sudah mulai mempercayainya.
“Hah…ja-jangan-jangan dia kerumah Minyeon Eonnie?” pikir Hani.
“Aku harus minta alamat Minyeon” ujar Hani yang mengirim pesan pada atasannya di kantor.
                Tak lama pesan Hani dibalas. Ia langsung bergegas mencari taksi yang berhenti di dekat taman. Hatinya bertambah khawatir. Ia begitu gelisah.
                Sesampai di sebuah apartemen besar dan tinggi itu. Ia langsung menaiki lift menuju lantai 30. Detik demi detik, Hani tak lepas menatap lampu lift yang terus berjalan menuju lantai selanjutnya. Keringat dingin sudah bercucuran di wajahnya.
                Hani langsung berlari ketika pintu lift terbuka. Ia terus mencari kamar apartemen Minyeon yang bernomor 104.
“Huh…hah…ini dia” Hani yang terengah-engah.
TING TONG, TING TONG
“Siapa…” Minwoo terdiam saat membuka pintu kamar Minyeon dan melihat sosok yeoja yang begitu lusuh dan pucat dihadapannya.
“Mi-min-minwoo…apa yang kau lakukan disini?” tanya Hani yang begitu terkejut. Benar, Minwoo sedang diapartemen Minyeon. Bukan dikantor. Hati Hani begitu hancur. Mungkin sekarang sudah berkeping-keping.

[TBC]

Yeaaaah….TBC…huh…eotteohke? makin seru gak? kajja, kajja, dapat feelnya gak? anget-anget gak ?#apa’an sih thor ==’. Nah…penasaran gimana kelanjutannya? tunggu aja ya setelah yang satu ini (?)…mianhae kalau dari part.1-2 ada kata-kata ato pun yang menyanyikat hati para readers sekalian #author nangis T.T… O.k tanpa busa basu, aouthor pamit dan sampai ketemu di part.3 the end’nyo..hohoho Pay Pay… #nunduk bareng aa’ Kris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar