Selamat Datang Di Blog Han Hyo Mi


widget

Selasa, 01 Januari 2013

[Fanfiction] Love Me, Please!


love me, please!
Author                  : Han Hyo Mi
Main Cast             : Gum Myu Ah-Mega, Shi Cu Myul-Sarifah, Kim Jung Soo-Kahfi & Lee Hyung Soo-Dwi
Genre                       : Romantic
For                            : 15 +
Soundtrack        :Kim Hyun Joong_One More Time

Huaaah…ff baru lagi. Masih request dari teman. Sebenarnya aku pengen bikin ff Baekhyun, tapi karena teman ku maksa dan sudah gak sabaran. Jadi, ya…aku bikinin. Syukurnya idenya gak buntu. Jadi aku cepat bikinnya. Aku takut kalau aja entar di serudup aku pakai taduk evilnya #hahaha just kidding,bray. Ya sudah, abaikan saja bakicot-bakicot author ini…yuk cekidot…
~.~.~.~.~
          Sebuah persahabatan yang sudah terjalin sejak mereka duduk di bangku taman kanak-kanak, membuat mereka bagaikan perangko dan amplop. Biarpun salah satu dari mereka telah memiliki seorang namjachingu, itu tidak membuat keduanya renggang.
          Musim dingin membuat dua si sahabat ini betah duduk didalam kelas. Melihat pemain sepak bola yang sedang berusaha memasukkan bolanya ke gawang dari jendela.
“Ah…namja ku itu neomu kyeopta” puji Myu Ah.
“Emh” respon Cu Myul sambil membaca novelnya. Nada yang begitu bosan. Mungkin Myu Ah sudah terlalu sering mendengar chingunya memuji namjachingunya itu.
“Wae? kau terlihat membosankan” ucap Myu Ah sambil menekuk bibirnya.
“Ani. Aku hanya sedang asik membaca novel ku” jawab Cu Myul yang masih setia menatap novelnya.
“Hah…itu Kim Hyun Joong” Myu Ah berteriak mendadak.
“Mana?” tanya Cu Myul celingak celinguk seperti orang bodoh.
“Hahaha, mimpi kali Kim Hyun Joong mampir disekolah kita” Myu Ah tertawa.
“…” Cu Myul menatapnya dingin. Myu Ah langsung mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.
“Kapan kau akan membuka hatimu?” tanya Myu Ah tiba-tiba.
“Hah? eh…aku belum siap” jawab Cu Myul.
“Aku merasa…” kata-kata Myu Ah terpotong.
“Kasihan? kau tak perlu khawatir” jawab Cu Myul sambil menatap seorang namja diluar jendela kelasnya.
“Ya! kenapa kau masih disini? bukankah kita harus rapat untuk study tour?” tanya seorang ketua kelas kepada Cu Myul.
“Ah, ne, ne” jawab Cu Myul melepaskan novelnya.
“Aku rapat dulu, yah? kau teruskan saja meratapi namjachingumu” ucap Cu Myul kepada Myu Ah.
“Mwo?!”
“Hahaha, just kidding. Dah…” Cu Myul melambaikan tangannya pada Myu Ah.
“Hah, gara-gara dia jadi wakil kelas, dia jadi sering keluar kelas” ujar Myu Ah kembali melihat sang kekasih. Sang kekasih menyadari itu. Ia pun melambaikan tangan kepada Myu Ah.
          Sementara itu, Cu Myul sedang rapat bersama seluruh ketua kelas dan wakil ketua kelas 2 sekolah di ruang osis.
“Baiklah, kita sudah menentukan tujuan study tour kita. Yaitu, Boseong. Sampaikan hasil rapat kita ini kepada teman-teman kita. Tolong kumpulkan semua uang membayar study tour kepadaku 2 hari sebelum keberangkatan. Baiklah, ada yang bertanya?” ujar ketua osis itu.
“Emh. Aniya” jawab mereka hampir serentak.
“Baiklah, rapat samapi disini dulu. Sampai ketemu minggu depan” ujar ketua osis itu menutup rapat.
“Ne” jawab mereka serentak.
“Cu Myul?” panggil ketua kelas.
“Ne? ada apa, Jung Soo?”
“Kau bisa bantu aku mencari bus untuk kita sore ini?” tanya Jung Soo.
“Emh, bisa. Jam berapa?”
“Jam 4 saja”
“Oh, ok. Kita ketemu didepan sekolah saja”
“Ne” jawab Jung Soo.
          Sesuai rencana, Cu Myul pergi untuk membantu Jung Soo mencari bus. Cu myul sudah menunggu Jung Soo didepan gerbang sekolah. 15 menit sudah berlalu, Jung Soo tak kunjung datang.
Drrrrt, Drrrt…
“Yoboeseyo, Myu Ah?” Cu Myul mengangkat telponnya.
“Yoboeseyo. Kau ada dirumah?” tanya Myu Ah.
“Ani. AKu sedang pergi keluar kenapa?”
“Emh…aku hanya ingin mengajakmu nonton ke 21”
“Ouh, mianhae. Aku sedang ada urusan”
“Urusan apa?”
“Urusan sekolah”
“Oh…”jawab Myu Ah dengan nada datar.
“Jangan marah. Aku janji besok kita akan pergi” Cu Myul membujuknya.
“Jinjjayo?”
“Ne. Ajak saja Hyung Soo”
“Emh”
“Annyeong” Cu Myul menutup panggilannya.
“Huft…gara ketua kelas ini, jadi gak bisa jalan bareng Myu Ah” Cu Myul mengeluh.
“Hah…mi-mianhae” Jung Soo yang baru saja tiba dengan motornya.
“Kau sudah terlambat 20 menit” Cu Myul tampak marah.
“Mianhae. tadi, motor ku dapat masalah. Bannya bocor ditengah jalan” Jung Soo mencoba menjelaskan.
“Ne, ne. Kajja!” Cu Myul langsung mengambil helm Jung Soo dan duduk dibelakang Jung Soo.
“Kita kemana?” tanya Cu Myul.
“Kita ke terminal bus yang terdekat saja dulu”
“Oh”
          Hanya berjarak 5 km dari sekolah, mereka sudah sampai di terminal bus. Sesampai disana, mereka langsung menuju kantor terminal.
“Permisi, bisakah kami bertemu dengan pemilik terminal bus disini?” ujar Jung Soo bertanya dengan salah satu pegawai di terminal.
“Ah, mianhae. Dia sedang keluar. Ada perlu apa?”
“Kami ingin menyewa salah satu bus disini”
“Oh, untuk keperluan apa?”
“Untuk study tour sekolah kami”
“Bisa. Bus yang ukuran kecil, sedang atau besar?”
“Besar”
“Untuk berapa hari?
“3 hari dua malam”
“Baiklah. Kapan kalian akan berangkat?”
“Minggu depan. Kami juga ingin menyewa sopirnya”
“Oke. Ini jumlah biayanya. Kalian boleh membayarnya sehari sebelum berangkat”
“Ne” jawab Jung Soo.
“Kau sudah umumkan dengan teman-teman dikelas?” tanya Cu Myul.
“Sudah” jawab Jung Soo yang melihat pembayaran bus.
“Sekarang kita kemana?” tanya Cu Myul.
“Ya, pulang”
“Pulang? Kita mampir sebentar deh di MC Donald, aku lapar” ujar Cu Myul.
“Ne, ne” jawab Jung Soo yang memberikan helm kepada Cu Myul.
          Mereka pun pergi menuju rumah makan MC Donald. Sesampai disana, Cu Myul meninggalkan Jung Soo yang memarkir motornya. Cu Myul langsung memesan 2 burger, 2 susu cokelat hangat dan 2 kotak kentang goreng. Jung Soo sudah duduk di meja yang ia pilih. Tak lama Cu Myul datang membawa nampan berisikan makanan pesanannya.
“Sepertinya kau lapar sekali?” ujar Jung Soo yang menyambut nampan Cu Myul.
“Emh” jawab Cu Myul yang langsung menyambar Burgernya.
“Cu Myul?” panggil seseorang dari depanya.
“Myu Ah? k-kau di-disini juga?” tanya Cu Myul gagap melihat sahabatnya didepan bersama namjachingunya.
“Katanya ada urusan sekolah?”
“N-ne” jawab Cu Myul gagap.
“Ah, aku tahu! diam-diam kalian sedang berkencan ya?” sindir Hyung Soo.
“Oh, ne. Jinjja?” tanya Myu Ah.
“An-aniyo. Kalian salah paham. Kami benar-benar ada urusan sekolah” Cu Myul mencoba menjelaskan.
“Ne. Kami sedang mencari bus untuk study tour” Jung Soo juga ikut menjelaskan.
“Oh…eotteohke? sudah ketemu?” tanya Hyung Soo.
“Ne. Sudah” jawab Cu Myul.
“Baguslah kalau begitu. Kami boleh ikut bergabung?” tanya Hyung Soo.
“Tentu” jawab Cu Myul dan Jung Soo bersamaan.
          Mereka mengobrol sambil tertawa ceria. Tak disangka, Cu Myul mencuri pandangan kepada Hyung Soo. Sesekali dihati Cu Myul ia tersenyum. Ia mengenal Hyung Soo sejak Hyung Soo menjadi tetangga barunya ketika ia kelas 1 SMA. Sekarang ia dan teman-temannya sudah kelas 2 SMA.
          Besoknya sekolah tampak ramai dan sibuk. Sibuk mempersiapkan pesta sekolah mereka yang akan diadakan besoknya. Apalagi bagi ketua kelas dan wakil kelas. Meraka tampak sibuk merencanakan dekorasi pesta dilapangan sekolah.
“Huft…eotteohke? lampu ini dipasang dimana?” tanya Cu Myul kebingungan.
“Dipohon-pohon itu saja” jawab ketua osis.
“Oh, baiklah” jawab Cu Myul yang bergegas menarik tangga.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Jung Soo menghampiri Cu Myul.
“Memasang lampu ini” jawan Cu Myul yang serius meletakkan lampu-lampu lampion.
“Kenapa kau? kan masih ada namja yang lain”
“Wae? karena aku seorang yeoja. Aku bisa sendiri kok” jawab Cu Myul.
SREEEK
“Akh…” Cu Myul berteriak.
BUUUK
“Akh…kau!” Jung Soo mengeluh.
“Hah, mi-mianhae” Cu Myul langsung bangun dari posisinya yang terjatuh diatas tubuh Jung Soo.
“Kalian asik sekali” sindir Myu Ah yang datang membawakan minuman untuk mereka.
“Hah? asik apaan? orang jatuh malah kau sindir” ketus Cu Myul jengkel.
“Ah, aku bercanda kok. Nih minum dulu. Kau pasti lelah” ujar Myu Ah memberikan minuman kepada Cu Myul.
“Aku tidak?” tanya Jung Soo.
“Oh iya, nih!” Myu Ah memberikan segelas untuk Jung Soo.
“Gomapta” ucap Jung Soo tersenyum.
          Malam besoknya, pesta dimulai. Banyak yang memakai gaun cantik dan stelan jass yang bagus dan rapi. Mereka semua terlihat tampan dan cantik malam itu. Cu Myul datang lebih dulu karena dia salah satu panitia acara pesta ini. Ia berdiri sendiri melihat beberapa bintang tamu dipanggung acara.
“Cu Myul?” panggil Myu Ah yang datang bersama Hyung Soo.
          Cu Myul terdiam saat melihat Hyung Soo sangat tampan malam ini. Hyung Soo tersenyum melihat Cu Myul.
“Kau cantik sekali malam ini” ujar Myu Ah.
“Ah, gomawo. Kau juga. Malah kalian adalah pasangan yang cocok mala ini” puji Cu Myul menyembunyikan perasaanya.
“Ya sudah, kami ketengah sana dulu. Aku ingin melihat pertunjukan kaka kelas” ujar Hyung Soo mengajak Myu Ah.
“Ah, ne. Semoga kalian menikmati acaranya” ucap Cu Myul. Hyung Soo pun menggandeng tangan Myu Ah dengan lembut.
“Hah…kenapa dulu aku tidak mengatakannya? kenapa juga aku menyerahkannya kepada sahabatku sendiri?” ujar Cu Myul berbicara sendiri.
“Kau menyukai Hyung Soo?” tanya seseorang dari belakang.
“Hah? Ju-jung Soo…an-aniyo” jawab ku sambil melambaikan kedua tanganku.
“Jangan bohong”
“Ne. Aku tidak bohong” jawab Cu Myul mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.
“Aku juga” ucap Jung Soo.
“Hah?”
“Menyukai Myu Ah. Aku mulai jatuh cinta kepadanya ketika aku dihukum karena terlambat. Jadi, dia membantu ku mengecat tembok lab. bahasa” jelas Jung Soo sambil melihat dua si joli di sebrang sana.
“Aku tidak menyangka kau menyukainya?” ujar Cu Myul.
“Aku juga. Rasanya memang sakit melihat orang yang aku sukai bersama orang lain”
“Kenapa kau tidak pernah mengataknnya?”
“Karena Hyung Soo lebih dulu dariku”
“Oh…”
“Aku punya rencana”
“Rencana apa?”
“Kau menyukai Hyung Soo kan? bagaimana kalau kau raih hati Hyung Soo dan aku meraih hati Myu Ah?” usulnya.
“Eh…” Cu Myul tampak bingung.
“Kau lakukan saja sesuai rencana ku. Kita mulai rencana kita ketika di study tour nanti” ujar Jung Soo meyakinkan Cu Myul.
“Kau lihat. Sepertinya ketua dan wakil memang sedang PDKT” ujar Hyung Soo yang melihat Cu Myul dan Jung Soo dari kejauhan.
“Ne. Semoga saja. Ku lihat mereka sangat sering bersama. Mereka cocok” ujar Myu Ah.
“Semoga saja” harap Hyung Soo.
“Baiklah” jawab Cu Myul.
“Bagus. Kita tunggu di hari H-nya” ujar Jung Soo semangat.
~.~.~.~.~
          Hari ini semua murid kelas dua berkumpul di lapangan sekolah. Menunggu absen mereka untuk naik ke dalam bus. Jung Soo telah mengabsen teman-teman kelasnya dan Cu Myul mengatur tempat duduk didalam bus. Setelah siap, Cu Myul duduk disamping sahabatnya Myu Ah yang sudah duduk menunggunya.
“Cu Myul, aku nanti satu kamar denganmu ya?” usul Myu Ah.
“Ne” jawab Cu Myul.
          Para namja dari kelas Cu Myul asik bernyanyi dengan gitar mereka. Bus terdengar ramai dengan suara nyanyian mereka. Cu Myul dan Myu Ah hanya ikut tertawa melihat tingkah aneh teman-teman namja mereka.
          Matahari mulai naik, suaru bus mulai sunyi. Sebagian sudah tertidur. Mereka tampak lelah. Myu Ah juga tertidur dipundak Cu Myul. Tak lama, mereka tiba di Boseong. Terlihat paparan hijaunya kebun teh yang segar. Mereka melihat beberapa ahjussi dan ahjumma tampak memetik pucuk daun teh dikebun itu. Myu Ah dan Cu Myul terbangun saat mendengar teman-temannya yang berisik.
“Sudah sampai?” tanya Myu Ah.
“Emh…ne. Kira-kira 8 km lagi dari sini” ujar Cu Myul yang melihat luasnya kebun teh.
“Aroma kebunnya sampai keciuman” ujar Myu Ah.
“Ne. aku ingin minum tehnya” ujar Cu Myul.
          Mereka tiba di penginapan. Penginapan yang cukup besar dan bagus. Penginapan yang terbuat dari kayu jati. Cu Myul dan Myu Ah langsung berlari mencari kamar untuk mereka sambil menarik koper mereka.
“Kamar kita nomor 21” ujar Cu Myul yang membuka kamar mereka.
“Wah…kamarnya luas. Ada dua tempat tidur” ujar Myu Ah.
“Ne. Ppali, kau mandi dulu. Aku akan memasukkan pakain kita ke lemari” ujar Cu MyuL.
“Ne” jawab Myu Ah yang mengambil handuknya.
“Hah…mianhae Myu Ah” ujar Cu Myul mengambil dompet Myu Ah dari saku jaket Myu Ah.
“Cu Myul, sekarang kau yang mandi” ujar Myu Ah yang keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Ne” jawab Cu Myul yang langsung masuk kemar mandi.
          Myu Ah segera memakai bajunya dan tak lama Cu Myul keluar dari kamar mandi. Ia menggosok rambutnya untuk mengeringkan rambutnya.
“Kajja, kau pakai baju. Kita sudah ditelepon untuk makan malam bersama” ujar Myu Ah.
“Ne” jawab Cu Myul mencari pakaiannya.
“Loh, dimana dompetku?”
“Dompet? memang kau taruh dimana?”
“Dijaket ku. Sekarang tidak ada”
“Jangan-jangan jatuh lagi” perkiraan Cu Myul.
“Jatuh? tapi, aku masuk kamar ini rasanya aku masih memegang dompetku disaku jaketku” ujar Myu Ah menghamburkan pakaiannya.
“Masa? tapi aku tidak melihatnya” ujar Cu Myul.
TOK, TOK, TOK
“Iya sebentar” sahut Cu Myul bergegas membuka pintu.
“Ada Myu Ah?” tanya Jung Soo yang datang kekamar mereka.
“Ne” jawab Cu Myul penuh hati-hati.
“Ada apa?” tanya Myu Ah tampak bete.
“Ini dompet mu?” ujar Jung Soo.
“Hah, ne. Ini dompetku. Kau temukan dimana?” tanya Myu Ah yang langsung meraih dompetnya.
“Didekat bus. Sepertinya terjatuh” ujar Jung Soo sambil menatap Cu Myul. Cu Myul hanya tersenyum.
“Jinjja?” tanya Myu Ah dengan rasa tak percaya.
“Ne. Didalamnya masih utuh kok” ujar Jung Soo.
“Ya sudah aku turun duluan. Cepatlah kebawah. Yang lain sudah menunggu” saran Jung Soo.
“Ne” jawab mereka hampir serentak.
“Kajja, kita kebawah!” ajak Cu Myul.
          Mereka pun kebawah untuk makan malam bersama. Tampak Hyung Soo sudah menunggu yeojachingunya itu. Mereka pun menghampiri Hyung Soo yang duduk sendirian di meja makan.
“Mianhae, membuat mu menunggu” ucap Myu Ah.
“Aniyo. Gwaenchana” jawab Hyung Soo.
          Cu Myul yang melihat itu tampak cemburu. Tapi, ia tutupI dengan tersenyum kepada mereka berdua. Cu Myul meninggalkan mereka dan mangambil makan malamnya. Ia duduk jauh dari mereka berdua.
          Makan malam telah selesai. Malam itu Cu Myul dapat tugas mencuci piring bekas mereka makan malam sendiri. Dibantu beberapa temannya untuk mengangkat piring-piring dan gelas ke dapur untuk dicuci. Hyung Soo juga membantunya karena diperintahkan Jung Soo. Saatnya Cu Myul memulai rencana kedua.
“Ini!” Hyung Soo memberikan beberap tumpukan piring.
“Ne” jawab Cu Myul
PRAAANG
“Hah..pe-pecah!” Cu Myul terkejut dan spontan meraih pecahan piring.
“Andwe!” Hyung Soo mencegah Cu Myul.
“Akh…” jari Cu myul terluka karena pecahan piring tersebut. Cu Myul ingin mengisapnya, tapi sudah Hyung Soo lebih dulu meraih tangannya dan mengisap darahnya. Manik mata mereka saling bertemu.
Deg…
          Cu Myul gugup dan suhu badannya panas. Ia tak dapat bergerak karena melihat tatapan Hyung Soo.
“Apa yang terjadi?” tanya Myu Ah yang melihat Hyung Soo dan Cu Myul.
“Hah?” Cu Myul langsung menarik tangannya.
“Aniyo” jawab Cu Myul.
“Tapi, itu pecahan piringkan?” tanya Myu Ah.
“Ne” jawab Cu Myul.
“Apa kau terluka?” tanya Myu Ah menghampiri Cu Myul.
“Ah, ani. Cuman tergores sedikit saja” jawab Cu Myul.
“Kajja, kita obati. Nanti malah infeksi” ujar Myu Ah.
“Kau terluka juga?” tanya Myu Ah kepada namjachingunya.
“Ani, Hanya Cu Myul”
“Baiklah. AKu membawa Cu Myul ke kamar dulu” ujar Myu Ah mencoba menutupi rasa cemburunya tadi.
“Ne” jawab Hyung Soo terlihat gugup.
          Myu Ah mengobati jari Cu Myul yang terlukan itu dengan hati-hati sekali. Cu Myul menatap sahabatnya itu. Ia berpikir untuk mengurungkan niatnya untuk menghancurkan hubungannya dengan Hyung Soo.
Drrrt, Drrrt, Drrrt
“Aku mengangkat telepon dulu” ujar Cu Myul meraih ponselnya disaku celananya.
“Yoboeseyo?”
“Ini aku Hyung Soo. Besok pagi-pagi sekali, kau bangunkan Myu Ah untuk menemani ku kepasar”
“Eh…n-ne” jawab Cu Myul gagap.
“Kau jangan terlihat gugup. Arra?”
“Ne”
“Baiklah. Tidurlah yang nyenyak” ujar Jung Soo.
“Emh” jawab Cu Myul dan mematikan teleponnya.
“Aku cuci piring dulu. Kau tidurlah duluan” saran Cu Myul.
“Ani. Aku akan membantu mu”
“Andwe. Tidurlah” Cu Myul menolak.
“Ah, ne” jawab Myu Ah tersenyum kepada sahabatnya itu.
          Sakit sekali melihat Myu Ah Tersenyum. Karena ia tidak tega melakukan rencana ini. Tapi, disisi lain ia akan sakit lagi melihat Myu Ah bersama Hyung Soo.
~.~.~.~.~
Pagi-pagi sekali, Cu Myul Sudah bangun. Ia bersiap-siap untuk melakukan rencana selanjutnya. Ia goyangkan pundak sahabatnya yang masih tertidur lelap itu.
“Ya! Bangun Myu Ah”
“Emh…ini masih subuh” jawab Myu Ah setengah bangun.
“Kalau tidak cepat-cepat nanti kita bisa terlambat. Kita hari ini harus ke pabrik teh” ujar Cu Myul.
“Ne, ne” jawab Myu Ah malas. Dengan mata yang berat dia menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
TOK, TOK, TOK
“Ne, sebentar” jawab Cu Myul.
“Sudah siap?” tanya Jung Soo.
“Jung Soo. Pagi-pagi sudah kesini” ujar Myu Ah yang sudah mandi dan berpakaian rapi.
“Iya, aku dan Cu Myul mau ke pasar”
“Ke pasar?” ujar Cu Myul.
“Ne. Bukannya aku sudah bilang kemarin”
“Eh, mi-mianhae. Aku hari ini dapat tugas memasak nasi bersama yang lain”
“Jinjja?”
“Ne. Emh…kau bersama Myu Ah saja” saran Cu Myul.
“Hah?” Myu Ah terkejut.
“Eotte?” tanya Jung Soo.
“E…anu…” Myu Ah kebingungan.
“Jebal! Kau kan pintar dalam memilih bahan makanan” Cu myul memohon.
“Ne” jawab Myu Ah sambil menggaruk kepalanya.
“Kajja!” ajak Jung Soo.
          Mereka berdua pun menuju parkir guru. Beberapa guru mereka membawa mobil. Jadi, Jung Soo dapat meminjam satu mobil guru mereka.
“Kau bisa menyetir mobil?” tanya Myu Ah.
“Ne” jawab Jung Soo mantap. Jung Soo membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Myu Ah masuk.
          Dalam perjalan, Myu Ah tampak asik melihat pemandangan Boseong yang hijau dan asri itu. Myu Ah tersenyum lebar jika ada sesuatu yang belum pernah ia lihat. Itu membuat hati Jung Soo semakin tertarik dengan Myu Ah.
“Kita sampai!” ucap Jung Soo membuyarkan kesenangan Myu Ah.
“Sampai? Wah…pasar tradisional ya?” tanya Myu Ah yang turun dari mobil.
“Ne” jawab Jung Soo.
          Mereka pun mulai mencari bahan makanan untuk sarapan dan makan siang mereka. Cukup banyak sudah sayur dan lauk yang di beli. Serasa sudah cukup, mereka menuju pulang.
“Wah…” langkah Myu Ah terhenti.
“Mwo?” tanya Jung Soo.
“Ah…ani” jawab Myu Ah melanjutkan langkahnya.
“Kajja!” Jung Soo menarik lengan Myu Ah menuju penjual gorengan yang dilihat Myu Ah.
“Hah…”
“Ini!” Jung Soo mengambilkan kentang goreng untuk Myu Ah.
“Ah, gomawo”
“Ne. Makanlah sepuasnya. Aku akan mentraktir mu” ujar Jung Soo.
“Heheh. Lama aku tidak makan kentang goreng ini” ujar Myu Ah melahap kentang gorengnya itu.
“Jinjja?”
“Emh. Aku dulu sangat suka membelinya di pasar Myeongdong”
“Oh, aku lebih suka beli bakpao. Karena musim dingin seperti ini sangat cocok makan bakpao” ujar Jung Soo yang mengambil setusuk kentang goreng lagi.
“Ne. Apalagi yang panas-panas” ujar Myu Ah.
          Setelah merasa kenyang, mereka segera ke mobil. Mereka masukkan barang-barang belajaan mereka dan bergegas pulang. Dalam perjalan pulang, mereka sangat asik mengobrol sampai-sampai tidak sadar kalau mereka sudah sampai.
“Sini! kau bawa sayur-sayur saja. Aku yang bawa lauk-lauknya” ujar Jung Soo.
“Ne” jawab Myu Ah yang langsung membawa kantong-kantong sayur didalam plastik.
“Hah…” Myu Ah terkejut sampai-sampai melepaskan kantong-kantong plastik yang ia bawa.
“Wae?” ujar Jung Soo sambil melihat tatapan Myu AH.
“Hyu-Hyung Soo?” panggil Myu Ah menghampiri namjachingunya itu.
“Myu Ah? ka-kau sudah pulang?” ujar Hyung Soo gagap.
“Apa yang kau lakukan dengan Cu Myul?” tanya Myu Ah yang melihat Hyung Soo bersama Cu Myul.
“Ak..aku hanya…”
“Hanya apa? hanya menciumnya?”
“Ani, Myu Ah. Kau salah paham. Dia ha…” kata-kata Cu Myul terpotong.
“Cukup. Aku sudah curiga dengan sikap kalian dari awal. Apalagi Hyung Soo” ujar Myu Ah yang tak dapat menahan air matanya.
“Kau…kau tega sekali Hyung Soo” derai air mata Myu Ah semakin deras.
“Chagi-ya, dengarkan dulu” ujar Hyung Soo memegang lengan yeojachingunya itu.
“Aniyo. Lepaskan aku!” Myu Ah berlari meninggalkan mereka semua.
“Myu Ah!” Cu Myul berteriak.
          Jung Soo menatap Cu Myul dari kejauhan. Jung Soo tersenyum. Tapi, Cu Myul tidak. Cu Myul berjalan menuju taman meninggalkan Jung Soo.
“Ya tuhan, betapa berdosanya hamba mu ini. Bisa-bisanya hamba melukai hati sahabat hamba sendiri” ujar Cu Myul yang duduk termenung dipinggir kolam ikan.
          Seketika ia mendapati sahabatnya berlari dari kejauhan menuju penginapan. Cu Myul langsung datang menemuinya. Myu Ah terlihat menangis.
“Myu Ah?” panggil Cu Myul.
“Cu Myul” Myu Ah memeluk Cu Myul.
“Kau salah paham Myu Ah. Hyung Soo hanya membantuku. Dia membantu ku meniup mataku yang kelilipan” Cu Myul mencoba menjelaskan.
“Ne, arrseoh. Tapi, aku sudah mengakhiri hubungan ini”
“MWO?!” Cu Myul terkejut dan langsung melepaskan pelukannya.
“Aku tahu ini terlalu gegabah. Tapi, sudah cukup lama aku memendamnya. Aku merasa tidak cocok dengannya. Aku hanya menyukai ketampanannya, bukan hatinya. Aku mencoba mencintainya. Tapi, hati ku terlalu sulit” Myu Ah mencoba menjelaskannya.
“Jadi, selama ini…”
“Ne. Aku tidak pernah mencintainya” Myu Ah terus menangis dan menangis.
          Cu Myul kembali memeluk sahabatnya itu. Disisi lain hatinya merasa senang, tapi disisi lain ia merasa sedih melihat sahabatnya itu.
          Mereka semua berkumpul diruang makan untuk sarapan. Setelah Sarapan, mereka akan berangkat menuju pabrik teh melakukan pembelajaran untuk tugas sekolah. Selama penelitian, Myu Ah terus menempel dengan Cu Myul. Myu Ah tidak ingin menjauh dari Cu Myul saat ini.
          Dari kejauhan Hyung Soo dapat melihat Myu Ah yang tampak murung. Sedari Myu Ah terus menempel dengan Cu Myul. Karena Cu Myul-lah satu-satunya teman yang dapat menenangkan hati Myu Ah saat ini.
~.~.~.~.~
          Tak disangka, seminggu setelah kepulangan mereka dari study tour, Jung Soo menyatakan cintanya kepada Myu Ah. Myu Ah menerimanya. Kali saja Jung Soo cocok untuknya. Sedangkan Cu Myul, ia sedang PDKT dengan Hyung Soo.
“Kau ini. Sudah kubilang, pengembang kuenya kurang” Hyung Soo memprotes.
“Tapi, 1 sendok itu sudah cukup banyak” Cu Myul tak mau kalah.
“Tuh lihatkan kuenya jadi pendek seperti mu” Hyung Soo menyindir.
“Kau ini” Cu Myul Mengerut dahinya.
“Ribut-ribut kenapa sih?” eomma Cu Myul datang menghampiri mereka didapur.
“Itu, masa pengembang kue mau ditambah lagi. Kan 1 sendok cukup” ujar Cu Myul.
“Tapi, hasil kuenya jadi pendek seperti ini” ujar Hyung Soo memberikan hasil kuenya.
“Hahaha, coba saja dulu ditambah pengembang kuenya” saran eomma Cu Myul. Eommanya pun pergi sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah mereka berdua.
          Cu Myul hanya menuruti apa usul eomma dan Hyung Soo. Mereka pun mengulang pembuatan kue mereka. Hasilnya ternyata sangat bagus. Tinggi dan terlihat lembut. Mereka pun menghias kuenya dengan lapisan cokelat dan krim strawberry didalamnya.
“Selesai!” ujar Cu Myul girang.
“Cu Myul?” panggil Hyung Soo pelan.
“Ne?”
Cup~
          Hyung Soo mencium pipi kanan Cu Myul. Cu Myul hanya terdiam dan tak dapat bergerak. Mata mereka saling bertemu.
“Saranghae” ujar Hyung Soo.
“Hah…” Cu Myul kebingungan.
“Neomu chuwayo” ujar Hyung Soo.
“N-ne, nado saranghae” jawab Cu Myul gagap.
          Akhirnya, rencana yang mereka jalani selama ini membuahkan keberhasilan. Cu Myul dapat menjalin cinta bersama Hyung Soo dan Jung Soo dapat menjalin hubungan dengan Myu Ah.
          Suatu hari, Jung Soo ingin bertemu dengan Cu Myul. Mereka bertemu di sebuah toko kue yang tak jauh dari rumah Cu Myul. Tidak ada yang tahu pertemuan ini.
“Wae?” tanya Cu Myul yang baru datang dan langsung duduk dikursinya.
“Chukkae” ujar Jung Soo.
“Ne?” Cu Myul bingung.
“Chukkae atas hubungan mu dengan Hyung Soo”
“Oh…itu. Kau juga. Chukkae” ujar Cu Myul.
“Hah…sepertinya, aku harus mengatakan ini padamu”
“Mengatakan apa?”
“Kau tahukan sejak kapan aku menyukai Myu Ah?” ujar Jung Soo sambil memotong kuenya.
“Ne”
“Sehari sebelum itu, dokter memfonisku gagal jantung”
“Ah…”
“Ne. AKu sungguh terkejut dan shock berat. Makanya, selama 3 hari aku tidak masuk sekolah”
“M-mwo? ak-aku masih tidak percaya ini”
“Pertama kali melihat Myu Ah. Jantungku terasa berdegup kencang. Mungkin terasa aneh bagi ku yang mengalamai gagal jantung. Karena sedikit terasa sakit” ujar Jung Soo dengan suara datar.
“…” Cu myul hanya dapat terdiam.
“Makanya aku merasa bodoh dan licik menggunakan rencana ini. Aku tahu, ini akan menyakitkan sekali. Tapi, jantung ku akan lebih sakit sekali jika melihatnya bersama Hyung Soo” jelas Jung Soo.
“Jung Soo? Cu Myul?” ujar Myu Ah yang datang bersama eommanya.
“Myu Ah?” Cu Myul dan jung Soo bersama.
“Ternyata, kalian yang merencanakan semua ini” ujar Myu Ah mulai menangis.
“Myu Ah dengar dulu. Kau sal…” kata-kata Cu Myul terpotong.
“Salah paham, salah paham, salah paham. Selalu itu” Myu Ah membentak.
“Itu memang benar” ujar Cu Myul yang menghampiri sahabatnya itu.
“Jangan mendekat! Kau bukan sahabatku lagi. Aku tidak percaya kau selicik ini, Cu Myul. Ku Kira kau setuju dengan hubungan ku bersama Hyung Soo” ujar Myu Ah sambil mengusap air matanya.
“Awalnya aku memang setuju karena aku belum memiliki rasa cinta terhadapnya. Tapi, melihat kau dan dia, tiba-tiba hatiku sakit” Cu Myul mencoba menenangkan sahabatnya.
“Kenapa kau tak pernah bilang? bukankah kita sahabat? sahabat tidak memiliki rasa satu sama lainkan?” ujar Myu Ah yang tak hentinya menahan tangis.
“…” Cu Myul terdiam.
“Persahabatan kita cukup sampai Disini! kajja, kita pulang, eomma” Myu Ah beranjak pergi dari toko kue itu.
“Eotteohke?” ujar Cu Myul yang akhirnya mengeluarkan bening-bening dari matanya.
“Aku akan mencoba mencari cara” ujar Jung Soo sambil memusut pundak Cu Myul.
          Besok paginya, Myu Ah tidak masuk sekolah. Cu Myul begitu khawatir dengan keadaan sahabatnya. Manalagi, telepon dan pesan yang ia kirim tak dibalas Myu Ah. Akhirnya, Cu Myul mencoba mengunjungi rumah Myu Ah. Tapi, Myu Ah menolak untuk bertemu dengan Cu myul.
“Eotteohke? apa Myu Ah baik-baik saja?” tanya Hyung Soo berjalan bersama Cu Myul menuju parkir sekolah.
“Molla. Dia menolak bertemu denganku” jawab Cu Myul murung.
“Mungkn, dia butuh waktu. Memangnya ada masalah apa?”
“Ani. Bukan hal yang serius” jawab Cu Myul bohong.
“Hyung Soo?” panggil seseorang.
“Myu Ah?” ujar Hyung Soo dan Cu Myul bersamaan. Mereka terkejut melihat Myu Ah yang datang tiba-tiba ke sekolah.
“Kau harus tahu sebenarnya, bahwa Cu Myul-lah yang membuat hubungan kita hancur. Dia dan si ketua kelas itu merencanakan ini. Mereka mencoba mengadu domba kita, Hyung Soo” jelas Myu Ah menghampiri mereka.
“Hah?” Hyung Soo tampak tak mengerti.
“Hyung Soo, aku bisa jelaskan ini” ujar Cu Myul mencoba menenangkan suasana.
“Tidak perlu dijelaskan! kau tahu betapa sakitnya hatiku, Cu Myul” ujar My Ah sambil menunjuk Cu Myul.
“Myu Ah?” Jung Soo datang menghampiri mereka.
“Hah, dia datang juga” Myu Ah menatap Jung Soo sinis.
“Kenapa kau tidak masuk sekolah?” tanya Jung Soo.
“Kau tidak perlu tahu!” Myu Ah membentak.
“Kau harus tahu, bahwa mereka berdua itu licik!” ujar Myu Ah kepada Hyung Soo.
“Myu Ah dengarkan dulu…” ujar Cu Myul dengan bersabar menenangkan sahabatnya itu.
“Ah…” Jung Soo tampak kesakitan sambil memegang dadanya.
“Jung Soo, gwaencanayo?” tanya Hyung Soo menghampiri.
“Da-dada ku sa-sakit” Jung Soo menjerit dan memegang erat dadanya.
“Ah…” Jung Soo berteriak
BUUUK
          Jung Soo pingsan seketika setelah menahan sakit dadanya. Hyung Soo panik dan membuat Cu Myul dan Myu Ah kebingungan. Mereka langsung membawa Jung Soo ke rumah sakit.
“Eotteohke?” ujar Myu Ah panik.
“Kita tunggu saja” ujar Cu Myul menenangkan Myu Ah.
          Tak lama, dokter keluar setelah memeriksa Jung Soo. Myu Ah langsung menemui dokter tersebut.
“Bagaiamana keadaannya, dok?”
“Dimana orang tuanya?”
“Sedang menuju kemari” jawab Hyung Soo.
“Kalian siapa?”
“Temannya. Tolong katakan keadaanya, dok. Dia pacarku” ujar Myu Ah yang akhirnya membuat Hyung Soo dan Cu Myul menatap Myu Ah.
“Saya tidak yakin dengan apa yang saya katakan. Tapi, keadaan Jung Soo melemah. Fungsi jantungnya hanya 10 persen untuk bertahan” jelas dokter dengan berat.
“Mwo? apa yang terjadi? jantungnya kenapa?” ujar Myu Ah panik.
“Dia menderita gagal jantung” jawab Cu Myul dengan menundukkan wajahnya.
“M-mwo? hah…hiks…” Myu Ah jatuh terduduk merasa tak percaya.
“Myu Ah, yang sabarlah. Lebih baik sekarang kau temui dia didalam” ujar Cu Myul membantu Myu Ah berdiri.
“N-ne” jawab My Ah tersendu-sendu.
          Myu Ah pun masuk ke dalam ruangan Jung Soo. Disana Myu Ah melihat tubuh Jung Soo yang dibalut dengan alat-alat rumah sakit. Cukup mengerikan.
“Hiks…heh…Ju-Jung Soo” Myu Ah menghapiri najachingunya itu.
“Myu Ah” jawab Jung Soo perlahan membuka matanya.
“Gwaencanayo?”
“Hemh”
“Kenapa kau jadi seperti ini?”
“Molla. Mungkin inilah aku”
“Jangan katakan itu! Pasti ada cara untuk sembuhkan?”
“Ada. Tapi, jantung yang cocok untuk ku itu langka di korea”
“Lalu?”
“Aku harus ke Amerika. Karena hanya ada disana yang menemukan jatung yang cocok untuk ku. Dokter sudah mengatakannya kepadaku tadi”
“Jika itu satu-satunya cara, kenapa kau tidak mencobanya?” ujar Myu Ah mulai tak bisa menahan tangisannya. Ia mencoba mengusapnya tapi, malah bertambah deras.
“Aku mau. Tapi, aku tidak bisa”
“Wae?”
“Aku tidak ingin meninggalkan mu”
“…” Myu Ah terdiam.
“Aku tidak mungkin meninggalkanmu. Aku sudah terlalu mencintaimu”
“Tap-tapi, jika kau mencintaiku, seharusnya kau bisa sembuh Jung Soo”
“Tapi, itu tidak semudah yang kau bayangkan”
“Sekarang, jika kau mencintaiku, tolong lakukan operasi itu. Tapi, jika tidak. Aku akan meninggalkanmu” ujar Myu Ah sambil menggenggam tangan Jung Soo.
“Ne. Aku akan melakukannya demimu. Tapi, apa kau mau menunggu?” ujar Jung Soo.
“Tentu. Demimu” Myu Ah berjanji.
          Tak lama, orang tua Jung Soo datang. Eomma Jung Soo tak henti-hentinya menangis sambil memeluk anaknya. Myu Ah hanya dapat berdiri melihat itu.
          Orang tua Jung Soo berencana akan membawa Jung Soo ke Amerika besok. Myu Ah tampak berat melihat kepergian Jung Soo. Entah kenapa, hatinya mulai tak rela melihat Jung Soo pergi. Apalagi Amerika itu tidak dekat. Jung Soo berjanji akan terus menghubungi Myu Ah ketika di Amerika. Myu Ah tersenyum mendengarnya.
“Hah…hah…dimana Jung Soo?” tanya Myu Ah yang baru datang ke bandara dengan nafas tak beraturan.
“Sudah berangkat. Kenapa kau lama sekali?” tanya Cu Myul.
“Hah..jin-jinjjayo”
“Ne. Itu pesawatnya” ujar Hyung Soo menunjuk ke arah sebuah pesawat yang hendak terbang.
“Andwe. Aku belum berpamitan dengannya” ujar Myu Ah menyesal.
“Jung Soo menitipkan ini untuk mu” Cu Myul memberikan sesuatu pada Myu Ah.
“Sarung tangan?”
“Ne. Katanya untuk menghangatkan tangan dan hatimu” jawab Cu Myul.
“Gomawo” ujar Myu Ah tersenyum dengan air mata beningnya mengalir.
1 tahun setengah kemudian…
          Kelulusan sekolah diadakan di Aula sekolah. Semua murid kelas tiga hadir disana dengan baju seragam mereka. Tampak kebahagiaan menyelimuti wajah mereka. Hanya Myu Ah yang terlihat murung duduk didepan teras Aula.
“Aku sangat prihatin dengan keadaan Myu Ah sejak kepergian Jung Soo” ujar Cu Myul dari dalam Aula.
“Ne. Aku juga. Kenapa Jung Soo sampai sekarang tidak pernah kembali?” ujar Hyung Soo.
“Hah…Molla” ujar Cu Myul lemas.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya seseorang yang menghampiri Myu Ah.
“Hah…itu..” ujar Cu Myul terkejut melihat seseorang dari dalam.
“Hah?” Myu Ah menatap seorang namja yang menghampirinya.
“HAH? Ju-jung Soo” Myu Ah berteriak dan langsung memeluk erat Jung Soo.
“Kenapa kau baru kembali sekarang?” ujar Myu Ah menangis.
“Mianhae. AKu harus melakukan terapi. Karena tubuhku sempat lumpuh waktu itu”
“Gwaenchana. Aku sudah senang kau kembali” ujar Myu Ah yang semakin erat memeluk namjachingunya itu.
“Kenapa kau menangis?” tanya Jung Soo sambil menghapus air mata Myu Ah dengan kedua ibu jarinya.
“Ak-aku bahagia” ujar Myu Ah.
Cup~
          Jung Soo mencium kening Myu Ah dengan lembut dan hangat.
“Saranghae, Myu Ah” ujar Jung Soo.
“Ne, nado saranghae” jawab Myu Ah sambil tersenyum lebar pada namjachingunya itu.
          Myu Ah pun kembali memeluk Jung Soo untuk melepas kerinduannya. Hyung Soo dan Cu Myul yang melihat dari dalam ikut bahagia melihat mereka berdua. Kenapa tidak, karena mereka adalah sahabat. Sahabat yang selalu merasakan bahagia dan duka bersama.

THE END

Tamat…Hore…gimana? dapat rasanya? rasa apa? maunya sih author rasa Kris? #kris ngelirik. Hahaha bercanda kok bang #colek Kris. Nah…tolong beri kritik dan sarannya yah…karena mungkin aja ni ff masih kurang berkenan di jantung. Ya sudah, tunggu di ff selanjutnya yah…Annyeong Gyeseyo ^^
Close Song=> Jung Yong Hwa­_Beacause I Miss You

Tidak ada komentar:

Posting Komentar