love me,
please!
Author :
Han Hyo Mi
Main Cast : Gum
Myu Ah-Mega, Shi Cu Myul-Sarifah, Kim Jung Soo-Kahfi & Lee Hyung Soo-Dwi
Genre :
Romantic
For :
15 +
Soundtrack :Kim Hyun
Joong_One More Time
Huaaah…ff baru lagi. Masih request dari teman. Sebenarnya aku
pengen bikin ff Baekhyun, tapi karena teman ku maksa dan sudah gak sabaran.
Jadi, ya…aku bikinin. Syukurnya idenya gak buntu. Jadi aku cepat bikinnya. Aku
takut kalau aja entar di serudup aku pakai taduk evilnya #hahaha just
kidding,bray. Ya sudah, abaikan saja bakicot-bakicot author ini…yuk cekidot…
~.~.~.~.~
Sebuah persahabatan yang sudah
terjalin sejak mereka duduk di bangku taman kanak-kanak, membuat mereka
bagaikan perangko dan amplop. Biarpun salah satu dari mereka telah memiliki seorang
namjachingu, itu tidak membuat keduanya renggang.
Musim dingin membuat dua si sahabat
ini betah duduk didalam kelas. Melihat pemain sepak bola yang sedang berusaha
memasukkan bolanya ke gawang dari jendela.
“Ah…namja ku
itu neomu kyeopta” puji Myu Ah.
“Emh” respon
Cu Myul sambil membaca novelnya. Nada yang begitu bosan. Mungkin Myu Ah sudah
terlalu sering mendengar chingunya memuji namjachingunya itu.
“Wae? kau
terlihat membosankan” ucap Myu Ah sambil menekuk bibirnya.
“Ani. Aku
hanya sedang asik membaca novel ku” jawab Cu Myul yang masih setia menatap
novelnya.
“Hah…itu Kim
Hyun Joong” Myu Ah berteriak mendadak.
“Mana?” tanya
Cu Myul celingak celinguk seperti orang bodoh.
“Hahaha, mimpi
kali Kim Hyun Joong mampir disekolah kita” Myu Ah tertawa.
“…” Cu Myul
menatapnya dingin. Myu Ah langsung mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.
“Kapan kau
akan membuka hatimu?” tanya Myu Ah tiba-tiba.
“Hah? eh…aku
belum siap” jawab Cu Myul.
“Aku merasa…”
kata-kata Myu Ah terpotong.
“Kasihan? kau
tak perlu khawatir” jawab Cu Myul sambil menatap seorang namja diluar jendela
kelasnya.
“Ya! kenapa
kau masih disini? bukankah kita harus rapat untuk study tour?” tanya seorang
ketua kelas kepada Cu Myul.
“Ah, ne, ne”
jawab Cu Myul melepaskan novelnya.
“Aku rapat
dulu, yah? kau teruskan saja meratapi namjachingumu” ucap Cu Myul kepada Myu
Ah.
“Mwo?!”
“Hahaha, just
kidding. Dah…” Cu Myul melambaikan tangannya pada Myu Ah.
“Hah,
gara-gara dia jadi wakil kelas, dia jadi sering keluar kelas” ujar Myu Ah
kembali melihat sang kekasih. Sang kekasih menyadari itu. Ia pun melambaikan
tangan kepada Myu Ah.
Sementara itu, Cu Myul sedang rapat
bersama seluruh ketua kelas dan wakil ketua kelas 2 sekolah di ruang osis.
“Baiklah, kita
sudah menentukan tujuan study tour kita. Yaitu, Boseong. Sampaikan hasil rapat
kita ini kepada teman-teman kita. Tolong kumpulkan semua uang membayar study
tour kepadaku 2 hari sebelum keberangkatan. Baiklah, ada yang bertanya?” ujar
ketua osis itu.
“Emh. Aniya”
jawab mereka hampir serentak.
“Baiklah, rapat
samapi disini dulu. Sampai ketemu minggu depan” ujar ketua osis itu menutup
rapat.
“Ne” jawab
mereka serentak.
“Cu Myul?”
panggil ketua kelas.
“Ne? ada apa,
Jung Soo?”
“Kau bisa
bantu aku mencari bus untuk kita sore ini?” tanya Jung Soo.
“Emh, bisa. Jam
berapa?”
“Jam 4 saja”
“Oh, ok. Kita
ketemu didepan sekolah saja”
“Ne” jawab
Jung Soo.
Sesuai rencana, Cu Myul pergi untuk
membantu Jung Soo mencari bus. Cu myul sudah menunggu Jung Soo didepan gerbang
sekolah. 15 menit sudah berlalu, Jung Soo tak kunjung datang.
Drrrrt, Drrrt…
“Yoboeseyo,
Myu Ah?” Cu Myul mengangkat telponnya.
“Yoboeseyo. Kau ada dirumah?” tanya
Myu Ah.
“Ani. AKu
sedang pergi keluar kenapa?”
“Emh…aku hanya ingin mengajakmu nonton ke 21”
“Ouh, mianhae.
Aku sedang ada urusan”
“Urusan apa?”
“Urusan
sekolah”
“Oh…”jawab Myu Ah dengan nada datar.
“Jangan marah.
Aku janji besok kita akan pergi” Cu Myul membujuknya.
“Jinjjayo?”
“Ne. Ajak saja
Hyung Soo”
“Emh”
“Annyeong” Cu Myul menutup
panggilannya.
“Huft…gara ketua
kelas ini, jadi gak bisa jalan bareng Myu Ah” Cu Myul mengeluh.
“Hah…mi-mianhae”
Jung Soo yang baru saja tiba dengan motornya.
“Kau sudah
terlambat 20 menit” Cu Myul tampak marah.
“Mianhae.
tadi, motor ku dapat masalah. Bannya bocor ditengah jalan” Jung Soo mencoba
menjelaskan.
“Ne, ne.
Kajja!” Cu Myul langsung mengambil helm Jung Soo dan duduk dibelakang Jung Soo.
“Kita kemana?”
tanya Cu Myul.
“Kita ke
terminal bus yang terdekat saja dulu”
“Oh”
Hanya berjarak 5 km dari sekolah,
mereka sudah sampai di terminal bus. Sesampai disana, mereka langsung menuju
kantor terminal.
“Permisi,
bisakah kami bertemu dengan pemilik terminal bus disini?” ujar Jung Soo
bertanya dengan salah satu pegawai di terminal.
“Ah, mianhae.
Dia sedang keluar. Ada perlu apa?”
“Kami ingin
menyewa salah satu bus disini”
“Oh, untuk
keperluan apa?”
“Untuk study
tour sekolah kami”
“Bisa. Bus
yang ukuran kecil, sedang atau besar?”
“Besar”
“Untuk berapa
hari?
“3 hari dua
malam”
“Baiklah.
Kapan kalian akan berangkat?”
“Minggu depan.
Kami juga ingin menyewa sopirnya”
“Oke. Ini
jumlah biayanya. Kalian boleh membayarnya sehari sebelum berangkat”
“Ne” jawab
Jung Soo.
“Kau sudah
umumkan dengan teman-teman dikelas?” tanya Cu Myul.
“Sudah” jawab
Jung Soo yang melihat pembayaran bus.
“Sekarang kita
kemana?” tanya Cu Myul.
“Ya, pulang”
“Pulang? Kita
mampir sebentar deh di MC Donald, aku lapar” ujar Cu Myul.
“Ne, ne” jawab
Jung Soo yang memberikan helm kepada Cu Myul.
Mereka pun pergi menuju rumah makan MC
Donald. Sesampai disana, Cu Myul meninggalkan Jung Soo yang memarkir motornya.
Cu Myul langsung memesan 2 burger, 2 susu cokelat hangat dan 2 kotak kentang goreng.
Jung Soo sudah duduk di meja yang ia pilih. Tak lama Cu Myul datang membawa
nampan berisikan makanan pesanannya.
“Sepertinya
kau lapar sekali?” ujar Jung Soo yang menyambut nampan Cu Myul.
“Emh” jawab Cu
Myul yang langsung menyambar Burgernya.
“Cu Myul?”
panggil seseorang dari depanya.
“Myu Ah? k-kau
di-disini juga?” tanya Cu Myul gagap melihat sahabatnya didepan bersama
namjachingunya.
“Katanya ada
urusan sekolah?”
“N-ne” jawab
Cu Myul gagap.
“Ah, aku tahu!
diam-diam kalian sedang berkencan ya?” sindir Hyung Soo.
“Oh, ne.
Jinjja?” tanya Myu Ah.
“An-aniyo.
Kalian salah paham. Kami benar-benar ada urusan sekolah” Cu Myul mencoba
menjelaskan.
“Ne. Kami
sedang mencari bus untuk study tour” Jung Soo juga ikut menjelaskan.
“Oh…eotteohke?
sudah ketemu?” tanya Hyung Soo.
“Ne. Sudah”
jawab Cu Myul.
“Baguslah
kalau begitu. Kami boleh ikut bergabung?” tanya Hyung Soo.
“Tentu” jawab
Cu Myul dan Jung Soo bersamaan.
Mereka mengobrol sambil tertawa ceria.
Tak disangka, Cu Myul mencuri pandangan kepada Hyung Soo. Sesekali dihati Cu
Myul ia tersenyum. Ia mengenal Hyung Soo sejak Hyung Soo menjadi tetangga
barunya ketika ia kelas 1 SMA. Sekarang ia dan teman-temannya sudah kelas 2 SMA.
Besoknya sekolah tampak ramai dan
sibuk. Sibuk mempersiapkan pesta sekolah mereka yang akan diadakan besoknya.
Apalagi bagi ketua kelas dan wakil kelas. Meraka tampak sibuk merencanakan
dekorasi pesta dilapangan sekolah.
“Huft…eotteohke?
lampu ini dipasang dimana?” tanya Cu Myul kebingungan.
“Dipohon-pohon
itu saja” jawab ketua osis.
“Oh, baiklah”
jawab Cu Myul yang bergegas menarik tangga.
“Apa yang kau
lakukan?” tanya Jung Soo menghampiri Cu Myul.
“Memasang
lampu ini” jawan Cu Myul yang serius meletakkan lampu-lampu lampion.
“Kenapa kau?
kan masih ada namja yang lain”
“Wae? karena
aku seorang yeoja. Aku bisa sendiri kok” jawab Cu Myul.
SREEEK
“Akh…” Cu Myul
berteriak.
BUUUK
“Akh…kau!”
Jung Soo mengeluh.
“Hah,
mi-mianhae” Cu Myul langsung bangun dari posisinya yang terjatuh diatas tubuh
Jung Soo.
“Kalian asik
sekali” sindir Myu Ah yang datang membawakan minuman untuk mereka.
“Hah? asik
apaan? orang jatuh malah kau sindir” ketus Cu Myul jengkel.
“Ah, aku
bercanda kok. Nih minum dulu. Kau pasti lelah” ujar Myu Ah memberikan minuman
kepada Cu Myul.
“Aku tidak?”
tanya Jung Soo.
“Oh iya, nih!”
Myu Ah memberikan segelas untuk Jung Soo.
“Gomapta” ucap
Jung Soo tersenyum.
Malam besoknya, pesta dimulai. Banyak
yang memakai gaun cantik dan stelan jass yang bagus dan rapi. Mereka semua
terlihat tampan dan cantik malam itu. Cu Myul datang lebih dulu karena dia
salah satu panitia acara pesta ini. Ia berdiri sendiri melihat beberapa bintang
tamu dipanggung acara.
“Cu Myul?”
panggil Myu Ah yang datang bersama Hyung Soo.
Cu Myul terdiam saat melihat Hyung Soo
sangat tampan malam ini. Hyung Soo tersenyum melihat Cu Myul.
“Kau cantik
sekali malam ini” ujar Myu Ah.
“Ah, gomawo.
Kau juga. Malah kalian adalah pasangan yang cocok mala ini” puji Cu Myul
menyembunyikan perasaanya.
“Ya sudah,
kami ketengah sana dulu. Aku ingin melihat pertunjukan kaka kelas” ujar Hyung
Soo mengajak Myu Ah.
“Ah, ne.
Semoga kalian menikmati acaranya” ucap Cu Myul. Hyung Soo pun menggandeng
tangan Myu Ah dengan lembut.
“Hah…kenapa
dulu aku tidak mengatakannya? kenapa juga aku menyerahkannya kepada sahabatku
sendiri?” ujar Cu Myul berbicara sendiri.
“Kau menyukai
Hyung Soo?” tanya seseorang dari belakang.
“Hah? Ju-jung
Soo…an-aniyo” jawab ku sambil melambaikan kedua tanganku.
“Jangan
bohong”
“Ne. Aku tidak
bohong” jawab Cu Myul mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.
“Aku juga”
ucap Jung Soo.
“Hah?”
“Menyukai Myu
Ah. Aku mulai jatuh cinta kepadanya ketika aku dihukum karena terlambat. Jadi,
dia membantu ku mengecat tembok lab. bahasa” jelas Jung Soo sambil melihat dua
si joli di sebrang sana.
“Aku tidak
menyangka kau menyukainya?” ujar Cu Myul.
“Aku juga.
Rasanya memang sakit melihat orang yang aku sukai bersama orang lain”
“Kenapa kau
tidak pernah mengataknnya?”
“Karena Hyung
Soo lebih dulu dariku”
“Oh…”
“Aku punya
rencana”
“Rencana apa?”
“Kau menyukai
Hyung Soo kan? bagaimana kalau kau raih hati Hyung Soo dan aku meraih hati Myu
Ah?” usulnya.
“Eh…” Cu Myul
tampak bingung.
“Kau lakukan
saja sesuai rencana ku. Kita mulai rencana kita ketika di study tour nanti”
ujar Jung Soo meyakinkan Cu Myul.
“Kau lihat.
Sepertinya ketua dan wakil memang sedang PDKT” ujar Hyung Soo yang melihat Cu
Myul dan Jung Soo dari kejauhan.
“Ne. Semoga
saja. Ku lihat mereka sangat sering bersama. Mereka cocok” ujar Myu Ah.
“Semoga saja”
harap Hyung Soo.
“Baiklah”
jawab Cu Myul.
“Bagus. Kita
tunggu di hari H-nya” ujar Jung Soo semangat.
~.~.~.~.~
Hari ini semua murid kelas dua
berkumpul di lapangan sekolah. Menunggu absen mereka untuk naik ke dalam bus.
Jung Soo telah mengabsen teman-teman kelasnya dan Cu Myul mengatur tempat duduk
didalam bus. Setelah siap, Cu Myul duduk disamping sahabatnya Myu Ah yang sudah
duduk menunggunya.
“Cu Myul, aku
nanti satu kamar denganmu ya?” usul Myu Ah.
“Ne” jawab Cu
Myul.
Para namja dari kelas Cu Myul asik
bernyanyi dengan gitar mereka. Bus terdengar ramai dengan suara nyanyian
mereka. Cu Myul dan Myu Ah hanya ikut tertawa melihat tingkah aneh teman-teman
namja mereka.
Matahari mulai naik, suaru bus mulai
sunyi. Sebagian sudah tertidur. Mereka tampak lelah. Myu Ah juga tertidur
dipundak Cu Myul. Tak lama, mereka tiba di Boseong. Terlihat paparan hijaunya
kebun teh yang segar. Mereka melihat beberapa ahjussi dan ahjumma tampak
memetik pucuk daun teh dikebun itu. Myu Ah dan Cu Myul terbangun saat mendengar
teman-temannya yang berisik.
“Sudah
sampai?” tanya Myu Ah.
“Emh…ne. Kira-kira
8 km lagi dari sini” ujar Cu Myul yang melihat luasnya kebun teh.
“Aroma
kebunnya sampai keciuman” ujar Myu Ah.
“Ne. aku ingin
minum tehnya” ujar Cu Myul.
Mereka tiba di penginapan. Penginapan
yang cukup besar dan bagus. Penginapan yang terbuat dari kayu jati. Cu Myul dan
Myu Ah langsung berlari mencari kamar untuk mereka sambil menarik koper mereka.
“Kamar kita
nomor 21” ujar Cu Myul yang membuka kamar mereka.
“Wah…kamarnya
luas. Ada dua tempat tidur” ujar Myu Ah.
“Ne. Ppali,
kau mandi dulu. Aku akan memasukkan pakain kita ke lemari” ujar Cu MyuL.
“Ne” jawab Myu
Ah yang mengambil handuknya.
“Hah…mianhae
Myu Ah” ujar Cu Myul mengambil dompet Myu Ah dari saku jaket Myu Ah.
“Cu Myul,
sekarang kau yang mandi” ujar Myu Ah yang keluar dari kamar mandi sambil
mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Ne” jawab Cu
Myul yang langsung masuk kemar mandi.
Myu Ah segera memakai bajunya dan tak
lama Cu Myul keluar dari kamar mandi. Ia menggosok rambutnya untuk mengeringkan
rambutnya.
“Kajja, kau
pakai baju. Kita sudah ditelepon untuk makan malam bersama” ujar Myu Ah.
“Ne” jawab Cu
Myul mencari pakaiannya.
“Loh, dimana
dompetku?”
“Dompet?
memang kau taruh dimana?”
“Dijaket ku.
Sekarang tidak ada”
“Jangan-jangan
jatuh lagi” perkiraan Cu Myul.
“Jatuh? tapi,
aku masuk kamar ini rasanya aku masih memegang dompetku disaku jaketku” ujar
Myu Ah menghamburkan pakaiannya.
“Masa? tapi
aku tidak melihatnya” ujar Cu Myul.
TOK, TOK, TOK
“Iya sebentar”
sahut Cu Myul bergegas membuka pintu.
“Ada Myu Ah?”
tanya Jung Soo yang datang kekamar mereka.
“Ne” jawab Cu
Myul penuh hati-hati.
“Ada apa?”
tanya Myu Ah tampak bete.
“Ini dompet
mu?” ujar Jung Soo.
“Hah, ne. Ini
dompetku. Kau temukan dimana?” tanya Myu Ah yang langsung meraih dompetnya.
“Didekat bus.
Sepertinya terjatuh” ujar Jung Soo sambil menatap Cu Myul. Cu Myul hanya
tersenyum.
“Jinjja?”
tanya Myu Ah dengan rasa tak percaya.
“Ne.
Didalamnya masih utuh kok” ujar Jung Soo.
“Ya sudah aku
turun duluan. Cepatlah kebawah. Yang lain sudah menunggu” saran Jung Soo.
“Ne” jawab
mereka hampir serentak.
“Kajja, kita
kebawah!” ajak Cu Myul.
Mereka pun kebawah untuk makan malam
bersama. Tampak Hyung Soo sudah menunggu yeojachingunya itu. Mereka pun
menghampiri Hyung Soo yang duduk sendirian di meja makan.
“Mianhae,
membuat mu menunggu” ucap Myu Ah.
“Aniyo.
Gwaenchana” jawab Hyung Soo.
Cu Myul yang melihat itu tampak
cemburu. Tapi, ia tutupI dengan tersenyum kepada mereka berdua. Cu Myul
meninggalkan mereka dan mangambil makan malamnya. Ia duduk jauh dari mereka
berdua.
Makan malam telah selesai. Malam itu
Cu Myul dapat tugas mencuci piring bekas mereka makan malam sendiri. Dibantu
beberapa temannya untuk mengangkat piring-piring dan gelas ke dapur untuk
dicuci. Hyung Soo juga membantunya karena diperintahkan Jung Soo. Saatnya Cu
Myul memulai rencana kedua.
“Ini!” Hyung
Soo memberikan beberap tumpukan piring.
“Ne” jawab Cu
Myul
PRAAANG
“Hah..pe-pecah!”
Cu Myul terkejut dan spontan meraih pecahan piring.
“Andwe!” Hyung
Soo mencegah Cu Myul.
“Akh…” jari Cu
myul terluka karena pecahan piring tersebut. Cu Myul ingin mengisapnya, tapi
sudah Hyung Soo lebih dulu meraih tangannya dan mengisap darahnya. Manik mata
mereka saling bertemu.
Deg…
Cu Myul gugup dan suhu badannya panas.
Ia tak dapat bergerak karena melihat tatapan Hyung Soo.
“Apa yang
terjadi?” tanya Myu Ah yang melihat Hyung Soo dan Cu Myul.
“Hah?” Cu Myul
langsung menarik tangannya.
“Aniyo” jawab
Cu Myul.
“Tapi, itu
pecahan piringkan?” tanya Myu Ah.
“Ne” jawab Cu
Myul.
“Apa kau
terluka?” tanya Myu Ah menghampiri Cu Myul.
“Ah, ani.
Cuman tergores sedikit saja” jawab Cu Myul.
“Kajja, kita
obati. Nanti malah infeksi” ujar Myu Ah.
“Kau terluka
juga?” tanya Myu Ah kepada namjachingunya.
“Ani, Hanya Cu
Myul”
“Baiklah. AKu
membawa Cu Myul ke kamar dulu” ujar Myu Ah mencoba menutupi rasa cemburunya
tadi.
“Ne” jawab
Hyung Soo terlihat gugup.
Myu Ah mengobati jari Cu Myul yang
terlukan itu dengan hati-hati sekali. Cu Myul menatap sahabatnya itu. Ia
berpikir untuk mengurungkan niatnya untuk menghancurkan hubungannya dengan
Hyung Soo.
Drrrt, Drrrt,
Drrrt
“Aku
mengangkat telepon dulu” ujar Cu Myul meraih ponselnya disaku celananya.
“Yoboeseyo?”
“Ini aku Hyung Soo. Besok pagi-pagi sekali, kau bangunkan Myu Ah
untuk menemani ku kepasar”
“Eh…n-ne”
jawab Cu Myul gagap.
“Kau jangan terlihat gugup. Arra?”
“Ne”
“Baiklah. Tidurlah yang nyenyak” ujar Jung Soo.
“Emh” jawab Cu
Myul dan mematikan teleponnya.
“Aku cuci
piring dulu. Kau tidurlah duluan” saran Cu Myul.
“Ani. Aku akan
membantu mu”
“Andwe.
Tidurlah” Cu Myul menolak.
“Ah, ne” jawab
Myu Ah tersenyum kepada sahabatnya itu.
Sakit sekali melihat Myu Ah Tersenyum.
Karena ia tidak tega melakukan rencana ini. Tapi, disisi lain ia akan sakit
lagi melihat Myu Ah bersama Hyung Soo.
~.~.~.~.~
Pagi-pagi sekali, Cu Myul Sudah bangun. Ia bersiap-siap untuk
melakukan rencana selanjutnya. Ia goyangkan pundak sahabatnya yang masih
tertidur lelap itu.
“Ya! Bangun
Myu Ah”
“Emh…ini masih
subuh” jawab Myu Ah setengah bangun.
“Kalau tidak
cepat-cepat nanti kita bisa terlambat. Kita hari ini harus ke pabrik teh” ujar
Cu Myul.
“Ne, ne” jawab
Myu Ah malas. Dengan mata yang berat dia menuju kamar mandi untuk menyegarkan
tubuhnya.
TOK, TOK, TOK
“Ne, sebentar”
jawab Cu Myul.
“Sudah siap?”
tanya Jung Soo.
“Jung Soo.
Pagi-pagi sudah kesini” ujar Myu Ah yang sudah mandi dan berpakaian rapi.
“Iya, aku dan
Cu Myul mau ke pasar”
“Ke pasar?”
ujar Cu Myul.
“Ne. Bukannya
aku sudah bilang kemarin”
“Eh,
mi-mianhae. Aku hari ini dapat tugas memasak nasi bersama yang lain”
“Jinjja?”
“Ne. Emh…kau
bersama Myu Ah saja” saran Cu Myul.
“Hah?” Myu Ah
terkejut.
“Eotte?” tanya
Jung Soo.
“E…anu…” Myu
Ah kebingungan.
“Jebal! Kau
kan pintar dalam memilih bahan makanan” Cu myul memohon.
“Ne” jawab Myu
Ah sambil menggaruk kepalanya.
“Kajja!” ajak
Jung Soo.
Mereka berdua pun menuju parkir guru.
Beberapa guru mereka membawa mobil. Jadi, Jung Soo dapat meminjam satu mobil
guru mereka.
“Kau bisa
menyetir mobil?” tanya Myu Ah.
“Ne” jawab
Jung Soo mantap. Jung Soo membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Myu Ah
masuk.
Dalam perjalan, Myu Ah tampak asik
melihat pemandangan Boseong yang hijau dan asri itu. Myu Ah tersenyum lebar
jika ada sesuatu yang belum pernah ia lihat. Itu membuat hati Jung Soo semakin
tertarik dengan Myu Ah.
“Kita sampai!”
ucap Jung Soo membuyarkan kesenangan Myu Ah.
“Sampai?
Wah…pasar tradisional ya?” tanya Myu Ah yang turun dari mobil.
“Ne” jawab
Jung Soo.
Mereka pun mulai mencari bahan makanan
untuk sarapan dan makan siang mereka. Cukup banyak sudah sayur dan lauk yang di
beli. Serasa sudah cukup, mereka menuju pulang.
“Wah…” langkah
Myu Ah terhenti.
“Mwo?” tanya
Jung Soo.
“Ah…ani” jawab
Myu Ah melanjutkan langkahnya.
“Kajja!” Jung
Soo menarik lengan Myu Ah menuju penjual gorengan yang dilihat Myu Ah.
“Hah…”
“Ini!” Jung
Soo mengambilkan kentang goreng untuk Myu Ah.
“Ah, gomawo”
“Ne. Makanlah
sepuasnya. Aku akan mentraktir mu” ujar Jung Soo.
“Heheh. Lama
aku tidak makan kentang goreng ini” ujar Myu Ah melahap kentang gorengnya itu.
“Jinjja?”
“Emh. Aku dulu
sangat suka membelinya di pasar Myeongdong”
“Oh, aku lebih
suka beli bakpao. Karena musim dingin seperti ini sangat cocok makan bakpao”
ujar Jung Soo yang mengambil setusuk kentang goreng lagi.
“Ne. Apalagi
yang panas-panas” ujar Myu Ah.
Setelah merasa kenyang, mereka segera
ke mobil. Mereka masukkan barang-barang belajaan mereka dan bergegas pulang.
Dalam perjalan pulang, mereka sangat asik mengobrol sampai-sampai tidak sadar
kalau mereka sudah sampai.
“Sini! kau
bawa sayur-sayur saja. Aku yang bawa lauk-lauknya” ujar Jung Soo.
“Ne” jawab Myu
Ah yang langsung membawa kantong-kantong sayur didalam plastik.
“Hah…” Myu Ah
terkejut sampai-sampai melepaskan kantong-kantong plastik yang ia bawa.
“Wae?” ujar
Jung Soo sambil melihat tatapan Myu AH.
“Hyu-Hyung
Soo?” panggil Myu Ah menghampiri namjachingunya itu.
“Myu Ah?
ka-kau sudah pulang?” ujar Hyung Soo gagap.
“Apa yang kau
lakukan dengan Cu Myul?” tanya Myu Ah yang melihat Hyung Soo bersama Cu Myul.
“Ak..aku
hanya…”
“Hanya apa?
hanya menciumnya?”
“Ani, Myu Ah.
Kau salah paham. Dia ha…” kata-kata Cu Myul terpotong.
“Cukup. Aku
sudah curiga dengan sikap kalian dari awal. Apalagi Hyung Soo” ujar Myu Ah yang
tak dapat menahan air matanya.
“Kau…kau tega
sekali Hyung Soo” derai air mata Myu Ah semakin deras.
“Chagi-ya,
dengarkan dulu” ujar Hyung Soo memegang lengan yeojachingunya itu.
“Aniyo.
Lepaskan aku!” Myu Ah berlari meninggalkan mereka semua.
“Myu Ah!” Cu
Myul berteriak.
Jung Soo menatap Cu Myul dari
kejauhan. Jung Soo tersenyum. Tapi, Cu Myul tidak. Cu Myul berjalan menuju
taman meninggalkan Jung Soo.
“Ya tuhan, betapa berdosanya hamba mu ini. Bisa-bisanya hamba
melukai hati sahabat hamba sendiri” ujar Cu Myul
yang duduk termenung dipinggir kolam ikan.
Seketika ia mendapati sahabatnya
berlari dari kejauhan menuju penginapan. Cu Myul langsung datang menemuinya. Myu
Ah terlihat menangis.
“Myu Ah?”
panggil Cu Myul.
“Cu Myul” Myu
Ah memeluk Cu Myul.
“Kau salah
paham Myu Ah. Hyung Soo hanya membantuku. Dia membantu ku meniup mataku yang
kelilipan” Cu Myul mencoba menjelaskan.
“Ne, arrseoh.
Tapi, aku sudah mengakhiri hubungan ini”
“MWO?!” Cu
Myul terkejut dan langsung melepaskan pelukannya.
“Aku tahu ini
terlalu gegabah. Tapi, sudah cukup lama aku memendamnya. Aku merasa tidak cocok
dengannya. Aku hanya menyukai ketampanannya, bukan hatinya. Aku mencoba
mencintainya. Tapi, hati ku terlalu sulit” Myu Ah mencoba menjelaskannya.
“Jadi, selama
ini…”
“Ne. Aku tidak
pernah mencintainya” Myu Ah terus menangis dan menangis.
Cu Myul kembali memeluk sahabatnya
itu. Disisi lain hatinya merasa senang, tapi disisi lain ia merasa sedih
melihat sahabatnya itu.
Mereka semua berkumpul diruang makan
untuk sarapan. Setelah Sarapan, mereka akan berangkat menuju pabrik teh melakukan
pembelajaran untuk tugas sekolah. Selama penelitian, Myu Ah terus menempel
dengan Cu Myul. Myu Ah tidak ingin menjauh dari Cu Myul saat ini.
Dari kejauhan Hyung Soo dapat melihat
Myu Ah yang tampak murung. Sedari Myu Ah terus menempel dengan Cu Myul. Karena
Cu Myul-lah satu-satunya teman yang dapat menenangkan hati Myu Ah saat ini.
~.~.~.~.~
Tak disangka, seminggu setelah
kepulangan mereka dari study tour, Jung Soo menyatakan cintanya kepada Myu Ah.
Myu Ah menerimanya. Kali saja Jung Soo cocok untuknya. Sedangkan Cu Myul, ia
sedang PDKT dengan Hyung Soo.
“Kau ini.
Sudah kubilang, pengembang kuenya kurang” Hyung Soo memprotes.
“Tapi, 1
sendok itu sudah cukup banyak” Cu Myul tak mau kalah.
“Tuh lihatkan
kuenya jadi pendek seperti mu” Hyung Soo menyindir.
“Kau ini” Cu
Myul Mengerut dahinya.
“Ribut-ribut
kenapa sih?” eomma Cu Myul datang menghampiri mereka didapur.
“Itu, masa
pengembang kue mau ditambah lagi. Kan 1 sendok cukup” ujar Cu Myul.
“Tapi, hasil
kuenya jadi pendek seperti ini” ujar Hyung Soo memberikan hasil kuenya.
“Hahaha, coba
saja dulu ditambah pengembang kuenya” saran eomma Cu Myul. Eommanya pun pergi
sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah mereka berdua.
Cu Myul hanya menuruti apa usul eomma
dan Hyung Soo. Mereka pun mengulang pembuatan kue mereka. Hasilnya ternyata
sangat bagus. Tinggi dan terlihat lembut. Mereka pun menghias kuenya dengan
lapisan cokelat dan krim strawberry didalamnya.
“Selesai!”
ujar Cu Myul girang.
“Cu Myul?”
panggil Hyung Soo pelan.
“Ne?”
Cup~
Hyung Soo mencium pipi kanan Cu Myul.
Cu Myul hanya terdiam dan tak dapat bergerak. Mata mereka saling bertemu.
“Saranghae”
ujar Hyung Soo.
“Hah…” Cu Myul
kebingungan.
“Neomu
chuwayo” ujar Hyung Soo.
“N-ne, nado
saranghae” jawab Cu Myul gagap.
Akhirnya, rencana yang mereka jalani
selama ini membuahkan keberhasilan. Cu Myul dapat menjalin cinta bersama Hyung
Soo dan Jung Soo dapat menjalin hubungan dengan Myu Ah.
Suatu hari, Jung Soo ingin bertemu
dengan Cu Myul. Mereka bertemu di sebuah toko kue yang tak jauh dari rumah Cu
Myul. Tidak ada yang tahu pertemuan ini.
“Wae?” tanya
Cu Myul yang baru datang dan langsung duduk dikursinya.
“Chukkae” ujar
Jung Soo.
“Ne?” Cu Myul
bingung.
“Chukkae atas
hubungan mu dengan Hyung Soo”
“Oh…itu. Kau
juga. Chukkae” ujar Cu Myul.
“Hah…sepertinya,
aku harus mengatakan ini padamu”
“Mengatakan
apa?”
“Kau tahukan
sejak kapan aku menyukai Myu Ah?” ujar Jung Soo sambil memotong kuenya.
“Ne”
“Sehari
sebelum itu, dokter memfonisku gagal jantung”
“Ah…”
“Ne. AKu sungguh
terkejut dan shock berat. Makanya, selama 3 hari aku tidak masuk sekolah”
“M-mwo? ak-aku
masih tidak percaya ini”
“Pertama kali
melihat Myu Ah. Jantungku terasa berdegup kencang. Mungkin terasa aneh bagi ku
yang mengalamai gagal jantung. Karena sedikit terasa sakit” ujar Jung Soo
dengan suara datar.
“…” Cu myul
hanya dapat terdiam.
“Makanya aku
merasa bodoh dan licik menggunakan rencana ini. Aku tahu, ini akan menyakitkan
sekali. Tapi, jantung ku akan lebih sakit sekali jika melihatnya bersama Hyung
Soo” jelas Jung Soo.
“Jung Soo? Cu
Myul?” ujar Myu Ah yang datang bersama eommanya.
“Myu Ah?” Cu
Myul dan jung Soo bersama.
“Ternyata,
kalian yang merencanakan semua ini” ujar Myu Ah mulai menangis.
“Myu Ah dengar
dulu. Kau sal…” kata-kata Cu Myul terpotong.
“Salah paham,
salah paham, salah paham. Selalu itu” Myu Ah membentak.
“Itu memang
benar” ujar Cu Myul yang menghampiri sahabatnya itu.
“Jangan
mendekat! Kau bukan sahabatku lagi. Aku tidak percaya kau selicik ini, Cu Myul.
Ku Kira kau setuju dengan hubungan ku bersama Hyung Soo” ujar Myu Ah sambil
mengusap air matanya.
“Awalnya aku
memang setuju karena aku belum memiliki rasa cinta terhadapnya. Tapi, melihat
kau dan dia, tiba-tiba hatiku sakit” Cu Myul mencoba menenangkan sahabatnya.
“Kenapa kau tak
pernah bilang? bukankah kita sahabat? sahabat tidak memiliki rasa satu sama
lainkan?” ujar Myu Ah yang tak hentinya menahan tangis.
“…” Cu Myul
terdiam.
“Persahabatan
kita cukup sampai Disini! kajja, kita pulang, eomma” Myu Ah beranjak pergi dari
toko kue itu.
“Eotteohke?”
ujar Cu Myul yang akhirnya mengeluarkan bening-bening dari matanya.
“Aku akan
mencoba mencari cara” ujar Jung Soo sambil memusut pundak Cu Myul.
Besok paginya, Myu Ah tidak masuk
sekolah. Cu Myul begitu khawatir dengan keadaan sahabatnya. Manalagi, telepon
dan pesan yang ia kirim tak dibalas Myu Ah. Akhirnya, Cu Myul mencoba
mengunjungi rumah Myu Ah. Tapi, Myu Ah menolak untuk bertemu dengan Cu myul.
“Eotteohke?
apa Myu Ah baik-baik saja?” tanya Hyung Soo berjalan bersama Cu Myul menuju
parkir sekolah.
“Molla. Dia
menolak bertemu denganku” jawab Cu Myul murung.
“Mungkn, dia
butuh waktu. Memangnya ada masalah apa?”
“Ani. Bukan
hal yang serius” jawab Cu Myul bohong.
“Hyung Soo?”
panggil seseorang.
“Myu Ah?” ujar
Hyung Soo dan Cu Myul bersamaan. Mereka terkejut melihat Myu Ah yang datang
tiba-tiba ke sekolah.
“Kau harus
tahu sebenarnya, bahwa Cu Myul-lah yang membuat hubungan kita hancur. Dia dan si
ketua kelas itu merencanakan ini. Mereka mencoba mengadu domba kita, Hyung Soo”
jelas Myu Ah menghampiri mereka.
“Hah?” Hyung
Soo tampak tak mengerti.
“Hyung Soo,
aku bisa jelaskan ini” ujar Cu Myul mencoba menenangkan suasana.
“Tidak perlu
dijelaskan! kau tahu betapa sakitnya hatiku, Cu Myul” ujar My Ah sambil
menunjuk Cu Myul.
“Myu Ah?” Jung
Soo datang menghampiri mereka.
“Hah, dia
datang juga” Myu Ah menatap Jung Soo sinis.
“Kenapa kau
tidak masuk sekolah?” tanya Jung Soo.
“Kau tidak
perlu tahu!” Myu Ah membentak.
“Kau harus
tahu, bahwa mereka berdua itu licik!” ujar Myu Ah kepada Hyung Soo.
“Myu Ah
dengarkan dulu…” ujar Cu Myul dengan bersabar menenangkan sahabatnya itu.
“Ah…” Jung Soo
tampak kesakitan sambil memegang dadanya.
“Jung Soo,
gwaencanayo?” tanya Hyung Soo menghampiri.
“Da-dada ku
sa-sakit” Jung Soo menjerit dan memegang erat dadanya.
“Ah…” Jung Soo
berteriak
BUUUK
Jung Soo pingsan seketika setelah
menahan sakit dadanya. Hyung Soo panik dan membuat Cu Myul dan Myu Ah
kebingungan. Mereka langsung membawa Jung Soo ke rumah sakit.
“Eotteohke?”
ujar Myu Ah panik.
“Kita tunggu
saja” ujar Cu Myul menenangkan Myu Ah.
Tak lama, dokter keluar setelah
memeriksa Jung Soo. Myu Ah langsung menemui dokter tersebut.
“Bagaiamana
keadaannya, dok?”
“Dimana orang
tuanya?”
“Sedang menuju
kemari” jawab Hyung Soo.
“Kalian
siapa?”
“Temannya.
Tolong katakan keadaanya, dok. Dia pacarku” ujar Myu Ah yang akhirnya membuat
Hyung Soo dan Cu Myul menatap Myu Ah.
“Saya tidak
yakin dengan apa yang saya katakan. Tapi, keadaan Jung Soo melemah. Fungsi
jantungnya hanya 10 persen untuk bertahan” jelas dokter dengan berat.
“Mwo? apa yang
terjadi? jantungnya kenapa?” ujar Myu Ah panik.
“Dia menderita
gagal jantung” jawab Cu Myul dengan menundukkan wajahnya.
“M-mwo?
hah…hiks…” Myu Ah jatuh terduduk merasa tak percaya.
“Myu Ah, yang
sabarlah. Lebih baik sekarang kau temui dia didalam” ujar Cu Myul membantu Myu
Ah berdiri.
“N-ne” jawab My
Ah tersendu-sendu.
Myu Ah pun masuk ke dalam ruangan Jung
Soo. Disana Myu Ah melihat tubuh Jung Soo yang dibalut dengan alat-alat rumah
sakit. Cukup mengerikan.
“Hiks…heh…Ju-Jung
Soo” Myu Ah menghapiri najachingunya itu.
“Myu Ah” jawab
Jung Soo perlahan membuka matanya.
“Gwaencanayo?”
“Hemh”
“Kenapa kau
jadi seperti ini?”
“Molla.
Mungkin inilah aku”
“Jangan
katakan itu! Pasti ada cara untuk sembuhkan?”
“Ada. Tapi,
jantung yang cocok untuk ku itu langka di korea”
“Lalu?”
“Aku harus ke
Amerika. Karena hanya ada disana yang menemukan jatung yang cocok untuk ku.
Dokter sudah mengatakannya kepadaku tadi”
“Jika itu
satu-satunya cara, kenapa kau tidak mencobanya?” ujar Myu Ah mulai tak bisa
menahan tangisannya. Ia mencoba mengusapnya tapi, malah bertambah deras.
“Aku mau.
Tapi, aku tidak bisa”
“Wae?”
“Aku tidak
ingin meninggalkan mu”
“…” Myu Ah
terdiam.
“Aku tidak
mungkin meninggalkanmu. Aku sudah terlalu mencintaimu”
“Tap-tapi,
jika kau mencintaiku, seharusnya kau bisa sembuh Jung Soo”
“Tapi, itu
tidak semudah yang kau bayangkan”
“Sekarang,
jika kau mencintaiku, tolong lakukan operasi itu. Tapi, jika tidak. Aku akan
meninggalkanmu” ujar Myu Ah sambil menggenggam tangan Jung Soo.
“Ne. Aku akan
melakukannya demimu. Tapi, apa kau mau menunggu?” ujar Jung Soo.
“Tentu.
Demimu” Myu Ah berjanji.
Tak lama, orang tua Jung Soo datang.
Eomma Jung Soo tak henti-hentinya menangis sambil memeluk anaknya. Myu Ah hanya
dapat berdiri melihat itu.
Orang tua Jung Soo berencana akan
membawa Jung Soo ke Amerika besok. Myu Ah tampak berat melihat kepergian Jung
Soo. Entah kenapa, hatinya mulai tak rela melihat Jung Soo pergi. Apalagi
Amerika itu tidak dekat. Jung Soo berjanji akan terus menghubungi Myu Ah ketika
di Amerika. Myu Ah tersenyum mendengarnya.
“Hah…hah…dimana
Jung Soo?” tanya Myu Ah yang baru datang ke bandara dengan nafas tak beraturan.
“Sudah
berangkat. Kenapa kau lama sekali?” tanya Cu Myul.
“Hah..jin-jinjjayo”
“Ne. Itu
pesawatnya” ujar Hyung Soo menunjuk ke arah sebuah pesawat yang hendak terbang.
“Andwe. Aku
belum berpamitan dengannya” ujar Myu Ah menyesal.
“Jung Soo
menitipkan ini untuk mu” Cu Myul memberikan sesuatu pada Myu Ah.
“Sarung
tangan?”
“Ne. Katanya
untuk menghangatkan tangan dan hatimu” jawab Cu Myul.
“Gomawo” ujar
Myu Ah tersenyum dengan air mata beningnya mengalir.
1 tahun
setengah kemudian…
Kelulusan sekolah diadakan di Aula
sekolah. Semua murid kelas tiga hadir disana dengan baju seragam mereka. Tampak
kebahagiaan menyelimuti wajah mereka. Hanya Myu Ah yang terlihat murung duduk
didepan teras Aula.
“Aku sangat
prihatin dengan keadaan Myu Ah sejak kepergian Jung Soo” ujar Cu Myul dari
dalam Aula.
“Ne. Aku juga.
Kenapa Jung Soo sampai sekarang tidak pernah kembali?” ujar Hyung Soo.
“Hah…Molla”
ujar Cu Myul lemas.
“Apa yang kau
lakukan disini?” tanya seseorang yang menghampiri Myu Ah.
“Hah…itu..”
ujar Cu Myul terkejut melihat seseorang dari dalam.
“Hah?” Myu Ah
menatap seorang namja yang menghampirinya.
“HAH? Ju-jung
Soo” Myu Ah berteriak dan langsung memeluk erat Jung Soo.
“Kenapa kau
baru kembali sekarang?” ujar Myu Ah menangis.
“Mianhae. AKu
harus melakukan terapi. Karena tubuhku sempat lumpuh waktu itu”
“Gwaenchana.
Aku sudah senang kau kembali” ujar Myu Ah yang semakin erat memeluk
namjachingunya itu.
“Kenapa kau menangis?”
tanya Jung Soo sambil menghapus air mata Myu Ah dengan kedua ibu jarinya.
“Ak-aku
bahagia” ujar Myu Ah.
Cup~
Jung Soo mencium kening Myu Ah dengan
lembut dan hangat.
“Saranghae,
Myu Ah” ujar Jung Soo.
“Ne, nado
saranghae” jawab Myu Ah sambil tersenyum lebar pada namjachingunya itu.
Myu Ah pun kembali memeluk Jung Soo
untuk melepas kerinduannya. Hyung Soo dan Cu Myul yang melihat dari dalam ikut
bahagia melihat mereka berdua. Kenapa tidak, karena mereka adalah sahabat.
Sahabat yang selalu merasakan bahagia dan duka bersama.
THE END
Tamat…Hore…gimana?
dapat rasanya? rasa apa? maunya sih author rasa Kris? #kris ngelirik. Hahaha
bercanda kok bang #colek Kris. Nah…tolong beri kritik dan sarannya yah…karena
mungkin aja ni ff masih kurang berkenan di jantung. Ya sudah, tunggu di ff
selanjutnya yah…Annyeong Gyeseyo ^^
Close
Song=> Jung Yong Hwa_Beacause I Miss You
Tidak ada komentar:
Posting Komentar