Selamat Datang Di Blog Han Hyo Mi


widget

Selasa, 01 Januari 2013

[Fanfiction] THI IS MY LOVE STORY 2


THI IS MY LOVE STORY 2


Author            : Han Hyo Mi
Main Cast      : Han Hyo Mi as Readers and Oh Sehun
Sups Cast       : Lee Yong In, Choi Na Eum, Oh Kyu Nim and Reiyuu Dynataka
Genre              : Romantic and School Live
Sound Track : F(x)_Thrill Love
Yap…lanjut lagi ff tentang author. Sekeranag kita memasuki tingkat SD. Cie…SD #pernah SD juga thor?. Ya iyalah. Disini author pernah mengalami kisah cinta. Love Monkey atau Cinta Bakatan #wkwkwkwk XD. Yap…tanpa banyak comberan dari author yuks ke langsung reading…^^
=.=.=.=.=
                Pemberontakan di Haeyu telah mereda. Aku, Eomma dan Appa sudah kembali kerumah dan jalani kehidupan seperti biasa. Tapi, kami kehilangan satu calon anggota keluarga. Eomma mengalami keguguran. Appa tampak begitu sedih. Apalagi aku yang berharap menjadi seorang kakak ini.
                3 tahun berlalu sudah aku jalani masa-masa ku di SD. Aku masih lengket dengan Yong In. Ketika di kelas 3 SD, kami mendapatkan 1 teman baru yang pindah ke sekolah dan kelas kami. Ia adalah Choi Na Eum. Pindahan dari Boseong. Kami sudah berteman 1 tahun lamanya hingga kami duduk di bangku kelas 4 SD.
“JAKANMAN!” kami berteriak bersamaan didepan gerbang sekolah.
“Hah…hah…” kami kewalahan.
“Cih…lagi-lagi kalian! cepat masuk!” perintah pak satpam.
“Hahaha, gomawo” ucapku terkekeh.
                Kami segera mengayuh sepeda kami dan memarkirkannya di parkiran sepeda. Semua murid sudah berbaris dengan rapi di lapangan. Sedangkan kami, masih berlari menuju lapangan. Kami lempar tas kami dan segera ikut berbaris di barisan paling belakang.
“Hah, kalian ini selalu saja nyaris terlambat!” ucap salah satu teman kami.
“Mianhae, ini gara-gara kalian menunggu ku” ucapku menundukan kepala.
“Ani. Kitakan teman. Kita harus setia” jawab Yong In diikuti anggukan Na Eum.
“Alah, setia, setia” sahut teman namja kami.
“Wae?” tanya ku dingin.
“Hah…an-ani” jawab namja itu gagap.
                Kami pun memulai senam pagi dilapangan. Yang paling semangat adalah kami bertiga. Apalagi aku, debu pasir saja bertebaran karena sepatuku. Tapi, aku tetap fokus senam pagi. Setelah selesai senam pagi, kami langsung masuk ke kelas masing-masing.
“Eh, eh, ada anak baru tuh!” ujar temanku berlari kedalam kelas.
“Mana? mana?” semua teman ku kecuali aku berlari keluar kelas.
“Wah, seonsaengnim!” mereka terkejut melihat seonsaengnim menuju kelas.
“Siapa?” tanyaku pada Yong In yang duduk dibelakang ku.
“Seonsaengnim” jawabnya ngos-ngosan.
“Ani. Murid barunya?” tanyaku.
“Oh, gak tau” jawabnya mengangkat pundaknya.
“Hah…” aku menghela nafas.
“Annyeong” sapa seonsaengnim masuk ke dalam kelas.
“Annyeong” jawab kami serentak.
                Aku melihat seorang yeoja berdiri disamping seonsaengnim. Badanya tinggi melebihi seonsaengnim. Rambutnya keriting sepundak. Ia menundukkan wajahnya. Pasti dia murid baru.
“Dikelas kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu!” ujar seonsaengnim.
“Ah, e…e…Watashinonamaeha Reiyuu Dynataka desu. Watashi wa Reiyuu yobu. Watashi wa Japan kara ido” ujar yeoja murid baru itu.
SWIIIIING (angin lewat)
“…” semua hening ketika yeoja itu berbicara.
“Mwo? apa yang dia katakan?” ujarku.
“…” semua hanya mengangkat pundaknya.
“Ah, mianhae. Jenuen Reiyuu Dynataka imnida. Panggil saja Reiyuu. Saya pindahan dari Jepang” ujarnya.
“Wuu…” semua bersorak.
“Ya sudah, silahkan duduk disana, Reiyuu!” ujar seonsaengnim menunjuk ke bangku belakang. Aku terus menatapnya hingga duduk di bangkunya.
“Hari ini seonsaengnim ada rapat bersama seonsaengnim lainnya. Seon akan memberikan kalian tugas menggambar. Temanya hewan dan manusia. Kumpulkan di ruang Seon tepat jam istirahat nanti. Arra?” pesan Seonsaengnim.
“Ne, arraseoh” jawab kami bersamaan.
                Aku ambil buku gambarku, pensil dan penghapus. Aku berpikir sejenak. Apa yang akan ku gambar? manusia? siapa? eh... Aku menulusuri seisi kelas yang saat ini hening. Teman-teman sibuk menggambar. Sedangkan aku, kebingungan ingin menggambar apa? Kulihat sebuah buku yang menarik perhatianku. Buku dengan cover depan anime perempuan yang cantik. Kulihat pemilikinya. Dia adalah..
“Oh Sehun, kau malaikat ku!” ujarku yang langsung menghampirinya.
“Sehun, itu buku tulis mu?” tanya ku.
“Hah, ne. Wae?” tanyanya.
“Hahahaha, boleh aku meminjamnya?”
“Ne. Ambil saja” ujarnya memberikan bukunya.
“Aku pinjam yah?” ujar ku tersenyum. Aku kembali ke bangku ku.
                Aku mulai menggaris bentuk wajah anime di cover depan buku Sehun itu. Setelah wajah selesai, aku lanjutkan membuat rambut dan seluruh tubuhnya. Lalu, aku mulai mewarnai gamabarnku dengan pensil warnaku.
“TADA, selesai!” ucapku sambil berdiri dengan riang.
“Ya! kau cepat kumpul!” perintah Kyu Nim si ketua kelas.
“Hah, semuanya sudah?” tanyaku bingung.
“Ne. Kau saja yang paling lambat. Ppali!” ujarnya merampas gambaranku.
“Wah…ini gambaramu?” tanya Kyu Nim.
“Ne” jawabku.
“Mana? mana? aku ingin lihat hasilnya” ujarSehun ikut melihat gambaranku.
“Wah…aku tidak percaya kau bisa menggambar. Selama ini kau hanya menggambar gunung, gunung dan gunung” ujar Sehun. Aku langsung mengerut dahiku.
“Hahah, tap-tapi ini sebuah kemajuankan? kau seperti seorang Mangaka” ujar Sehun mencoba menghiburku.
“Mana?” Yong In dan Na Eum ikut menghampiri.
“Wah…aku tidak menyangka kau bisa menggambar manusia” ujar Yong In.
“Hyo Mi, DAEBAK!” Na Eum memberikan ibu jarinya tepat didepan wajahku.
 “Ne. Aku ingat pesan Min Ah Seonsaengnim.Dia bilang kalau menggambar itu bentuknya harus sesuai” ujar ku.
“Ya sudah, aku kumpul” ujar Kyu Nim membawa buku gambarku.
                Aku tatap murid baru yang sedari terus melihatku. Aku balas dengan senyuman. Aku menghampirinya dan mencoba membuatnya menjadi temanku.
“Kau tadi menggambar apa?” tanyaku.
“Hah, eh…tidak apa-apa”
“Hoh…masa? Lalu, kau tadi menggambar apa?”
“Eh…oh ya, gambaran mu bagus”
“Tahu dari mana?”
“Buktinya mereka mengagumi gambarmu”
“Ah, tidak juga” ujarku malu-malu.
“Yong In! Kajja, kita ke kantin!” ajak Kyu Nim.
“Aku ikut!” aku berteriak menghampiri Kyu Nim.
“…” Kyu Nim mengerut dahinya.
“Wae?” tanyaku.
“Ani. Kajja!” ujar Kyu Nim.
                Aku pun ke kantin bersama Yong In dan Kyu Nim C.S. Selama itu, aku tidak pernah dihiraukan mereka. Yong In pun tak mengatakan sepatah kata pun kepadaku. Mereka hanya asik sendiri. Aku benar-benar merasa bosan sungguh membosankan. Aku melihat Sehun bersama teman-temannya masuk ke hutan samping sekolah. Aku langsung pergi meninggalkan Yong In dan Kyu Nim C.S.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya ku melihat mereka membuat jalan masuk ke hutan.
“Ssst” Sehun menyuruh ku diam.
“O.k. Kalian sedang apa?” tanyaku sedikit berbisik.
“Kami ingin membuat markas didalam hutan. Kau mau ikut?” tawar Sehun.
“Hah? aku?”
“Ne. Ikut saja!” ujar teman Sehun. Aku pun menerima tawaran mereka.
                Aku merasa sedikit takut. Karena didalam hutan itu berbahaya. Bisa saja ular akan menyerang kami. Aku berjalan tepat dibelakang mereka. Semakin ke dalam semakin gelap.
“Ini! pakai kayu ini” ujar Sehun memberikan potongan kayu kepadaku.
“Untuk apa?” tanyaku.
“Kau potong ranting pohon yang mengahalangi” ujar Sehun.
“Ah, ne” jawab ku mengambil kayu itu.
                Tak lama kami sampai di tengah hutan. Kami menemukan pohon-pohon yang di penuhi bunga anggrek putih. Benar-benar indah dan sangat indah. Ada rerumputan di tengah-tengahnya. Aku duduk sejenak melepas lelah.
“Wae?” tanya Sehun.
“Hahaha. Ani” jawab ku yang langsung berdiri.
TENG, TENG, TENG….
“Hah, masuk!” ujar ku yang langsung berlari meninggalkan mereka.
                Mereka berlari tepat di belakangku. Sesampai di kelas, tak lama seonsaengnim masuk ke dalam kelas. Semua hening kecuali aku yang masih mengatur nafas.
“Yong In!” panggil ku membalik badan ke belakang.
“Ne?” tanyanya.
“Tadi aku…” aku terdiam saat melihat Sehun.
“Sssst” Sehun mengisyaratkan untuk diam.
“Tadi apa?” tanya Yong In.
“Ah, aniyo” jawabku.
“Hehemh…Hyo Mi” tegur seonsaengnim.
“Hah, mianhae” jawabku gagap dan langsung membuka buku.
                Mulai saat itu, aku lebih sering menghabiskan waktu ku dihutan. Karena Yong In semakin menjauhi ku. Walaupun pulang dan berangkat sekolah bersama, aku merasa kami semakin renggang. Ia memilih bersama Kyu Nim yang lebih pintar dari aku. Selain itu, dia ketua kelas, anak guru dan selalu mendapatkan peringkat 1. Jadi, tidak salah kalau Yong In berteman dengannya dari pada aku yang bodoh ini.
Selamat Tinggal Kelas 4, Selamat Datang Kelas 5
                Sekarang aku dan teman-teman ku duduk dibangku kelas 5. Tak terasa 2 tahun lagi kami akan lulus dan meninggalkan sekolah ini. Banyak pengalaman yang aku alami semenjak duduk di sekolah ini. Tapi, yang paling menyakitkan ketika, Eomma Kyu Nim menjadi wali kelas kami di kelas 3. Disana aku terus ditekan dan dicap jelek oleh eomma Kyu Nim. Akhirnya semua guru menganggap aku adalah murid yang nakal dan bodoh. Tak banyak guru yang percaya dengan ku hingga sekarang.
“Yong In…” panggil ku sambil menaikki sepedaku.
“Ne?” tanyanya.
“Apa kau marah dengan ku?” tanyaku.
“Marah kenapa? memangnya ada apa?”
“Hah…aniyo. Gwaencana. Ku kira kau marah denganku. Karena aku merasa kau semakin jauh saja dengan ku” jelas ku dengan nada suara murung.
“Hahah…mungkin itu perasaanmu saja” jawab Yong In.
“Kajja, kita berangkat!” ujar ku membentuk senyum di bibirku.
“Eomma, aku berangkat dulu!” ujarku berpamita dengan eommaku.
                Kami pun bergangkat ke sekolah seperti biasa. Untuk hari ini kami tidak terlambat seperti biasanya. Kurang 5 menit sebelum masuk kami sudah di sekolah. Pelajaran pertama berjalan dengan lancar. Jam yang ditunggu-tunggu sudah berbunyi.
TENG, TENG, TENG…
“Hyo Mi, kajja!” ajak Sehun kepadaku untuk bermain di hutan.
“Jakanman, bolehkah aku mengajak teman-teman ku?” tanyaku.
“Emh…boleh. Tapi, jangan untuk Kyu Nim” ujarnya.
“O.k” jawab ku.
                Ku lihat Yong In sudah pergi bersama Kyu Nim ke kantin duluan. Aku langsung menekuk bibirku melihatnya. Ku lihat murid baru itu hanya duduk disana. Kulihat ia jarang sekali keluar kelas, kecuali ada seseorang yang mengajaknya. Aku pun berniat mengajaknya.
“Reiyuu, kau ingin ikut ku bermain?” ajak ku.
“Bermain apa?” tanyanya.
“Ikut saja!” ujarku menarik lengannya.
“Na Eum, kau ikut juga?”
“Ne” jawabnya semangat.
“Kenapa kita kehutan?” tanya Reiyuu dengan nada takut saat kami tiba di depan jalan menuju hutan.
“Ikut saja! kau akan tahu nanti” ujar ku memberikan potongan kayu.
“Untuk apa ini?” tanya Na Eum.
“Untuk memotong ranting pohon yang mengahalangi” jawab ku sesuai apa yang dikatakan Sehun.
“Oh…” jawab Na Eum dan Reiyuu bersamaan.
                Tak lama kami sampai di tempat dimana kami akan membangun tenda dari dedaunan dan batang kayu di tengah hutan itu. Reiyuu dan Na Eum terdiam saat melihat teman-teman namja kami sedang membangun tenda mereka. Mata mereka berdua memancarkan kekaguman.
“Aku tidak tahu ada tempat seperti ini di hutan ini” ujar Reiyuu yang mendekati teman-teman namja kami yang tengah sibuk.
“Oh, Reiyuu, Hyo Mi dan…” Sehun lupa.
“Na Eum” jawab Na Eum.
“Ne, Na Eum. Apa yang kalian lihat? ppali, buat tenda kalian” ujar Sehun melempar batang kayu yang cukup besar kepadaku.
BUUK
“Akh…Sehun!” ujar ku yang terjatuh.
“Hahaha, mianhae” ujar Sehun memberikan tangannya untuk ku. Aku terdiam sejenak untuk berpikir, apa dia membantuku berdiri? Aku pun meraih tangannya.
“Ppali!” ajak ku kepada Reiyuu dan Na Eum.
“Apa yang kalian lakukan disini?” tanya Kyu Nim yang menemukan kami.
“Ky-Kyu Nim?” ujar ku terbata-bata.
“Kyu Nim?” ujar Sehun yang terkejut.
“Kenapa kalian tidak pernah bilang kalau ada tempat seperti ini disini?” ujarnya menghampiri kami.
“A…it-itu..” ujar Sehun bingung mencari penjelasan.
“Itu karena…” sahut teman Sehun yang terpotong.
“Itu karena ini kejutan, hahaha” ujar ku.
“Kejutan?” ujar Yong In yang berdiri disebelah Kyu Nim.
“Ne. Kami sengaja tidak memberitahunya dulu. Karena ini kejutan untuk kalian. Tapi, karena kalian tahu lebih dulu, ya…sudah” ujar ku sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal.
“Oh…berarti sekarang kami boleh ikut bermain disinikan?” tanya Kyu Nim.
“Eh, Ne. Tentu saja” jawab Sehun.
“Hyo Mi” panggil Yong In.
“Mwo?” ujarku.
“Kenapa kau tidak pernah bilang ada tempat seperti ini kepadaku?” tanyanya.
“Kan ini kejutan. Bukan kejutankan kalau aku bilang ke kamu?” ujarku mencoba tidak gugup.
“Benar juga, yah? kau memang teman terbaikku, Hyo Mi” ujarnya menepuk pundakku.
“Ah…hahaha” aku hanya terkekeh.
                Kami semua pun membuat tenda kecil yang muat untuk berdua. Aku mengajak Yong In untuk membangun tenda bersama. Tapi, aku terlambat. Ia sudah diajak Kyu Nim lebih dulu dariku. Akhirnya aku mulai membangun tenda ku sendiri.
“Hyo Mi, boleh aku membantu mu?” tawar Reiyuu sambil membawa beberapa dedaunan yang sudah ia ragkai menjadi atap.
“Boleh” jawab ku tersenyum kepadanya.
=.=.=.=.=
                Hari ini, saat sampai disekolah aku lihat ada beberapa yeoja dan beberapa namja berpakain seragam yang berbeda dengan kami. Dia tampak lebih tua dari kami dan lebih muda dari seonsaengnim kami di sekolah. Mereka tampak seperti guru yang masih muda.
TENG, TENG, TENG…
“Ppali!” ujar Yong In mengajak ku dan Na Eum.
“Hah..hah..” aku kewalahan saat sampai di kelas. Aku melihat seorang yeoja yang seperti guru itu masuk bersama seonsaengnim.
“Annyeong” sapa seonsaengnim.
“Annyeong” jawab kami.
“Hari ini sampai 3 bulan ke depan, seonsaengnim ini yang akan mengajar” ujar seonsaengnim menunjuk kearah yeoja yang seperti seonsaengnim itu.
“Dia adalah seonsaengnim dari Universitas Nasional Seoul. Dia disini untuk melakukan praktek pengajaran. Jadi, hargai dia seperti kalian menghargai seonsaengni. Arra?”
“Ne. Arra” jawab kami. Seonsaengnim pun meninggalkan kami.
“Annyeong haseyo. Jeneun Go Jin Young imnida. Panggil saja Jin Young eonnie atau Jin Young noona” ujarnya memperkenalkan diri.
“Sekarang buka buku paket Bahasa Inggris kalian. Eonnie akan melanjutkan pelajaran seonsaengnim kalian” ujar eonnie Jin Young yang juga membuka bukunya.
“Eh, kau tahu? Mall baru akan dibuka” ujar Sehun yang berbicara dengan temannya. Suaranya terdengar cukup jelas.
“Jinjja?” tanya temannya.
“Ne. Aku akan kesana. Rencananya dengan pacar sih” ujar Sehun sombong.
“Alah, so. Emang kamu punya pacar?” ujar temannya.
“Hehemh…tolong yang disana. Baca halaman 21” perintah eonnie.
“Si-siapa?” tanya Sehun.
“Kau” ujar eonnie.
“Ba-baiklah” jawab Sehun gagap.
“This is….this is…apa ini?” tanya Sehun kepada teman sebelahnya.
“Mana aku tahu” jawab temannya.
“Maju kedepan” ujar eonnie menyuruh Sehun.
“Ne” jawab Sehun lemas. Sehun berjalan agak gontai ke depan kelas.
“Nyanyikan lagu bahasi inggris yang kamu bisa?” ujar seonsaengnim.
“Hah? M-mwo? aku gak bisa” jawab Sehun dengan kebingungan.
“Lalu, lagu apa yang bisa kau nyanyikan?” tawar eonnie.
“C.N. Blue yang judulnya Love Girl”
“Waw…untuk siapa?” tanya eonnie mulai tertarik.
“Un-untuk…” Sehun tampak berpikir sambil menelusuri satu-satu temannya.
“Hyo Mi” ujar Sehun menunjuk kearah ku. Sontak aku langsung bergidik mendengarnya. Semua mata kearah ku. Pipi ku mulai merah merona karena ucapan Sehun.
“Wu…kajja, nyanyikan lagunya!” perintah eonnie.
I want you oh my love naman barabwajwo
Neomaneul saranghae sesang modu byeonhaedo
Oh my love neoman bomyeon ddwineun gaseum eonjeggajina
Neoman damgo isseulge

L.O.V.E Girl, nae soneul japgo Fly
L.O.V.E Girl, uh uh, nareul mitgo Fly high
L.O.V.E Boy, Ye-Ye-Yes we can fly to the sky
L.O.V.E Boy, I will take you there baby
“Khamsahamnida” ujarSehun mengakhiri nyanyiannya.
PLOK, PLOK, PLOK…
“Hah?” aku masih melongo melihat Sehun.
“Ciee…ada yang jadian nih” sindir teman Sehun.
“Mwo?” ujar ku langsung menatapnya.
“Kayaknya Sehun menyukai mu” Yong In ikut-ikutan menyindir ku.
“Ihs…aniyo” jawab ku yang langsung menekuk wajahku. Kini aku sungguh malu. Benar-benar malu. Bisa-bisanya Sehun mengatakan hal seperti itu didepan semua teman-teman dan eonnie.
“Hehemh…sekarang, Sehun kembalilah ke bangku mu. Kita lanjutkan pelajaran kita” ujar eonnie.
                    Dipelajaran bahasa inggris itu, aku benar-benar tidak bisa menerima pelajarannya. Sedari aku terus menekuk wajahku sambil mendengarkan penjelasan eonnie yang tampak angin lewat ditelingaku. Sesekali aku lirik ke belakang tempat dimana Sehun duduk. Dia tersenyum kepadaku. Deg…jantungku berdetag lebih keras dan lebih cepat. Aku langsung menampakkan wajah jijik ku kepadanya. Aku takut dia mengetahui kegugupanku. Aku langsung memalingkan wajahku.
                    Tak terasa jam pulang sekolah sudah bertanda, sedari sejak pelajaran pertama, aku hanya duduk dikelas menyimpan rasa malu dengan merebahkan kepalaku di atas meja. Aku berjalan keluar kelas dengan gontai diiringi Na Eum.
“Dimana Yong In?” tanyaku kepada Na Eum.
“Itu!” tunjuk Na Eum kepada Yong In yang berjalan dengan Kyu Nim C.S.
“Hyo Mi, Na Eum, kalian pulang duluan saja, aku ingin main ke rumah See Heon dengan Kyu Nim” ucap Yong In.
“Jadi, kami tidak diajak?” ujarku dalam hati.
“Ne. Sepertinya juga kami tidak diperlukan” jawabku menarik lengan Na Eum untuk pergi dari hadapan mereka.
“Kenapa Yong In tidak mengajak kita?” tanya Na Eum.
“Karena kita orang bodoh. Cocok saja dia berteman dengan orang pintar seperti Kyu Nim” oceh ku mengajak Na Eum ke samping sekolah.
“Tapi, aku rasa Kyu Nim yang merebut Yong In dari kita. Kyu Nim selalu saja membawa Yong In tanpa kita” ujar Na Eum.
“Terserahlah. Aku gak cuman punya teman Yong In. Masih ada kamu yang mau berteman denganku. Aku jika tidak membutuhkan teman yang hanya membuangku dan melupakan ku saja” ketus ku.
                    Kami sampai di depan jalan ke hutan. Aku mengambil kayu yang cukup besar dan mengajak Na Eum ke dalam hutan. Kami ingin bermain sebentar ke sana. Paling tidak aku ingin menenangkan pikiran ku hari ini. Sesampai di sana aku dikejutkan sesuatu.
“Hah?” mata ku membulat sempurna pada sebuah rangkai dedaunan berbentuk LOVE.
“Maukah kau jadi pacarku?” ucap seseorang dari belakang ku.
“Hah? Se-sehun?” ujar ku gagap saat membalik badanku kebelakang.
“Terima! Terima!” teriak teman-teman yang keluar dari semak-semak hutan. Ku lihat Yong In dan Kyu Nim C.S juga datang ke dalam hutan. Mereka ikut meneriakki ku.
“Yong In, apa kau ikut dalam rencana ini?” tanyaku.
“Hehehe” Yong In terkekeh.
“Kau jahat Yong In! aku hampir saja berpransangka buruk denganmu” ujar ku memeluk Yong In.
“Mianhae. Aku tidak mungkin meninggalkan sahabat ku sejak kecil” ujar Yong In yang membalas pelukkanku.
“Eh…itu, aku juga merasa suka denganmu. Tapi,aku bingung dengan perasaanku sendiri” ujar ku menghadap Sehun.
“Terima saja!” Reiyuu berteriak.
“Terima saja!” ujar Na Eum.
“Ne” jawabku.
“Jin-jinjjayo? kau mau jadi yeojachinguku?” tanya Sehun mendekatiku.
“Eh, n-ne” jawab ku gagap dengan menundukkan wajahku.
“Yes! Yuhu…” Sehun berteriak dengan loncat-loncat. Aku hanya berdiri kaku menahan wajahku yang merah merona.
=.=.=.=.=
                    Pagi-pagi sekali aku sudah menunggu Yong In dan Na Eum di depan rumah. Aku sengaja bangun pagi, agar eomma bisa mengikat rambutku. Rambutku dikuncir dua tinggi dengan pita merah. Eomma sempat bingung, kenapa aku meminta rambutku diikat. Karena hatiku sedang berbunga-bunga. Tapi, aku tidak bilang dengan eomma. Aku hanya tersenyum pada eomma.
“Hyo Mi!” panggil Yong In dengan suara ciri khasnya dari kejauhan.
“Kajja!” ujarku mulai mengayuh sepedaku.
“Tumben kau ikat rambut. Biasanya cuman pakai bando saja” ujar Na Eum yang akhirnya menyadari penampilanku.
“Hehehe” aku hanya terkekeh.
“Biasa, orang lagi kasmaran” Yong In menggodaku. Aku hanya mengerut dahi ku sambil menatapnya.
                    Sesampai disekolah, kami bergegas ke kelas karena seonsaengnim tampak akan masuk ke kelas. Sebelum duduk ke bangku, mataku tertuju pada Sehun yang sedari terus melihat ku sejak aku masuk ke kelas. Aku mengerut dahi ku. Tapi, ia tersenyum dan mengedipkan satu matanya. Aku langsung menatapnya jijik untuk yang kedua kalinya. Karena aku malu plus gugp kalau sudah diperlakukan seperti itu oleh seorang namja.
“Sepertinya malam ini kau jadi akan pergi dengan pacarmu ke pembukaan Mall itu?” ujar teman Sehun yang mulai berisik.
“Tentu saja” jawab Sehun. Aku mendengarnya dan aku langsung bergidik.
“Hehemh. Dari kemarin kau terus ribut. Sekarang bawa tas mu dan duduk disini!” tunjuk seonsanegnim ke bangku sebelah ku.
“Disini?” tanya Na Eum yang duduk di sebelahku.
“Ne. Kau duduk di belakang. Seon terganggu kalau mereka terus berbicara” ujar seonsaengnim.
“Ciee…duduk berdua” goda teman-teman ku. Aku hanya menundukkan wajah ku karena malu. Mungkin sekarang sudah menjadi tomat busuk, karena terlalu masak.
“Annyeong!” sapa Sehun yang sudah duduk disebelah ku. Aku langsung mendorong wajahnya ke samping.
“Y-ya!” Sehun berteriak. Tapi, tak aku hiraukan.
                    Selama pelajaran seonsanegnim, aku benar-benar tegang dan tak bergerak dari possiku. Aku juga tak berani melihat Sehun yang sedari terus mengajak ku bicara. Akhirnya aku merasa terganggu karena Sehun terus mencoba mengajak ku berbicara. Aku menatapnya.
“Kau tidak bisa diam?” tanyaku.
“Wae? apa aku mengganggu?”
“Mengganggu sekali” jawabku.
“Ah, mianhae. Aku hanya ingin membuat mu tidak tegang” ujarnya.
“Jadi, ku rasa kau cukup diam untuk tidak membuat ku tegang” jawabku yang langsung kembali menatap seonsanegnim di depan. Sehun pun tak berani mengajak ku berbicara selama pelajaran.
                    Akhirnya pelajaran pertama selesai, aku mengutuskan untuk tidak bermain di hutan dan memilih di kelas saja. Ternyata Sehun tak pergi dari bangkunya. Ia masih setia duduk di sampingku. Hingga akhirnya kelas sepi dan tinggal kami berdua saja.
“Kau tidak kekantin?” tanya Sehun.
“Ani” jawab ku sambil menggambar sebuah manga di lembaran terakhir buku ku.
“Apa malam ini, kau akan pergi ke pembukaan Mall?” tanyanya.
“Ne”
“Dengan siapa?”
“Orang Tuaku”
“Aku juga. Aku berharap kita bisa ketemu disana”
“Semoga” jawab ku sambil tersenyum kepadanya. Mendengar jawabannya hati ku terasa luluh begitu saja. Apalagi melihat wajahnya yang membuat ku tak tega itu.
“Kau punya uang?” tanyanya.
“Ne. Wae?”
“Aku boleh minta? 10 won saja?” ucapnya dengan wajah manisnya.
“…” aku hanya terdiam sambil membentuk mulut “O” dan membulatkan mataku mendengar ucapannya. Aku pun memberinya 10 won. Tak lama, ia bangkit dari duduknya dan berlari ke kantin dengan wajah berseri-seri.
                    Sorenya, aku bermain ke rumah Reiyuu. Karena kami memiliki janji untuk menggambar bersama. Setelah aku selesai menggambar, aku begitu bosan sampai aku merebahkan tubuh ku dilantai rumah Reiyuu. Reiyuu masih tampak sibuk mewarnai gambarannya.
“Ya, Reiyuu! kau tahu rumah Sehun?” tanyaku sambil masih berputar-putar dilantai.
“Sehun?”
“Ne. Aku ingin kerumahnya”
“Jinjja?”
“Kau tahu rumahnya?”
“Ne. Kajja!” Reiyuu langsung menarik tanganku dan mengajak ku keluar. Ia mengambil sepedanya dari samping rumahnya.
“Ppali!” ujarnya. Aku pun mengambil sepedaku dan langsung mengikuti Reiyuu dari belakang.
                    Cukup jauh dari rumah Reiyuu untuk ke rumahnya. Tiba-tiba kami sampai disebuah perumahan dan aku lihat Sehun sedang bermain sepak bola bersama temannya di sana. Aku terdiam melihatnya dan tersneyum lebar. Reiyuu yang melihat ku hanya tertawa.
“Hahaha” Reiyuu tertawa.
“Wae?” tanya ku.
“Hyo Mi?” ujar Sehun yang melihatku.
“Hah? Kajja kita pulang” ajakku. Ternyata aku terlambat. Kerah baju belakang ku sudah di tarik oleh Sehun. Tak ku sangka ia berlari bergitu cepat kearah ku.
“Ya! lepaskan. Nanti bisa sobek” ujar ku memberontak sampai sepeda ku terjatuh.
“Jakanman! kau mau kemana?” tanyanya.
“Tentu saja mau pulang” jawabku dengan masih mencoba melepaskan tangannya dari kerah bajuku.
“Wae? ini kan pertama kalinya kau ke rumah ku” ujarnya yang melepaskan kerah baju ku.
“Aku ke sini cuman ingin tahu rumah mu saja” jawab ku sambil meraih sepedaku yang tergeletak tak berdaya.
“Kau tidak ikut bermain dulu?” tawarnya.
“Ani. Akukan yeoja. Masa yeoja main bola?”
“Kaukan tomboy”
“MWO?!” aku melihatnya dengan melotot.
“Hahaha, aku hanya bercanda. Kau cantik kok, chagi-ya” ucapnya. Aku langsung menatapnya jijik untuk ketiga kalinya. Kini bulu kuduk leher ku berdiri semua tanpa terkecuali.
“Kajja kita pulang, Reiyuu!” aku langsung mengayuh sepeda ku secepat mungkin. Aku tak menoleh sedikit pun ke belakang. Aku tetap fokus ke depan.
                    Malamnya, aku pergi bersama orang tua ku ke pembukaan Mall baru di kota Seoul. Sangat ramai dan cukup padat. Aku terus memegang erat tangan appa. Appa juga tak mau melepaskan genggaman ku. Eomma berjalan disamping ku dengan memegang pundakku.
                    Disetiap sudut, aku terus mencari Sehun. Tapi, tidak ada. Aku tak bisa menemukannya. Terlalu banyak orang di sini. Akhirnya kami sampai di sebuah restoran dilantai 2. Kami beristirahat sejenak dan makan disana. Dimalam itu, aku benar-benar tak bisa menemukannya. Hatiku cukup sedih tak bisa menemukanya.
=.=.=.=.=
                    Untuk hari kedua ini, aku mengikat rambut ku lagi. Mengikatnya seperti ikatan Cina. Diikat dua tinggi, lalu di gulung seperti kerang siput. Lalu di beri pita pink. Aku berangkat penuh dengan senyuman seperti hari kemarin. Yong In dan Na Eum yang melihat ku hanya menatap heran karena tingkah ku yang aneh itu.
“Sepertinya teman kita jiwanya sudah hilang di ambil Sehun” ketus Na Eum saat kami masuk ke kelas.
“Mwoya?” tanya ku.
“An-ani” jawab Na Eum sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.
                    Dihari itu berjalan seperti biasa. Sehun pun duduk dibangkunya kembali. Tapi, yang tidak biasa adalah Sehun kembali meminta uang ku pada saat jam istirahat. Kini rasanya ada sesuatu yang mulai mengganjal dihati ku.
“Jebal!” Sehun memohon kepadaku.
“Hah…” aku menghela nafas.
“Ne? ne? ne?” ujarnya merayu ku.
“Ini!” ujarku memberikan uangnya dengan kasar.
“Hahaha, gomawo chagi-ya. Aku jadi makin sayang sekali denganmu” ucapnya. Kini aku mulai mual-mual mendengarnya. Rasanya aku ingin lari ke toilet saja.
                    Malamnya, aku buka buku cerita ku yang sudah dibelikan eomma. Sebelum tidur aku mencoba membacanya. Tiba-tiba terlintas di pikiranku tentang Sehun. Aku merasa dia tidak menyukai ku seperti yang selama ini aku pikirkan. Apa dia hanya menyukai ku karena uang ku saja? apa mungkin? jika besok dia meminta uang ku lagi, aku akan memutuskannya. Karena aku merasakan begitu sakit di lubuk hatiku. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Walaupun hati ku pernah sakit sebelumnya karena sudah di tinggal Yi Fan pergi. Tapi, rasa sakit dari Yi Fan itu berbeda. Biar dia meninggalkan ku, tapi rasa cinta ku kepadanya tak pernah hilang sampai sekarang.
                    Paginya, aku mengikat satu rambut ku ke samping. Aku berangkat kesekolah dengan ekspresi biasa. Biasa sebelum aku memiliki rasa suka terhadap Sehun. Aku merasa suasana hati ku hari ini tampak lebih tenang dan damai dari sebelumnya.
“Wah…sepertinya jiwa Hyo Mi kembali, walaupun penampilannya tidak” ujar Na Eum.
“Emh. Waeyo? apa sesuatu terjadi?” tanya Yong In.
“Ani. Aku hanya merasa tenang…” jawabku.
“Merasa tenang setelah kembali memikirkan Yi Fan” pikirku dalam hati.
                    Di hari ini, aku sama sekali tidak menatap atau pun bicara kepada Sehun. Aku sengaja melakukannya agar mengetahui sikapnya itu. Aku ingin tahu, apa dia akan meminta uang ku lagi.
                    Jam istirahat tiba, aku masih duduk di bangku ku untuk menunggu reaksi Sehun. Aku membuka buku gambar ku dan menggambar manga di atas kertas putih itu.
“Chagi-ya!”  panggil Sehun lembut penuh dengan rayuan gombal menghampiriku.
“Ne, Oppa” jawab ku ikut gombal.
“Aku lupa bawa uang. Boleh aku minta uang mu? jebal cahgi-ya?” ucapnya sambil mengedipkan satu matanya kepadaku.
“Ne” jawab ku. Aku pun memberikan uang ku kepadanya.
“Gomawo chagi-ya” ucapnya tersenyum sangat lebar.
“Ne. Mulai sekarang kau jangan minta uang ku lagi dan jangan panggil aku CHAGI-YA LAGI” ujar ku membentaknya.
“A…” Sehun tak dapat berkata-kata setelah aku membentaknya. Semua mata memandang kami. Tema-teman ikut melongo melihat kami.
“Mulai sekarang kau bukan PACARKU LAGI. Mulai sekarang lupakan semua HUBUNGAN KITA. AKU MEMBENCIMU. KAU MATRE. KAU NAMJA MATA DUITAN. DASAR BUAYA” ucapku yang langsung berlari ke keluar kelas.
                    Aku berlari sekuat tenaga menuju hutan. Ku terobos hutan yang sekerang mulai tertutup ranting pohon itu. Aku merasakan perih di seluruh tubuhku. Semua ranting yang menghalangiku mengenai tubuhku. Aku merasa pipiku mulai basah karena air mataku yang mengalir. Aku merasakan begitu sakit dihatiku. Aku membencinya. Membenci Sehun, sangat membenci. Dia adalah orang yang paling jahat. Dia sudah menghancurkan harapanku.
                    Aku duduk ditenda ku, menangis sejadi-jadinya. Aku menekuk lutut ku. Aku terus memanggil nama Yi Fan di setiap nafasku yang tersengal-sengal ini. Aku berharap dialah yang datang menemui ku disini. Menghapus air mataku. Mengusir pengcanhur hatiku. Aku merasa sulit untuk mempercaiyai namja lagi. Sangat sulit.
TIK, TIK, TIK, DRESSSS…
                    Hujan membasahi seluruh kota Seoul. Disini aku duduk sendiri di tengah hutan belantara. Tak ada siapa-siapa disini. Butiran-butiran air mulai menembus atap dedaunan tenda ku. Baju seragam ku mulai basah. Tiba-tiba aku mendengar langkah seseorang mendekati tendaku.
“Reiyuu!” ucapku dengan masih tersengal-sengal karena tangisanku.
“Kajja! disini hujan” ucapnya. Aku melihat seluruh tubuhnya basah karena hujan. Aku tak mau membuatnya menunggu. Aku berdiri dan digandeng Reiyuu keluar hutan.
                    Reiyuu membawaku ke UKS. Dia mengobati setiap lukaku. Dia membersihkan dengan sangat pelan. Aku merasakan basah dikakiku. Sesuatu menetes dikakiku.
“Jebal! jangan menangis lagi” ucapnya. Aku tersentak mendnegarnya dan melihatnya menangis.
“Jebal!” ucapnya menundukkan kepalanya.
“Ani. Aku tidak menangis. Aku menangis karena hujan. Aku ikut menangis karena hari yang mendung ini” ucapku sambil menghapus air mataku.
“…” Reiyuu diam , tapi tersenyum.
“Sudah selesai! kau mau ikut aku main kapal-kapalan?” tawarnya.
“Ne. Aku mau” jawab ku sambil tersenyum.
                    Reiyuu membuatkan ku kapal dari sebuah kertas. Aku mengambilnya dan meletakkannya di atas air yang sudah menggenangi halaman sekolah kami. Kami meniupnya bersama-sama sekuat tenaga. Kapal kami berlayar dengan cepat. Kami tersenyum bersama. Kami memandang langit yang mulai cerah di sudut awan yang hitam. Hujan deras beruba rerintikan. Kapal kami sudah berlayar jauh keseberang seiring waktu yang aku lalui.
=.= 1 tahun kemudian =.=
“Selamat!” ucap beberapa seonsaengnim kepadaku.
“Khamsahamnida” ucapku menundukkan kepala sambil memegang piala.
“Kau harus berjuang di tingkat Nasional nanti” pesan seonsaengnim.
“Ne. Aku akan berusaha” jawabku.
                    Sekarang semua seonsaegnim mengakui perjuangan ku untuk membuktikan bahwa aku tidak sebodoh yag dikira oleh eomma Kyu Nim. Aku memiliki sesuatu yang bisa membanggakan.Sekarang semua terbukti setelah aku mengikuti sebuah lomba yang akan masuk ke tingkat Nasional. Teman-teman pun selalu mendukungku untuk itu.
                    Setelah aku melupakan semua kejadian satu tahun lalu, aku lebih fokus pada pelajaran dan bakatku. Ada seorang seonsanegnim yang mau mengembangkan bakat ku yang terpendam. Jadi, aku mau melakukannya demi masa depanku. Disini aku membuktikan bahwa aku bisa. Mereka bisa, kenapa aku tidak? itulah motto hidupku kedepan.

[THE END]

Close Song=> Boyfriend_Janus
Tamat deh yang kedua….gimana? dikomen en dilike yah…karena author masih membutuhkan dukungan dan kemajuan bakat author yang tenggelam di selokan #nasib-nasib. Nah…akan ada kelanjutannya yang ketiga lagi. Ini kisah Cinta di SMA. Kenapa tidak di SMP? mau tahu? tahu mau? atau tempe? #digeplak readers. Ditunggu aja ya, di ff selanjutnya…BUAHAHAHAHAHA #Kris bergidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar