THI IS MY LOVE STORY 2
Author : Han Hyo Mi
Main Cast : Han Hyo Mi as Readers and Oh Sehun
Sups Cast : Lee Yong In, Choi Na Eum, Oh Kyu Nim
and Reiyuu Dynataka
Genre : Romantic and School Live
Sound Track : F(x)_Thrill Love
Yap…lanjut lagi ff tentang
author. Sekeranag kita memasuki tingkat SD. Cie…SD #pernah SD juga thor?. Ya
iyalah. Disini author pernah mengalami kisah cinta. Love Monkey atau Cinta
Bakatan #wkwkwkwk XD. Yap…tanpa banyak comberan dari author yuks ke langsung reading…^^
=.=.=.=.=
Pemberontakan di Haeyu telah mereda. Aku, Eomma dan
Appa sudah kembali kerumah dan jalani kehidupan seperti biasa. Tapi, kami
kehilangan satu calon anggota keluarga. Eomma mengalami keguguran. Appa tampak
begitu sedih. Apalagi aku yang berharap menjadi seorang kakak ini.
3 tahun berlalu sudah aku jalani masa-masa ku di SD.
Aku masih lengket dengan Yong In. Ketika di kelas 3 SD, kami mendapatkan 1
teman baru yang pindah ke sekolah dan kelas kami. Ia adalah Choi Na Eum.
Pindahan dari Boseong. Kami sudah berteman 1 tahun lamanya hingga kami duduk di
bangku kelas 4 SD.
“JAKANMAN!” kami berteriak
bersamaan didepan gerbang sekolah.
“Hah…hah…” kami kewalahan.
“Cih…lagi-lagi kalian!
cepat masuk!” perintah pak satpam.
“Hahaha, gomawo” ucapku terkekeh.
Kami segera mengayuh sepeda kami dan memarkirkannya
di parkiran sepeda. Semua murid sudah berbaris dengan rapi di lapangan.
Sedangkan kami, masih berlari menuju lapangan. Kami lempar tas kami dan segera
ikut berbaris di barisan paling belakang.
“Hah, kalian ini selalu
saja nyaris terlambat!” ucap salah satu teman kami.
“Mianhae, ini gara-gara
kalian menunggu ku” ucapku menundukan kepala.
“Ani. Kitakan teman. Kita
harus setia” jawab Yong In diikuti anggukan Na Eum.
“Alah, setia, setia” sahut
teman namja kami.
“Wae?” tanya ku dingin.
“Hah…an-ani” jawab namja
itu gagap.
Kami pun memulai senam pagi dilapangan. Yang paling
semangat adalah kami bertiga. Apalagi aku, debu pasir saja bertebaran karena
sepatuku. Tapi, aku tetap fokus senam pagi. Setelah selesai senam pagi, kami
langsung masuk ke kelas masing-masing.
“Eh, eh, ada anak baru
tuh!” ujar temanku berlari kedalam kelas.
“Mana? mana?” semua teman
ku kecuali aku berlari keluar kelas.
“Wah, seonsaengnim!”
mereka terkejut melihat seonsaengnim menuju kelas.
“Siapa?” tanyaku pada Yong
In yang duduk dibelakang ku.
“Seonsaengnim” jawabnya
ngos-ngosan.
“Ani. Murid barunya?”
tanyaku.
“Oh, gak tau” jawabnya
mengangkat pundaknya.
“Hah…” aku menghela nafas.
“Annyeong” sapa
seonsaengnim masuk ke dalam kelas.
“Annyeong” jawab kami
serentak.
Aku melihat seorang yeoja berdiri disamping
seonsaengnim. Badanya tinggi melebihi seonsaengnim. Rambutnya keriting
sepundak. Ia menundukkan wajahnya. Pasti dia murid baru.
“Dikelas kita kedatangan
murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu!” ujar seonsaengnim.
“Ah, e…e…Watashinonamaeha Reiyuu
Dynataka desu. Watashi wa Reiyuu yobu. Watashi wa Japan kara ido” ujar yeoja murid baru
itu.
SWIIIIING (angin lewat)
“…” semua hening ketika yeoja itu berbicara.
“Mwo? apa yang dia katakan?” ujarku.
“…” semua hanya mengangkat pundaknya.
“Ah, mianhae. Jenuen Reiyuu Dynataka imnida.
Panggil saja Reiyuu. Saya pindahan dari Jepang” ujarnya.
“Wuu…” semua bersorak.
“Ya sudah, silahkan duduk disana, Reiyuu!” ujar
seonsaengnim menunjuk ke bangku belakang. Aku terus menatapnya hingga duduk di
bangkunya.
“Hari ini seonsaengnim ada rapat bersama
seonsaengnim lainnya. Seon akan memberikan kalian tugas menggambar. Temanya
hewan dan manusia. Kumpulkan di ruang Seon tepat jam istirahat nanti. Arra?”
pesan Seonsaengnim.
“Ne, arraseoh” jawab kami bersamaan.
Aku
ambil buku gambarku, pensil dan penghapus. Aku berpikir sejenak. Apa yang akan
ku gambar? manusia? siapa? eh... Aku menulusuri seisi kelas yang saat ini
hening. Teman-teman sibuk menggambar. Sedangkan aku, kebingungan ingin
menggambar apa? Kulihat sebuah buku yang menarik perhatianku. Buku dengan cover
depan anime perempuan yang cantik. Kulihat pemilikinya. Dia adalah..
“Oh Sehun, kau malaikat ku!” ujarku yang
langsung menghampirinya.
“Sehun, itu buku tulis mu?” tanya ku.
“Hah, ne. Wae?” tanyanya.
“Hahahaha, boleh aku meminjamnya?”
“Ne. Ambil saja” ujarnya memberikan bukunya.
“Aku pinjam yah?” ujar ku tersenyum. Aku
kembali ke bangku ku.
Aku
mulai menggaris bentuk wajah anime di cover depan buku Sehun itu. Setelah wajah
selesai, aku lanjutkan membuat rambut dan seluruh tubuhnya. Lalu, aku mulai
mewarnai gamabarnku dengan pensil warnaku.
“TADA, selesai!” ucapku sambil berdiri dengan
riang.
“Ya! kau cepat kumpul!” perintah Kyu Nim si
ketua kelas.
“Hah, semuanya sudah?” tanyaku bingung.
“Ne. Kau saja yang paling lambat. Ppali!”
ujarnya merampas gambaranku.
“Wah…ini gambaramu?” tanya Kyu Nim.
“Ne” jawabku.
“Mana? mana? aku ingin lihat hasilnya”
ujarSehun ikut melihat gambaranku.
“Wah…aku tidak percaya kau bisa menggambar.
Selama ini kau hanya menggambar gunung, gunung dan gunung” ujar Sehun. Aku
langsung mengerut dahiku.
“Hahah, tap-tapi ini sebuah kemajuankan? kau seperti
seorang Mangaka” ujar Sehun mencoba menghiburku.
“Mana?” Yong In dan Na Eum ikut menghampiri.
“Wah…aku tidak menyangka kau bisa menggambar
manusia” ujar Yong In.
“Hyo Mi, DAEBAK!” Na Eum memberikan ibu jarinya
tepat didepan wajahku.
“Ne. Aku
ingat pesan Min Ah Seonsaengnim.Dia bilang kalau menggambar itu bentuknya harus
sesuai” ujar ku.
“Ya sudah, aku kumpul” ujar Kyu Nim membawa
buku gambarku.
Aku
tatap murid baru yang sedari terus melihatku. Aku balas dengan senyuman. Aku
menghampirinya dan mencoba membuatnya menjadi temanku.
“Kau tadi menggambar apa?” tanyaku.
“Hah, eh…tidak apa-apa”
“Hoh…masa? Lalu, kau tadi menggambar apa?”
“Eh…oh ya, gambaran mu bagus”
“Tahu dari mana?”
“Buktinya mereka mengagumi gambarmu”
“Ah, tidak juga” ujarku malu-malu.
“Yong In! Kajja, kita ke kantin!” ajak Kyu Nim.
“Aku ikut!” aku berteriak menghampiri Kyu Nim.
“…” Kyu Nim mengerut dahinya.
“Wae?” tanyaku.
“Ani. Kajja!” ujar Kyu Nim.
Aku
pun ke kantin bersama Yong In dan Kyu Nim C.S. Selama itu, aku tidak pernah
dihiraukan mereka. Yong In pun tak mengatakan sepatah kata pun kepadaku. Mereka
hanya asik sendiri. Aku benar-benar merasa bosan sungguh membosankan. Aku
melihat Sehun bersama teman-temannya masuk ke hutan samping sekolah. Aku
langsung pergi meninggalkan Yong In dan Kyu Nim C.S.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya ku melihat
mereka membuat jalan masuk ke hutan.
“Ssst” Sehun menyuruh ku diam.
“O.k. Kalian sedang apa?” tanyaku sedikit
berbisik.
“Kami ingin membuat markas didalam hutan. Kau
mau ikut?” tawar Sehun.
“Hah? aku?”
“Ne. Ikut saja!” ujar teman Sehun. Aku pun
menerima tawaran mereka.
Aku
merasa sedikit takut. Karena didalam hutan itu berbahaya. Bisa saja ular akan
menyerang kami. Aku berjalan tepat dibelakang mereka. Semakin ke dalam semakin
gelap.
“Ini! pakai kayu ini” ujar Sehun memberikan
potongan kayu kepadaku.
“Untuk apa?” tanyaku.
“Kau potong ranting pohon yang mengahalangi”
ujar Sehun.
“Ah, ne” jawab ku mengambil kayu itu.
Tak
lama kami sampai di tengah hutan. Kami menemukan pohon-pohon yang di penuhi
bunga anggrek putih. Benar-benar indah dan sangat indah. Ada rerumputan di
tengah-tengahnya. Aku duduk sejenak melepas lelah.
“Wae?” tanya Sehun.
“Hahaha. Ani” jawab ku yang langsung berdiri.
TENG, TENG, TENG….
“Hah, masuk!” ujar ku yang langsung berlari
meninggalkan mereka.
Mereka
berlari tepat di belakangku. Sesampai di kelas, tak lama seonsaengnim masuk ke
dalam kelas. Semua hening kecuali aku yang masih mengatur nafas.
“Yong In!” panggil ku membalik badan ke
belakang.
“Ne?” tanyanya.
“Tadi aku…” aku terdiam saat melihat Sehun.
“Sssst” Sehun mengisyaratkan untuk diam.
“Tadi apa?” tanya Yong In.
“Ah, aniyo” jawabku.
“Hehemh…Hyo Mi” tegur seonsaengnim.
“Hah, mianhae” jawabku gagap dan langsung
membuka buku.
Mulai
saat itu, aku lebih sering menghabiskan waktu ku dihutan. Karena Yong In
semakin menjauhi ku. Walaupun pulang dan berangkat sekolah bersama, aku merasa
kami semakin renggang. Ia memilih bersama Kyu Nim yang lebih pintar dari aku.
Selain itu, dia ketua kelas, anak guru dan selalu mendapatkan peringkat 1.
Jadi, tidak salah kalau Yong In berteman dengannya dari pada aku yang bodoh
ini.
Selamat Tinggal Kelas 4, Selamat Datang Kelas 5
Sekarang
aku dan teman-teman ku duduk dibangku kelas 5. Tak terasa 2 tahun lagi kami
akan lulus dan meninggalkan sekolah ini. Banyak pengalaman yang aku alami
semenjak duduk di sekolah ini. Tapi, yang paling menyakitkan ketika, Eomma Kyu
Nim menjadi wali kelas kami di kelas 3. Disana aku terus ditekan dan dicap
jelek oleh eomma Kyu Nim. Akhirnya semua guru menganggap aku adalah murid yang
nakal dan bodoh. Tak banyak guru yang percaya dengan ku hingga sekarang.
“Yong In…” panggil ku sambil menaikki sepedaku.
“Ne?” tanyanya.
“Apa kau marah dengan ku?” tanyaku.
“Marah kenapa? memangnya ada apa?”
“Hah…aniyo. Gwaencana. Ku kira kau marah
denganku. Karena aku merasa kau semakin jauh saja dengan ku” jelas ku dengan nada
suara murung.
“Hahah…mungkin itu perasaanmu saja” jawab Yong
In.
“Kajja, kita berangkat!” ujar ku membentuk
senyum di bibirku.
“Eomma, aku berangkat dulu!” ujarku berpamita
dengan eommaku.
Kami
pun bergangkat ke sekolah seperti biasa. Untuk hari ini kami tidak terlambat
seperti biasanya. Kurang 5 menit sebelum masuk kami sudah di sekolah. Pelajaran
pertama berjalan dengan lancar. Jam yang ditunggu-tunggu sudah berbunyi.
TENG, TENG, TENG…
“Hyo Mi, kajja!” ajak Sehun kepadaku untuk
bermain di hutan.
“Jakanman, bolehkah aku mengajak teman-teman
ku?” tanyaku.
“Emh…boleh. Tapi, jangan untuk Kyu Nim”
ujarnya.
“O.k” jawab ku.
Ku
lihat Yong In sudah pergi bersama Kyu Nim ke kantin duluan. Aku langsung
menekuk bibirku melihatnya. Ku lihat murid baru itu hanya duduk disana. Kulihat
ia jarang sekali keluar kelas, kecuali ada seseorang yang mengajaknya. Aku pun
berniat mengajaknya.
“Reiyuu, kau ingin ikut ku bermain?” ajak ku.
“Bermain apa?” tanyanya.
“Ikut saja!” ujarku menarik lengannya.
“Na Eum, kau ikut juga?”
“Ne” jawabnya semangat.
“Kenapa kita kehutan?” tanya Reiyuu dengan nada
takut saat kami tiba di depan jalan menuju hutan.
“Ikut saja! kau akan tahu nanti” ujar ku
memberikan potongan kayu.
“Untuk apa ini?” tanya Na Eum.
“Untuk memotong ranting pohon yang
mengahalangi” jawab ku sesuai apa yang dikatakan Sehun.
“Oh…” jawab Na Eum dan Reiyuu bersamaan.
Tak
lama kami sampai di tempat dimana kami akan membangun tenda dari dedaunan dan
batang kayu di tengah hutan itu. Reiyuu dan Na Eum terdiam saat melihat
teman-teman namja kami sedang membangun tenda mereka. Mata mereka berdua
memancarkan kekaguman.
“Aku tidak tahu ada tempat seperti ini di hutan
ini” ujar Reiyuu yang mendekati teman-teman namja kami yang tengah sibuk.
“Oh, Reiyuu, Hyo Mi dan…” Sehun lupa.
“Na Eum” jawab Na Eum.
“Ne, Na Eum. Apa yang kalian lihat? ppali, buat
tenda kalian” ujar Sehun melempar batang kayu yang cukup besar kepadaku.
BUUK
“Akh…Sehun!” ujar ku yang terjatuh.
“Hahaha, mianhae” ujar Sehun memberikan
tangannya untuk ku. Aku terdiam sejenak untuk berpikir, apa dia membantuku
berdiri? Aku pun meraih tangannya.
“Ppali!” ajak ku kepada Reiyuu dan Na Eum.
“Apa yang kalian lakukan disini?” tanya Kyu Nim
yang menemukan kami.
“Ky-Kyu Nim?” ujar ku terbata-bata.
“Kyu Nim?” ujar Sehun yang terkejut.
“Kenapa kalian tidak pernah bilang kalau ada
tempat seperti ini disini?” ujarnya menghampiri kami.
“A…it-itu..” ujar Sehun bingung mencari
penjelasan.
“Itu karena…” sahut teman Sehun yang terpotong.
“Itu karena ini kejutan, hahaha” ujar ku.
“Kejutan?” ujar Yong In yang berdiri disebelah
Kyu Nim.
“Ne. Kami sengaja tidak memberitahunya dulu.
Karena ini kejutan untuk kalian. Tapi, karena kalian tahu lebih dulu, ya…sudah”
ujar ku sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal.
“Oh…berarti sekarang kami boleh ikut bermain
disinikan?” tanya Kyu Nim.
“Eh, Ne. Tentu saja” jawab Sehun.
“Hyo Mi” panggil Yong In.
“Mwo?” ujarku.
“Kenapa kau tidak pernah bilang ada tempat
seperti ini kepadaku?” tanyanya.
“Kan ini kejutan. Bukan kejutankan kalau aku
bilang ke kamu?” ujarku mencoba tidak gugup.
“Benar juga, yah? kau memang teman terbaikku,
Hyo Mi” ujarnya menepuk pundakku.
“Ah…hahaha” aku hanya terkekeh.
Kami
semua pun membuat tenda kecil yang muat untuk berdua. Aku mengajak Yong In
untuk membangun tenda bersama. Tapi, aku terlambat. Ia sudah diajak Kyu Nim
lebih dulu dariku. Akhirnya aku mulai membangun tenda ku sendiri.
“Hyo Mi, boleh aku membantu mu?” tawar Reiyuu
sambil membawa beberapa dedaunan yang sudah ia ragkai menjadi atap.
“Boleh” jawab ku tersenyum kepadanya.
=.=.=.=.=
Hari
ini, saat sampai disekolah aku lihat ada beberapa yeoja dan beberapa namja
berpakain seragam yang berbeda dengan kami. Dia tampak lebih tua dari kami dan
lebih muda dari seonsaengnim kami di sekolah. Mereka tampak seperti guru yang
masih muda.
TENG, TENG, TENG…
“Ppali!” ujar Yong In mengajak ku dan Na Eum.
“Hah..hah..” aku kewalahan saat sampai di
kelas. Aku melihat seorang yeoja yang seperti guru itu masuk bersama
seonsaengnim.
“Annyeong” sapa seonsaengnim.
“Annyeong” jawab kami.
“Hari ini sampai 3 bulan ke depan, seonsaengnim
ini yang akan mengajar” ujar seonsaengnim menunjuk kearah yeoja yang seperti
seonsaengnim itu.
“Dia adalah seonsaengnim dari Universitas
Nasional Seoul. Dia disini untuk melakukan praktek pengajaran. Jadi, hargai dia
seperti kalian menghargai seonsaengni. Arra?”
“Ne. Arra” jawab kami. Seonsaengnim pun
meninggalkan kami.
“Annyeong haseyo. Jeneun Go Jin Young imnida.
Panggil saja Jin Young eonnie atau Jin Young noona” ujarnya memperkenalkan
diri.
“Sekarang buka buku paket Bahasa Inggris
kalian. Eonnie akan melanjutkan pelajaran seonsaengnim kalian” ujar eonnie Jin
Young yang juga membuka bukunya.
“Eh, kau tahu? Mall baru akan dibuka” ujar
Sehun yang berbicara dengan temannya. Suaranya terdengar cukup jelas.
“Jinjja?” tanya temannya.
“Ne. Aku akan kesana. Rencananya dengan pacar
sih” ujar Sehun sombong.
“Alah, so. Emang kamu punya pacar?” ujar
temannya.
“Hehemh…tolong yang disana. Baca halaman 21”
perintah eonnie.
“Si-siapa?” tanya Sehun.
“Kau” ujar eonnie.
“Ba-baiklah” jawab Sehun gagap.
“This is….this is…apa ini?” tanya Sehun kepada
teman sebelahnya.
“Mana aku tahu” jawab temannya.
“Maju kedepan” ujar eonnie menyuruh Sehun.
“Ne” jawab Sehun lemas. Sehun berjalan agak gontai
ke depan kelas.
“Nyanyikan lagu bahasi inggris yang kamu bisa?”
ujar seonsaengnim.
“Hah? M-mwo? aku gak bisa” jawab Sehun dengan
kebingungan.
“Lalu, lagu apa yang bisa kau nyanyikan?” tawar
eonnie.
“C.N. Blue yang judulnya Love Girl”
“Waw…untuk siapa?” tanya eonnie mulai tertarik.
“Un-untuk…” Sehun tampak berpikir sambil
menelusuri satu-satu temannya.
“Hyo Mi” ujar Sehun menunjuk kearah ku. Sontak
aku langsung bergidik mendengarnya. Semua mata kearah ku. Pipi ku mulai merah
merona karena ucapan Sehun.
“Wu…kajja, nyanyikan lagunya!” perintah eonnie.
I want you oh my love naman barabwajwo
Neomaneul saranghae sesang modu byeonhaedo
Oh my love neoman bomyeon ddwineun gaseum eonjeggajina
Neoman damgo isseulge
L.O.V.E Girl, nae soneul japgo Fly
L.O.V.E Girl, uh uh, nareul mitgo Fly high
L.O.V.E Boy, Ye-Ye-Yes we can fly to the sky
L.O.V.E Boy, I will take you there baby
“Khamsahamnida” ujarSehun
mengakhiri nyanyiannya.
PLOK, PLOK, PLOK…
“Hah?” aku masih melongo
melihat Sehun.
“Ciee…ada yang jadian
nih” sindir teman Sehun.
“Mwo?” ujar ku langsung
menatapnya.
“Kayaknya Sehun menyukai
mu” Yong In ikut-ikutan menyindir ku.
“Ihs…aniyo” jawab ku yang
langsung menekuk wajahku. Kini aku sungguh malu. Benar-benar malu. Bisa-bisanya
Sehun mengatakan hal seperti itu didepan semua teman-teman dan eonnie.
“Hehemh…sekarang, Sehun
kembalilah ke bangku mu. Kita lanjutkan pelajaran kita” ujar eonnie.
Dipelajaran bahasa inggris itu, aku benar-benar
tidak bisa menerima pelajarannya. Sedari aku terus menekuk wajahku sambil
mendengarkan penjelasan eonnie yang tampak angin lewat ditelingaku. Sesekali
aku lirik ke belakang tempat dimana Sehun duduk. Dia tersenyum kepadaku. Deg…jantungku
berdetag lebih keras dan lebih cepat. Aku langsung menampakkan wajah jijik ku
kepadanya. Aku takut dia mengetahui kegugupanku. Aku langsung memalingkan
wajahku.
Tak terasa jam pulang sekolah sudah bertanda,
sedari sejak pelajaran pertama, aku hanya duduk dikelas menyimpan rasa malu
dengan merebahkan kepalaku di atas meja. Aku berjalan keluar kelas dengan
gontai diiringi Na Eum.
“Dimana Yong In?” tanyaku
kepada Na Eum.
“Itu!” tunjuk Na Eum
kepada Yong In yang berjalan dengan Kyu Nim C.S.
“Hyo Mi, Na Eum, kalian
pulang duluan saja, aku ingin main ke rumah See Heon dengan Kyu Nim” ucap Yong
In.
“Jadi, kami tidak
diajak?” ujarku dalam hati.
“Ne. Sepertinya juga kami
tidak diperlukan” jawabku menarik lengan Na Eum untuk pergi dari hadapan
mereka.
“Kenapa Yong In tidak
mengajak kita?” tanya Na Eum.
“Karena kita orang bodoh.
Cocok saja dia berteman dengan orang pintar seperti Kyu Nim” oceh ku mengajak
Na Eum ke samping sekolah.
“Tapi, aku rasa Kyu Nim
yang merebut Yong In dari kita. Kyu Nim selalu saja membawa Yong In tanpa kita”
ujar Na Eum.
“Terserahlah. Aku gak
cuman punya teman Yong In. Masih ada kamu yang mau berteman denganku. Aku jika
tidak membutuhkan teman yang hanya membuangku dan melupakan ku saja” ketus ku.
Kami sampai di depan jalan ke hutan. Aku
mengambil kayu yang cukup besar dan mengajak Na Eum ke dalam hutan. Kami ingin
bermain sebentar ke sana. Paling tidak aku ingin menenangkan pikiran ku hari
ini. Sesampai di sana aku dikejutkan sesuatu.
“Hah?” mata ku membulat sempurna
pada sebuah rangkai dedaunan berbentuk LOVE.
“Maukah kau jadi
pacarku?” ucap seseorang dari belakang ku.
“Hah? Se-sehun?” ujar ku
gagap saat membalik badanku kebelakang.
“Terima! Terima!” teriak
teman-teman yang keluar dari semak-semak hutan. Ku lihat Yong In dan Kyu Nim
C.S juga datang ke dalam hutan. Mereka ikut meneriakki ku.
“Yong In, apa kau ikut dalam
rencana ini?” tanyaku.
“Hehehe” Yong In
terkekeh.
“Kau jahat Yong In! aku
hampir saja berpransangka buruk denganmu” ujar ku memeluk Yong In.
“Mianhae. Aku tidak
mungkin meninggalkan sahabat ku sejak kecil” ujar Yong In yang membalas pelukkanku.
“Eh…itu, aku juga merasa
suka denganmu. Tapi,aku bingung dengan perasaanku sendiri” ujar ku menghadap
Sehun.
“Terima saja!” Reiyuu
berteriak.
“Terima saja!” ujar Na
Eum.
“Ne” jawabku.
“Jin-jinjjayo? kau mau
jadi yeojachinguku?” tanya Sehun mendekatiku.
“Eh, n-ne” jawab ku gagap
dengan menundukkan wajahku.
“Yes! Yuhu…” Sehun
berteriak dengan loncat-loncat. Aku hanya berdiri kaku menahan wajahku yang merah
merona.
=.=.=.=.=
Pagi-pagi sekali aku sudah menunggu Yong In dan
Na Eum di depan rumah. Aku sengaja bangun pagi, agar eomma bisa mengikat
rambutku. Rambutku dikuncir dua tinggi dengan pita merah. Eomma sempat bingung,
kenapa aku meminta rambutku diikat. Karena hatiku sedang berbunga-bunga. Tapi,
aku tidak bilang dengan eomma. Aku hanya tersenyum pada eomma.
“Hyo Mi!” panggil Yong In
dengan suara ciri khasnya dari kejauhan.
“Kajja!” ujarku mulai
mengayuh sepedaku.
“Tumben kau ikat rambut.
Biasanya cuman pakai bando saja” ujar Na Eum yang akhirnya menyadari
penampilanku.
“Hehehe” aku hanya
terkekeh.
“Biasa, orang lagi
kasmaran” Yong In menggodaku. Aku hanya mengerut dahi ku sambil menatapnya.
Sesampai disekolah, kami bergegas ke kelas karena
seonsaengnim tampak akan masuk ke kelas. Sebelum duduk ke bangku, mataku
tertuju pada Sehun yang sedari terus melihat ku sejak aku masuk ke kelas. Aku
mengerut dahi ku. Tapi, ia tersenyum dan mengedipkan satu matanya. Aku langsung
menatapnya jijik untuk yang kedua kalinya. Karena aku malu plus gugp kalau
sudah diperlakukan seperti itu oleh seorang namja.
“Sepertinya malam ini kau
jadi akan pergi dengan pacarmu ke pembukaan Mall itu?” ujar teman Sehun yang
mulai berisik.
“Tentu saja” jawab Sehun.
Aku mendengarnya dan aku langsung bergidik.
“Hehemh. Dari kemarin kau
terus ribut. Sekarang bawa tas mu dan duduk disini!” tunjuk seonsanegnim ke
bangku sebelah ku.
“Disini?” tanya Na Eum
yang duduk di sebelahku.
“Ne. Kau duduk di
belakang. Seon terganggu kalau mereka terus berbicara” ujar seonsaengnim.
“Ciee…duduk berdua” goda
teman-teman ku. Aku hanya menundukkan wajah ku karena malu. Mungkin sekarang
sudah menjadi tomat busuk, karena terlalu masak.
“Annyeong!” sapa Sehun
yang sudah duduk disebelah ku. Aku langsung mendorong wajahnya ke samping.
“Y-ya!” Sehun berteriak.
Tapi, tak aku hiraukan.
Selama pelajaran seonsanegnim, aku benar-benar
tegang dan tak bergerak dari possiku. Aku juga tak berani melihat Sehun yang
sedari terus mengajak ku bicara. Akhirnya aku merasa terganggu karena Sehun
terus mencoba mengajak ku berbicara. Aku menatapnya.
“Kau tidak bisa diam?”
tanyaku.
“Wae? apa aku
mengganggu?”
“Mengganggu sekali”
jawabku.
“Ah, mianhae. Aku hanya
ingin membuat mu tidak tegang” ujarnya.
“Jadi, ku rasa kau cukup
diam untuk tidak membuat ku tegang” jawabku yang langsung kembali menatap
seonsanegnim di depan. Sehun pun tak berani mengajak ku berbicara selama
pelajaran.
Akhirnya pelajaran pertama selesai, aku
mengutuskan untuk tidak bermain di hutan dan memilih di kelas saja. Ternyata
Sehun tak pergi dari bangkunya. Ia masih setia duduk di sampingku. Hingga
akhirnya kelas sepi dan tinggal kami berdua saja.
“Kau tidak kekantin?”
tanya Sehun.
“Ani” jawab ku sambil
menggambar sebuah manga di lembaran terakhir buku ku.
“Apa malam ini, kau akan
pergi ke pembukaan Mall?” tanyanya.
“Ne”
“Dengan siapa?”
“Orang Tuaku”
“Aku juga. Aku berharap
kita bisa ketemu disana”
“Semoga” jawab ku sambil
tersenyum kepadanya. Mendengar jawabannya hati ku terasa luluh begitu saja.
Apalagi melihat wajahnya yang membuat ku tak tega itu.
“Kau punya uang?”
tanyanya.
“Ne. Wae?”
“Aku boleh minta? 10 won
saja?” ucapnya dengan wajah manisnya.
“…” aku hanya terdiam
sambil membentuk mulut “O” dan membulatkan mataku mendengar ucapannya. Aku pun
memberinya 10 won. Tak lama, ia bangkit dari duduknya dan berlari ke kantin
dengan wajah berseri-seri.
Sorenya, aku bermain ke rumah Reiyuu. Karena kami
memiliki janji untuk menggambar bersama. Setelah aku selesai menggambar, aku
begitu bosan sampai aku merebahkan tubuh ku dilantai rumah Reiyuu. Reiyuu masih
tampak sibuk mewarnai gambarannya.
“Ya, Reiyuu! kau tahu
rumah Sehun?” tanyaku sambil masih berputar-putar dilantai.
“Sehun?”
“Ne. Aku ingin kerumahnya”
“Jinjja?”
“Kau tahu rumahnya?”
“Ne. Kajja!” Reiyuu
langsung menarik tanganku dan mengajak ku keluar. Ia mengambil sepedanya dari
samping rumahnya.
“Ppali!” ujarnya. Aku pun
mengambil sepedaku dan langsung mengikuti Reiyuu dari belakang.
Cukup jauh dari rumah Reiyuu untuk ke rumahnya.
Tiba-tiba kami sampai disebuah perumahan dan aku lihat Sehun sedang bermain
sepak bola bersama temannya di sana. Aku terdiam melihatnya dan tersneyum
lebar. Reiyuu yang melihat ku hanya tertawa.
“Hahaha” Reiyuu tertawa.
“Wae?” tanya ku.
“Hyo Mi?” ujar Sehun yang
melihatku.
“Hah? Kajja kita pulang”
ajakku. Ternyata aku terlambat. Kerah baju belakang ku sudah di tarik oleh
Sehun. Tak ku sangka ia berlari bergitu cepat kearah ku.
“Ya! lepaskan. Nanti bisa
sobek” ujar ku memberontak sampai sepeda ku terjatuh.
“Jakanman! kau mau
kemana?” tanyanya.
“Tentu saja mau pulang”
jawabku dengan masih mencoba melepaskan tangannya dari kerah bajuku.
“Wae? ini kan pertama
kalinya kau ke rumah ku” ujarnya yang melepaskan kerah baju ku.
“Aku ke sini cuman ingin
tahu rumah mu saja” jawab ku sambil meraih sepedaku yang tergeletak tak
berdaya.
“Kau tidak ikut bermain
dulu?” tawarnya.
“Ani. Akukan yeoja. Masa
yeoja main bola?”
“Kaukan tomboy”
“MWO?!” aku melihatnya
dengan melotot.
“Hahaha, aku hanya
bercanda. Kau cantik kok, chagi-ya” ucapnya. Aku langsung menatapnya jijik
untuk ketiga kalinya. Kini bulu kuduk leher ku berdiri semua tanpa terkecuali.
“Kajja kita pulang,
Reiyuu!” aku langsung mengayuh sepeda ku secepat mungkin. Aku tak menoleh
sedikit pun ke belakang. Aku tetap fokus ke depan.
Malamnya, aku pergi bersama orang tua ku ke
pembukaan Mall baru di kota Seoul. Sangat ramai dan cukup padat. Aku terus
memegang erat tangan appa. Appa juga tak mau melepaskan genggaman ku. Eomma
berjalan disamping ku dengan memegang pundakku.
Disetiap sudut, aku terus mencari Sehun. Tapi,
tidak ada. Aku tak bisa menemukannya. Terlalu banyak orang di sini. Akhirnya
kami sampai di sebuah restoran dilantai 2. Kami beristirahat sejenak dan makan disana.
Dimalam itu, aku benar-benar tak bisa menemukannya. Hatiku cukup sedih tak bisa
menemukanya.
=.=.=.=.=
Untuk hari kedua ini, aku mengikat rambut ku
lagi. Mengikatnya seperti ikatan Cina. Diikat dua tinggi, lalu di gulung
seperti kerang siput. Lalu di beri pita pink. Aku berangkat penuh dengan
senyuman seperti hari kemarin. Yong In dan Na Eum yang melihat ku hanya menatap
heran karena tingkah ku yang aneh itu.
“Sepertinya teman kita
jiwanya sudah hilang di ambil Sehun” ketus Na Eum saat kami masuk ke kelas.
“Mwoya?” tanya ku.
“An-ani” jawab Na Eum
sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.
Dihari itu berjalan seperti biasa. Sehun pun
duduk dibangkunya kembali. Tapi, yang tidak biasa adalah Sehun kembali meminta
uang ku pada saat jam istirahat. Kini rasanya ada sesuatu yang mulai mengganjal
dihati ku.
“Jebal!” Sehun memohon
kepadaku.
“Hah…” aku menghela
nafas.
“Ne? ne? ne?” ujarnya
merayu ku.
“Ini!” ujarku memberikan
uangnya dengan kasar.
“Hahaha, gomawo chagi-ya.
Aku jadi makin sayang sekali denganmu” ucapnya. Kini aku mulai mual-mual
mendengarnya. Rasanya aku ingin lari ke toilet saja.
Malamnya, aku buka buku cerita ku yang sudah
dibelikan eomma. Sebelum tidur aku mencoba membacanya. Tiba-tiba terlintas di
pikiranku tentang Sehun. Aku merasa dia tidak menyukai ku seperti yang selama
ini aku pikirkan. Apa dia hanya menyukai ku karena uang ku saja? apa mungkin?
jika besok dia meminta uang ku lagi, aku akan memutuskannya. Karena aku
merasakan begitu sakit di lubuk hatiku. Aku belum pernah merasakan ini
sebelumnya. Walaupun hati ku pernah sakit sebelumnya karena sudah di tinggal Yi
Fan pergi. Tapi, rasa sakit dari Yi Fan itu berbeda. Biar dia meninggalkan ku,
tapi rasa cinta ku kepadanya tak pernah hilang sampai sekarang.
Paginya, aku mengikat satu rambut ku ke samping.
Aku berangkat kesekolah dengan ekspresi biasa. Biasa sebelum aku memiliki rasa
suka terhadap Sehun. Aku merasa suasana hati ku hari ini tampak lebih tenang
dan damai dari sebelumnya.
“Wah…sepertinya jiwa Hyo
Mi kembali, walaupun penampilannya tidak” ujar Na Eum.
“Emh. Waeyo? apa sesuatu
terjadi?” tanya Yong In.
“Ani. Aku hanya merasa
tenang…” jawabku.
“Merasa tenang setelah
kembali memikirkan Yi Fan” pikirku dalam hati.
Di hari ini, aku sama sekali tidak menatap atau
pun bicara kepada Sehun. Aku sengaja melakukannya agar mengetahui sikapnya itu.
Aku ingin tahu, apa dia akan meminta uang ku lagi.
Jam istirahat tiba, aku masih duduk di bangku ku
untuk menunggu reaksi Sehun. Aku membuka buku gambar ku dan menggambar manga di
atas kertas putih itu.
“Chagi-ya!” panggil Sehun lembut penuh dengan rayuan
gombal menghampiriku.
“Ne, Oppa” jawab ku ikut
gombal.
“Aku lupa bawa uang.
Boleh aku minta uang mu? jebal cahgi-ya?” ucapnya sambil mengedipkan satu
matanya kepadaku.
“Ne” jawab ku. Aku pun
memberikan uang ku kepadanya.
“Gomawo chagi-ya” ucapnya
tersenyum sangat lebar.
“Ne. Mulai sekarang kau
jangan minta uang ku lagi dan jangan panggil aku CHAGI-YA LAGI” ujar ku
membentaknya.
“A…” Sehun tak dapat
berkata-kata setelah aku membentaknya. Semua mata memandang kami. Tema-teman
ikut melongo melihat kami.
“Mulai sekarang kau bukan
PACARKU LAGI. Mulai sekarang lupakan semua HUBUNGAN KITA. AKU MEMBENCIMU. KAU
MATRE. KAU NAMJA MATA DUITAN. DASAR BUAYA” ucapku yang langsung berlari ke keluar
kelas.
Aku berlari sekuat tenaga menuju hutan. Ku
terobos hutan yang sekerang mulai tertutup ranting pohon itu. Aku merasakan
perih di seluruh tubuhku. Semua ranting yang menghalangiku mengenai tubuhku.
Aku merasa pipiku mulai basah karena air mataku yang mengalir. Aku merasakan
begitu sakit dihatiku. Aku membencinya. Membenci Sehun, sangat membenci. Dia
adalah orang yang paling jahat. Dia sudah menghancurkan harapanku.
Aku duduk ditenda ku, menangis sejadi-jadinya.
Aku menekuk lutut ku. Aku terus memanggil nama Yi Fan di setiap nafasku yang
tersengal-sengal ini. Aku berharap dialah yang datang menemui ku disini.
Menghapus air mataku. Mengusir pengcanhur hatiku. Aku merasa sulit untuk
mempercaiyai namja lagi. Sangat sulit.
TIK, TIK, TIK, DRESSSS…
Hujan membasahi seluruh kota Seoul. Disini aku
duduk sendiri di tengah hutan belantara. Tak ada siapa-siapa disini.
Butiran-butiran air mulai menembus atap dedaunan tenda ku. Baju seragam ku
mulai basah. Tiba-tiba aku mendengar langkah seseorang mendekati tendaku.
“Reiyuu!” ucapku dengan
masih tersengal-sengal karena tangisanku.
“Kajja! disini hujan”
ucapnya. Aku melihat seluruh tubuhnya basah karena hujan. Aku tak mau
membuatnya menunggu. Aku berdiri dan digandeng Reiyuu keluar hutan.
Reiyuu membawaku ke UKS. Dia mengobati setiap
lukaku. Dia membersihkan dengan sangat pelan. Aku merasakan basah dikakiku.
Sesuatu menetes dikakiku.
“Jebal! jangan menangis
lagi” ucapnya. Aku tersentak mendnegarnya dan melihatnya menangis.
“Jebal!” ucapnya
menundukkan kepalanya.
“Ani. Aku tidak menangis.
Aku menangis karena hujan. Aku ikut menangis karena hari yang mendung ini”
ucapku sambil menghapus air mataku.
“…” Reiyuu diam , tapi
tersenyum.
“Sudah selesai! kau mau
ikut aku main kapal-kapalan?” tawarnya.
“Ne. Aku mau” jawab ku
sambil tersenyum.
Reiyuu membuatkan ku kapal dari sebuah kertas.
Aku mengambilnya dan meletakkannya di atas air yang sudah menggenangi halaman
sekolah kami. Kami meniupnya bersama-sama sekuat tenaga. Kapal kami berlayar
dengan cepat. Kami tersenyum bersama. Kami memandang langit yang mulai cerah di
sudut awan yang hitam. Hujan deras beruba rerintikan. Kapal kami sudah berlayar
jauh keseberang seiring waktu yang aku lalui.
=.= 1 tahun kemudian =.=
“Selamat!” ucap beberapa
seonsaengnim kepadaku.
“Khamsahamnida” ucapku
menundukkan kepala sambil memegang piala.
“Kau harus berjuang di
tingkat Nasional nanti” pesan seonsaengnim.
“Ne. Aku akan berusaha”
jawabku.
Sekarang semua seonsaegnim mengakui perjuangan ku
untuk membuktikan bahwa aku tidak sebodoh yag dikira oleh eomma Kyu Nim. Aku
memiliki sesuatu yang bisa membanggakan.Sekarang semua terbukti setelah aku
mengikuti sebuah lomba yang akan masuk ke tingkat Nasional. Teman-teman pun
selalu mendukungku untuk itu.
Setelah aku melupakan semua kejadian satu tahun
lalu, aku lebih fokus pada pelajaran dan bakatku. Ada seorang seonsanegnim yang
mau mengembangkan bakat ku yang terpendam. Jadi, aku mau melakukannya demi masa
depanku. Disini aku membuktikan bahwa aku bisa. Mereka bisa, kenapa aku tidak?
itulah motto hidupku kedepan.
[THE END]
Close Song=>
Boyfriend_Janus
Tamat deh yang
kedua….gimana? dikomen en dilike yah…karena author masih membutuhkan dukungan
dan kemajuan bakat author yang tenggelam di selokan #nasib-nasib. Nah…akan ada
kelanjutannya yang ketiga lagi. Ini kisah Cinta di SMA. Kenapa tidak di SMP?
mau tahu? tahu mau? atau tempe? #digeplak readers. Ditunggu aja ya, di ff
selanjutnya…BUAHAHAHAHAHA #Kris bergidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar