Not
Just A Dream
Author : Han Hyo Mi
Main
Cast : Xiau Mei Yu as Readers &
Zhang Yi Xing
Sups
Cast : All Member EXO
Genre : Fantasy & Romantic
Soundtrack : Brave Guys_Farther Away
Pertama-tama,
Happy New Year…#TUT TUUUUT (terompet amang pentol) hehehe XD. Selamat tahun
baru, semoga di tahun 2013 ini menjadi tahun yang lebih dan lebih baik dari
tahun 2012, Amiiin. Nah sesuai janji author, ini ff spesial. Cuz, ini diambil
dari fakta Lay langsung di SMTown Singapura. Entah kenapa, wajah Lay itu
inspirasi banget. Apalagi setelah liat Lay jatuh di panggung waktu di SMTown
Singapura, aduuuh…inspirasi banget #Lay tumbuh jenggot(?). Hehehe, mianhae oppa
^^v, kita damai yah? ya sudah, dari pada telinga readers lumutan dengarin
ocehan author, yuks…kejedots(?)
=_=_=_=_=
Terang
sekali, dimana ini? kenapa hanya ada aku disini? apa aku sedang bermimpi
ditidurku? ada angin disini. Angin yang tenang berhembus. Aku merasakan
disekujur tubuhku.
“Oppa kemana saja? aku sudah lama
menunggu disini?” ucap seseorang dari sampingku.
“K-kau…” aku tak dapat berkata-kata. Dia
memegang erat tangan kananku. Dia tersenyum manis kepadaku.
“Sini permen kapasku!” ucap yeoja itu
mengambil permen kapas dari tangan kiriku. Permen kapas? sejak kapan aku
memegang permen kapas?
“Emh…manis sekali!” ucap yeoja itu
setelah memakan permen kapasnya.
“Kajja! kita jalan-jalan” ucap yeoja itu
lagi. Dia menarik lenganku. Sentuhannya begitu lembut. Sangat lembut. Aku tidak
dapat menolaknya.
Semua
pemandangan yang tadi begitu terang dan putih, berubah menjadi taman Disneyland
dimana aku dan yeoja yang aku kenal ini pernah kemari. Tapi….hanya ada aku dan
dirinya. Kemana orang-orang disini? mengapa semua permainan bergerak dengan
sendirinya?
“Dimana orang-orang? kenapa hanya ada
kita?” tanyaku.
“Ini dunia kita. Hanya milik kita”
jawabnya menatapku.
“Mengapa kau ada di mimpi ku? bukankah
selama ini kau tak pernah muncul lagi dikehidupanku? wae?” tanyaku
menghentikannya.
“…” dia hanya diam dan menatapku dengan
sendu. Kemudian, dia kembali tersenyum. Dia menyentuh pipi kananku dengan
lembut. Aku menutup mataku merasakan kehangatannya. Aku terhanuyt oleh
sentuhannya.
“Hah…hah…”
aku terbangun dari mimpiku. Aku mencoba mengatur nafas ku. Aku meletakkan
punggung tangan ku ke jidadku.
Aku bangun dari temapt tidur.
Kulihat Lu Han teman satu kamar ku begitu tenangnya tidur. Aku berjalan keluar
menuju dapur. Ku ambil segelas air putih dan duduk di kursi meja makan untuk
meminumnya. Pikiran ku sedikit kacau setelah bermimpi tentangnya. Tentang
yeojachinguku.
“Kau
bermimpi buruk?” tanya Duizang Kris kepadaku yang datang menghampiriku.
“Ani.
Aku hanya merasa haus” jawabku dan meminum minuman ku.
“Kau
tidak perlu berbohong. Lihatlah dirimu! kau keringat dingin seperti itu. Kau
kira aku tidak pernah bermimpi buruk?” ujar Duizang mengambil segelas air putih
juga.
“Hanya
mimpi buruk biasa” jawabku lagi.
“Kembalilah
tidur. Besok kita harus berangkat ke Singapura” ujar Duizang meninggalkan ku.
Aku pun kembali kekamar dan
merebahkan tubuhku lagi. Aku mencoba memejamkan mataku perlahan dan mencoba
tidur dengan tenang sekarang.
Paginya…
“Aduh…Hyung
ppali! aku sudah tidak tahan lagi” ucapku sambil meloncat-loncat menahan sampah
di perut ku.
“Jakanman!
aku sedang membilas tubuhku” jawab Lu Han dari dalam kamar mandi dengan
santainya.
“Ya!
ppali” aku berteriak.
BRUUK
(suara pintu)
“Hah…segar!”
ucap Lu Han dengan leganya.
“Minggir!”
aku mendorong Lu Han menjauh dari depan pintu.
“Akh…ya!”
Lu Han menjerit.
Setelah selesia membuang sampah ku
dari perut, aku langsung memandikan tubuhku. Setelah selesai, aku berpakaian
dan membawa tas ranselku keluar. Diruang tengah, semua temanku sudah berkumpul.
Tampaknya mereka sedang menunggu Bus kami. Aku duduk disamping Duizang yang
tampak asik mengobrol bersama Tao.
“Singapura
adalah SMtown selanjutnya. Kurasa latihan selama 1 bulan lebih itu cukup untuk
mempersiapkannya. Jadi, marilah satukan tangan kita” ujar Duizang mengangkat
tangannya. Kami pun menyatukan tangan satu sama lain. Kami berdoa dan berharap
di SMTown selanjutnya akan menjadi yang spektakuler. Amin.
“We
are ONE!!!” ujar kami bersama-sama.
Bus pun datang. Kami bergegas keluar
dan masuk ke dalam Bus yang cukup besar itu. Ya, karena kami ada 12 orang
tentunya bersama 2 menejer kami. Aku duduk disamping Duizang di kursi pertama.
“Apa
Sunbae yang lain sudah ada di bandara?” tanya D.o.
“Ne.
Hanya kita dan f(x) yang masih dalam perjalanan. Ini sarapan kalian. Makanlah!”
jawab sang menejer EXO-K sambil memberikan kami kotak-kotak sarapan pagi.
“Khasahamnida”
ucap kami hampir serentak.
“Hyung
terlihat gugup?” tanya Kai yang duduk diseberangku sambil membuka kotak
sarapannya.
“Hah?
ani” jawabku mantap.
“Ku
harap begitu. Karena Hyung akan terganggu, jika Hyung tidak berkosentrasi penuh
di atas panggung nanti. Emh…sarapan yang enak!” ujar Kai melahap sarapan
paginya.
“Ku
harap begitu juga” ucapku pelan. Aku memakan sarapanku dengan nyaman dan
tenang.
Akhirnya kami sampai di bandara
Incheon. Terlihat banyak fans yang sudah menunggu kami dari depan bandara. Aku
sangat bahagia melihat mereka begitu setia kepada kami. Aku masih mengira ini
mimpi. Aku mencintai fans ku. Sangat mencintai mereka. Aku akan melakukan yang
terbaik untuk mereka. Itulah yang ku rasakan sekarang.
Kami turun dari Bus berjalan menuju
Bandara. Penjagaan yang ketat telah diberikan kepada kami. Aku terus
melambaikan tangan dan tersenyum ke setiap sudut kamera dan fans ku. Aku tak
pernah berhenti memperlihatkan lesung pipi ku kepada mereka. Kami sampai diruang
tunggu penerbangan Singapura. Aku melihat Sunbae-sunbae kami juga ada disana.
Mereka tampak asik mengobrol.
=_=_=_=_=
Akhirnya kami sampai di Singapura
dengan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan. Ketika kami keluar dari
ruangan penerbangan Singapura, sudah terdengar teriakan fans yang menunggu
kami. Setelah kami keluar, sungguh banyak fans yang tak dapat ku hitung
jumlahnya. Aku langsung tersenyum dan menundukkan kepalaku disetiap ada yang
menerikki namaku. Aku tak berhenti tersenyum sampai kami akhirnya masuk ke dalam
Bus kami.
Kami langsung menuju Hotel untuk
beristirahat dahulu sebelum kami latihan di The Float, Marina Bay. Aku sekamar
dengan Kris, Lu Han dan Tao. Kamar yang cukup luas dan megah untuk kami. Konser
akan diselenggarkan besok jam 7 malam. Jadi, untuk hari ini kami akan latihan
untuk Persiapan besok.
“Duizang,
sebaiknya kau yang mandi duluan. Aku masih membereskan barang-barangku” ujar Lu
Han menyuruh Kris.
“Ne”
jawab Kris membawa handuk ke kamar mandi.
TOK,
TOK, TOK
“Ne.
Jakanman!” jawabku menuju pintu.
“Mwo?”
tanya ku melihat Chanyeol.
“Permisi!
aku sudah kebelet. WC diakamr ku sedang digunakan Baekhyun” jawab Chayeol
menerobos ku dan menuju kamar mandi.
“YAA!”
Kris berteriak dan membuat gema di seisi kamar.
“Hah,
mianhae. Jeongmal mianhae!” ujar Chanyeol menutup kembali kamar mandinya.
“Kenapa
Hyung tidak bilang, hah?” ujar Chanyeol yang masih menahan kencingnya.
“Aku
mau bilang, tapi kau sudah menerobosku” jawab ku kembali membereskan
barang-barangku.
“Ya!
Chanyeol. Kau ini, asal masuk saja ke kamar mandi orang” ujar Kris mengomel
setelah keluar dari kamar mandi.
“Hah…aku
TIDAK TAHAN LAGI!” Chanyeol berteriak dan berlari ke kamar mandi.
“Hahahaha”
aku hanya tertawa melihatnya.
“Lay,
Sehun mengajak ku jalan-jalan. Kau mau ikut? ya nunggu-nunggu Chayeol dan Tao
mengantri” tanya Lu Han.
“Emh,
Boleh” jawabku.
“Kajja!”
ajak Lu Han.
Aku, Lu Ha dan Sehun berjalan ke
patung singa yang terkenal di Singapura. Kami berjalan di pinggir sungai dimana
terdapat patung Singa itu. Aku sungguh menikmati pemandangan yang bersih dan
indah disini. Walaupun cukup panas disini.
“Hyung,
tolong poto kami!” ujar Sehun meminta kepadaku. Aku pun mengambil Hp-nya.
“Hana,
Dul, Tse…(click) sudah” ujar ku memberikan Hp-nya kepada Sehun.
“Gomawo.
Sekarang Hyung Lay dengan Hyung Lu Han lagi” ujar Sehun yang hendak memoto
kami.
“mom,
I want cotton candy” ucap seorang anak kecil yang tak jauh dari kami.
“uncle,
one for the cotton candy” ujar sang ibu.
“This!
hopefully enjoy” ucap penjual permen kapas itu.
“Oppa, aku ingin permen kapas juga” suara itu, suara Mei Yu. Suara itu mengiang ditelingaku.
“Lay,
tersenyumlah!” ujar Lu Han.
“Hah?
a…hahaha. Ne” jawab ku terkekeh. Aku pun tersenyum kearah kamera.
Sore telah tiba, kami semua menuju
The Float. Aku menyandarkan tubuhku di kursi Bus. Aku menutup mata sambil
menghanyutkan diriku dalam alunan lagu dari Hp-ku. Tak terasa kami sudah sampai
di The Float tempat kami besok menyelenggarakan SMTown.
“Lay,
Lay bangun!” seseorang membangunkan ku.
“Emh…sudah
sampai?” tanyaku kepada Suho yang sudah membangunkanku.
“Ne.
Kajja!” jawabnya.
Kami langsung menuju panggung dimana
kami akan pentas nanti. Dari gerbang depan, aku dapat melihat sebuah panggung
yang berdiri ditengah danau yang besar. Panggung itu terapung di atas airnya.
Benar-benar megah dan spektakuler. Aku yakin ini akan memeriahkan konsernya.
“Kita
akan berlatih disini? wah…benar-benar keren. Benarkan Chaneyol?” ujar Baekhyun
yang langsung mempercepat jalannya menuju panggung.
“Ne”
jawab Chanyeol menghampiri Baekhyun.
“Kajja!”
ajak Lu Han menarik lengan tanganku.
“Dimana
D.o?” tanya Suho mencarai D.o.
“Aku
disini!” D.o berteriak dari atas panggung.
Kami meunggu giliran latihan sesuai
urutan yang sudah direncaakan. Kami tampil kedua setelah f(x). Setelah f(x)
selesai kami pun akhirnya latihan di atas panggung nan megah itu. Aku
mengeluarkan seluruh kemampuanku disana. Aku membuktikan bahwa aku adalah Lead
Dancer yang profesional. Kami menyanyikan lagu History untuk yang pertama.
Kemudian, disusul dengan lagu MAMA andalan kami.
Setelah, latihan selesai. Kami
langsung diajak untuk pulang ke Hotel. Kami harus beristirahat penuh untuk
persiapan besok. Kami ingin tampil semaksimal mungkin diatas panggung nanti.
Kami sampai di Hotel tepat jam 6 malam.
“Ah…latihan
yang melelahkan” ujar Tao menghempas tubuhnya di tempat tidur.
“Aku
mandi duluan” ucapku bergegas ke kamar mandi sebelum ada yang masuk. Aku
mengunci pintunya. Kalau saja hal yang terjadi pada Kris terjadi padaku.
“Jangan
lama-lama!” teriak Lu Han menggoda.
Waktu tidur sudah tiba. Tao, Kris
dan Lu Han sudah tidur dengan nyenyak. Aku masih belum bisa tidur. Rasanya
sangat gelisah. Aku merasakan ada sesuatu yang menarik dari dalam hatiku. Aku
meletakkan punggung tanganku ke jidad dan mencoba menutup mataku.
Ada
yang memegang pipiku. Sentuhan yang hangat. Aku membuka perlahan mataku. Aku
melihat sosok yeoja yang sedang tersenyum kepadaku. Ya, itu Mei Yu.
Yeojachingku. Dia sedang menatap mataku dengan dalam.
“Lebih baik, kita bermain saja” ucapnya
menarik lenganku.
“Kemana?” tanya ku bingung.
“Komedi putar saja” jawabnya.
Kami
pun menaiki komedi putar itu. Aku duduk disebelahnya. Dia memainkan balon sabunnya.
Dia tersenyum dan sesekali menatapku. Dia tak hentinya tersenyum kepadaku. Aku
pun tersenyum. Disaat kami tersenyum, sebuah sinar nan terang membuat penglihatan
ku tak jelas. Aku tak bisa melihat Mei Yu.
“Mei
Yu, Mei Yu!” aku memanggilnya.
“Lay,
Lay!” panggil seseorang memukul pipiku.
“Hoh?”
mata ku membulat saat melihat Lu Han.
“Kau
mimpi buruk?” tanyanya. Aku mendudukan tubuh ku. Lu Han duduk disampingku.
“Minumlah
dulu!” ujar Lu Han. Aku pun mengambil segelas air putih dari meja lampu.
“Kau
tadi memanggil Mei Yu. Kau memimpikannya?” tanya Lu Han.
“Ah…”
aku ragu untuk menjawabnya.
“Ceritakanlah!
itu akan membuat mu merasa nyaman” ujar Lu Han.
“Ne,
aku meminpikannya. Dari kemarin aku terus memimpikannya”
“Mungkin
dia merindukanmu. Mungkin juga, dia menginginkan kau ke makamnya untuk
memberikannya do’a” ujar Lu Han.
“Mungkin”
“Apa
kau ada ke makamnya?”
“Ne.
Tapi, satu minggu yang lalu. Aku aka ke makamnya ketika pulang ke China”
jawabku yang kembali merebahkan tubuhku.
“Tidurlah
dengan nyenyak” ucap Lu Han yang kembali ke tempat tidurnya.
“Ne”
jawab ku sambil menutup mata.
=_=_=_=_=
“Woh…lihat!
itu Duizang dan Suho” Chen beteriak.
“Ne.
Perbesar suaranya” ucapku duduk didepan televisi.
“Duizang
sangat tampan” Xiumin memuji.
“Yunho
Sunbae berkarisma sekali” Sehun memuji.
Kami sedang menonton Sunbae-sunbae
kami di Konferensipers di Televisi. Kami sudah bersiap untuk konser malam ini
setelah Konferensipers selesai. Aku merasa begitu gugup. Aku selalu menghela
nafas panjang agar melegakan perasaanku.
“Kau
tidak perlu gugup” ujar Lu Han yang menyadari itu.
“Ah,
ne. Aku tidak akan gugup. Percayalah!” jawabku meyakinkannya.
“Ne,
aku percaya kepadamu” jawabnya.
Konferensipers selesai, kami
bersiap-siap ke belakang panggung. Karena kami tampil yang kedua setelah f(x).
Aku menggoyang-goyangkan tubuhku untuk menjauhkan rasa gugupku. Aku melakuka
dance kecil. Tak disangka, Kai malah ikut dance bersamaku.
BYUUUUR
(suara air)
Tak disangka hujan mengguyur
Singapura. Hatiku tiba-tiba merasa tidak enak setelah mendengar derasnya hujan.
Kris dan Sehun pun tampak merasa gelisah. Wajah mereka berdua tampak tegang.
Oh, tidak. Aku tidak boleh merasa tidak nyaman saat ini. Ini bisa membuat ku
berantakan.
“Kajja,
kita satukan tangan kita!” ujar Suho.
“We
are ONE!!!” kami berteriak bersama.
“Let’s
go!” ujarku.
“Hati-hati!”
ucap Sulli yang turun dari panggung.
“Wae?”
tanya Kai melihat Sulli menggontongkan Luna turun panggung.
“Aku
terpeleset di panggung” jawab Luna.
“Mwo?
apa panggungnya basah?” tanya D.o.
“Ne.
Tapi, sepertinya sudah dibersihkan” jawab Krystal.
Mendengar Luna jatuh, perasaan ku
semakin tidak karuan. Nafasku sedikit tidak menentu dan hatiku merasa gelisah.
Huft…aku harus santai dan jangan tegang. Kami menaikki panggung dan menunggu
kami tampil. Kami mulai dengan lagu History. Yang pertama tampil adalah EXO-K.
Kami akan masuk ketika lirik bait kedua.
Tepat mulainya nyanyian History
bagian “Listen” aku melihat Sehun terpeleset. Tapi, ia dengan profesional
spontan langsung berdiri kembali. Melihat Sehun seperti, aku merasa semakin
gugup. Detag jantungku semakin keras dan terasa sedikit sesak. Wajah Lu Han pun
tampak terkejut dan menegang.
“Pasti
ini gara-gara air hujan. Kita harus berhati-hati dengan panggungnya” ucap Kris
menenangkan kami.
“Ne”
jawab kami pelan.
Akhirnya datanglah giliran kami.
Kami berjalan ketengah panggung. EXO-K kembali ke samping panggung. Kami
memulai dari bait ke 2. Aku mengeluarkan seluruh tenaga dan semangatku. Aku
tetap mengeluarkan ekspresi sesuai lagunya. Aku merasakan sedikit licin untuk
lantai panggungnya. Ku tatap seluruh penonton dengan semangat yang luar biasa.
Mataku terhenti ketika melihat sosok yeoja dengan senyumanya ciri khasnya.
“Mei Yu” ucapku dalam hati.
BUUUK
Aku terpleset karena tersandung kaki
Chen. Aku kehilangan kosentrasi. Aku lupa dengan posisiku. Aku terdiam dan tak
dapat bergerak. Microphone ku terjatuh. Aku harus berdiri. Aku harus bangkit.
Aku berdiri dan kembali melanjutkan dancenya. Dari saat itu, aku tak ikut
bernyanyi sampai lagu selesai. Rasanya sangat mengecewakan.
“Kalian
benar-benar ceroboh. Kenapa kalian bisa terjatuh, hah?” menejer kami memarahi
kami.
“Sehun,
Lay, kenapa kalian bisa jatuh, hah?” tanyanya kepada kami.
“Aku
merasa sepatu ku licin. Panggungnya basah” jawab Sehun sambil menundukkan
kepalanya.
“Kau?”
tanya menejer kepadaku.
“Sama”
jawabku pelan.
“Tapi,
kenapa kau sempat terdiam? bukankah kau seharusnya cepat berdiri? apa yang kau
pikirkan?” bentaknya kepadaku.
“Aniyo”
jawabku pelan lagi.
“Tidak
mungkin tidak ada apa-apa. kau sempat terdiam kaku disana. kau sudah jatuh dua
kali di konser mu” ucapnya membentakku.
“Mianhae.
Jeongmal mianhae. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi” aku memohon padanya.
“Ini
juga salah ku. Kaki ku sempat menghalanginya saat itu” ucap Chen.
“Kalian
sama saja. Hah…istirahatlah dulu. Aku harap aku tidak melihat kejadian ini
lagi” ujar menejer kami meninggalkan kami.
“Mianhae,
Hyung” ucap Chen kepadaku.
“Aniyo.
Ini kesalahan ku. Aku kehilangan kosentrasi” ujar ku duduk di kursi.
“Kau
memikirkannya?” tanya Lu Han seolah-olah tahu apa yang aku pikirkan.
“Mwo?”
tanyaku bingung.
“Mei
Yu” ujarnya.
“Ne”
jawabku.
“Aku
tahu, pasti sangat sakit mengingat kejadian waktu itu. Aku juga benar-benar
terkejut” ujar Lu Han duduk disampingku sambil mencoba menenangkanku.
“Hah…sampai
sekarang aku tidak tahu penyebab kematiannya. Aku benar-benar kecewa dengan
pihak kepolisian yang menutup kasusnya” ujarku yang mencoba menenangkan
nafasku.
“Aku
ingin minum” ujar ku berdiri.
“AKH…”
aku terjatuh.
“Wae?
Gwaencanayo?” tanya Su Ho menghampiri ku.
“Kaki
ku sakit. Rasanya keram sekali” jawab ku mencoba berdiri.
“Jangan-jangan,
kau cedera karena jatuh tadi?” ujar Xiumin.
“Mungkin”
jawabku pelan.
Rumah
sakit…
“Seperti
mumi” ujar ku melihat kaki ku di beri gips dengan perban putih.
“Hanya
kakimu saja” Duizang terkekeh.
“Istirahatlah
yang cukup. Kami akan ke sini besok” ujar menejer kami.
“Ne”
jawab mereka.
“Ani.
Aku akan menemaninya disini” ujar Lu Han.
“Baiklah.
Semoga cepat sembuh” ujar menejer memusut lembut pundakku.
“Ne,
gomawo” jawabku.
“Heh…istirahatlah.
Ini sudah jam 11 malam. Aku juga lelah” ucap Lu Han menutup pintu ruanganku dan
merebahkan tubuh di sofa.
“Ne”
jawab ku untuk tidur.
Kenapa
gelap? aku tidak bisa melihat apa-apa. Semua gelap. Dimana aku? mengapa terasa
sangat sesak pada nafasku? Hah…hah…
“Oppa? Oppa? bangun” ucap seseorang
memegang lembut pipiku. Aku terebah di pahanya.
“Mei Yu? kita dimana?” tanyaku mencoba
duduk.
“Di taman. Wae?” tanyanya mengeluarkan
sekotak makanan dari keranjang piknik.
“Ani” jawabku. Aku melihat kakiku. Kakiku
baik-baik saja. Malah bisa digerakkan.
“Ini! makanlah. Aku yang membuatnya untuk
Oppa” ucap Mei Yu memberikan sepotong Sandwitch kepadaku.
“Waeyo? kenapa kau selalu muncul
dimimpiku? bukankah kau tak pernah lagi muncul dikehidupanku? wae?” tanya ku
sedikit membentak.
“…” Mei Yu terdiam. Ia meletakkan kembali
Sandwitchnya ke keranjang piknik.
“Mianhae, jika aku sudah menggangu
kehidupan Oppa” ucapnya sendu. Sangat sendu.
“Wae?” tanyaku pelan.
“Aku merindukan Oppa. Aku takut sendirian
di tempat yang gelap tidak ada siapa-siapa. Aku kesakitan. Tubuhku hancur.
Hatiku hancur berkeping-keping. Aku sudah kehilangan segalanya, Oppa. Hanya
Oppa yang aku punya sekarang” jawabnya yang tiba-tiba menangis. Aku hanya
terdiam. Aku tidak tahu ingin melakukan apa.
“Tidak ada yang memperdulikan kematianku.
Aku kecewa, Oppa. Hiks…hiks…heh…Aku benar-benar hancur. Hidupku hancur, Oppa.
Aku yeoja yang tak suci lagi. Aku sudah ternodai” ujarnya menundukkan wajahnya.
Dapatku lihat air matanya menetes di atas telapak tangannya. Air mata yang
suci.
Aku
mendekat kesampingnya. Aku memeluknya. Mencoba memberikan ketenangan dan
kehangatan disana. Dia membalas pelukkan ku dengan erat. Sangat erat. Tubuhnya
gemetaran dan dingin. Air matanya sangat deras. Aku merasa dadaku basah oleh
air matanya.
“Tolong aku, Oppa! Tolong! aku tidak bisa
tenang diduniaku, jika kematianku tidak diketahui” ucapnya lagi.
“Tatap mataku, Oppa. Lihatlah!” ujarnya
memegang kedua pipiku.
Aku
menatap putik matanya yang sangat indah dan berair itu. Wajahnya yang polos
membuat hati ku begitu luluh dan tak dapat berkutik. Aku melihat sesuatu
dimatanya. Sesuatu seperti…
[Flashback=> Mei Yu POV]
1 tahun yang lalu….
Hari
ini adalah hari yang paling membahagiakan. Untuk pertama kalinya aku berkencan
dengan namjachinguku Lay. Kami sudah menjalin hubungan ini selama 5 bulan. Maka
dari itu, inilah kencan pertama kami. Aku sangat mengerti posisi Lay sekarang
yang menjadi seorang Boyband terkenal. Jadi, aku selalu sabar menunggu
untuknya.
“Kau mau main apa?” tanya Lay lembut.
“Emh…kemana yah? main komedi putar saja”
jawabku menunjuk kearah komedi putar yang tak jauh dari kami.
“Jinjja? o.k” jawabnya menarik lembut
lenganku.
“Jakanman!” ujar ku menghentikannya.
“Wae?” tanyanya.
“Aku ingin permen kapas itu. Jebal,
belikan untuk ku!” aku meminta dengan puppy eyes kepadanya.
“Ne, ne. Tunggu sebentar disini! jangan
kemana-mana o.k?” jawabnya.
“Sip Boss” jawabku sambil hormat
kepadanya.
Aku
duduk dipinggir air mancur untuk menunggu Lay membelikan permen kapas untukku.
Disini sungguh ramai, karena hari ini adalah hari minggu. Banyak keluarga dan
masyarakat bermain di Disneyland ini. Termasuk kami yang sedang berkencan.
“Permisi!” ucap seseorang. Ada dua namja
yang paruh baruh menghampiriku. Yang satunya tinggi besar dan yang satunya
sedang.
“Ne, ada apa?” tanyaku.
“Kami menjual tiket untuk menonton film
3D disana. Itu tempat film baru yang dibuka” ujar yang berbadan tinggi itu.
“Ne. Kami ingin kau melihat kesana untuk
memastikan tempatnya. Takutnya kau tidak percaya” ujar yang berbadan sedang.
“Emh. Nanti kami akan berikan tiket
nontonnya discon 50% untuk pelanggan yang kami tawarkan” ujar yang berbadan
tinggi itu lagi.
“Tapi, aku se…” kata-kata ku terpotong.
“Ayolah! sebentar saja. Nanti kau kembali
lagi kesini” ujar yang berbadan tinggi kepadaku sambil menarik pelan lenganku.
“Ba-baiklah” jawabku ragu.
Mereka
membawa ke gedung yang besar dan megah. Tapi, yang kulihat hanya kesunyian. Tak
ada siapa-siapa disana. Tempatnya pun gelap. Perasaan ku mulai tak enak. Aku
memegang tekuk leher ku yang menjadi hangat ini.
“Ini dia tempatnya!” ucap yang berbadan
sedang.
“Dimana? hanya gelap” jawabku.
“Disini!” ujar yang berbadan tinggi.
BUUUK
“Akh…” aku jatuh terpental.
Aku
merasakan sakit yang luar biasa di kepala bagian belakangku. Semuanya tampak
buram. Dua namja paruh baya itu pun menjadi seperti ada dua. Aku mencoba
bangun, walaupun rasa yang sakit luar biasa ini.
“Kau duluan!” ucap yang berbadan sedang.
“Baiklah. Mari kita bermain!” ucap namja
yang berbada tinggi dan besar itu.
Ia
menarik lenganku dengan kasar. Ia melempar ku ke tengah ruangan yang gelap ini.
Kepala ku sangat pusing luar biasa. Aku tak dapat melihat apa-apa. Ada cahaya.
Hanya ada satu cahaya yang hidup di ruangan ini. Aku sedikit dapat melihat
namja bertubuh besar dihadapanku itu.
“M-mau apa kalian?” tanya ku mencoba
duduk.
“Diam saja kau! ini tidak akan sakit”
ucapnya yang berbadan besar yang duduk dihadapanku sekarang. Ia membuka
jaketnya dan memegang pundak ku. Ia merebahkan tubuhku.
“Hah? mau apa kau? lepaskan aku!
lepaskan!” aku berteriak sekuat-kuatnya dan memukul tangan yang besar
dipundakku itu.
“Diam! atau kau akan kesakitan” ucapnya
mendorongku hingga terebah.
“Akh…ah…” aku menendang perutnya.
“AKH…DASAR YEOJA GILA!” namja bertubuh
besar itu menahan sakit diperutnya.
“Tangkap dia BODOH!” ucap yang berbadan
besar itu lagi.
Aku mencoba
merangkak untuk berdiri. Aku berusaha berdiri. Tapi, jaket ku ditarik oleh
namja parub baya yang berbadan sedang itu. Ia melemparku hingga ku terpental ke
sebuah dinding.
“Akh…khok..khok..” aku terbatuk-batuk
menahan sakit dipunggung belakangku.
“Berani sekali kau memberontak, HAH!”
ucap namja berbadan tinggi menghampiri ku.
“Ku mohon, jangan sakiti aku. Aku
mohon…jika kalian mau melepaskan aku, aku akan melupakan kejadian ini. Aku
bersumpah” ucapku yang mulai tak dapat menahan rasa takut dengan tangisanku.
“Heh, kau kira kami mau? kami tidak akan
melewatkan kesempatan emas ini” ucap yang berbadan tinggi dan besar itu.
Ia
menarik kerah jaket ku dan berusaha menciumku. Tapi, aku mengelaknya. Aku
selalu memalingkan wajahku darinya. Aku menamparnya.
PLAAAK
“Kurang ngajar!” ucap yang berbadan tinggi
itu.
BUUUK
Ia
menendang perut ku hingga terpental lagi. Sekarang, aku merasakan darah segar
keluar dari hidung dan mulutku. Tanganku tak dapat digerakkan, karena terhempas
ke lantai dengan sangat keras. Jam tangan pemberian Lay pun terbuang jauh ke bawah
sebuah meja. Kini nafas ku terengah-engah.
“Cepat saja! aku tak sabar” ucap namja
berbadan sedang itu.
Namja
bertubuh besar itu, menampar wajahku berkali-kali. Ia merobek semua pakaian ku.
Kini aku tak dapat mewalannya lagi. Semua tubuh ku merasakan sakit yang luar
biasa. Hanya ada sedikit nafas yang aku miliki sekarang dan hanya suara hatiku
yang bisa bicara.
“Oppa, cepat kesini! tolong aku, aku
sedang disakiti, Oppa. aku tak dapat melawannya lagi. Aku sangat lemah
sekarang” hatiku berbicara.
Akhirnya,
kesucian ku hilang. Mataku sangat sayu. Aku….aku tidak kuat lagi. Semua tubuhku
sangat sakit. Aku akan sangat membenci orang-orang yang menyiksaku ini. Aku
tidak akan memaafkan mereka. Sampai akhir hayatku. Sekarang, aku benar-benar
sudah menutup mata. Kematian sudah menjemputku. Jasad yang malang tergeletak di
ruangan yang gelap.
Paginya…
Seorang
petugas kebersihan, membawa sapu dan sebuah bak kedalam ruangan dimana aku
disiksa. Dia menyalakan seluruh lampu ruangan. Ia sangat shock melihat jasadku
di pinggir ruangan.
TAAK (sapu terjatuh)
“HAH? A-AIGO…Ya tuhan!” ucapnya.
Rumah
sakit Polisi…
“Dimana anakku?” tanya eomma dan appaku.
“Disini” jawab seorang dokter keruangan
jenazah.
“Hah…ani…an-aniyo, hik…hah…hiks….anak ku.
Ada apa dengan mu?” ujar eomma menangis sambil memeluk jasadku.
“Setelah kami selidiki, sepertinya dia
diperkosa oleh seseorang. Karena semua pakaiannya robek” jawab seorang polisi.
“Diper-kosa?” tanya appa gagap.
“Ne” jawab polisi.
“Ja-jangan-jangan, Lay? dia kemarin pergi
bersama Lay” ucap eomma asal.
“Jangan menuduh dulu, eomma. Kita tak
punya bukti” ujar appa menenangkan eomma.
“Bukti apa lagi? jelas-jelas Mei Yu pergi
bersamanya kemarin. Aku yakin Lay yang memperkosanya” ujar eomma yang keras
kepala.
“Mei Yu?” ucap Lay yang datang.
“Itu dia! dia yang membuat anak ku
seperti INI!” eomma menangis histeris. Appa mencoba memegang tubuh eomma untuk
menenangkannya.
“Hah? m-mwo? aku?” ujar Lay bingung.
“Kau kan yang memperkosa anak ku, HAH?
Dasar artis BRENGSEK!” ujar eomma melempar tasnya ke wajah Lay.
“Ani, ahjumma. Aku saja semalam
mencarinya bersama polisi di Disneyland” Lay membela diri.
“Ne. Lay benar. Dia kehilangan Mei yu
waktu itu. Makanya dia langsung melaporkan ke kantor keamanan di sana” ucap
Polisi mencoba meluruskannya.
“Lalu siapa, HAH?” eomma masih keras
kepala.
“Kami akan segera menemukannya. Kami
sudah mengetahui cirri-ciri pelaku. Mereka ada dua orang” jawab polisi dengan
tenang.
“Mereka harus dihukum MATI” ketus eomma
dengan emosi meluap-luap.
Polisi
terus mencari dan mencari pelakunya. Tapi, mereka kehilangan jejak. Sepertinya
pelaku itu sangat pintar, karena mereka dengan mudah menghapus jejaknya. Hingga
akhirnya pencarian berjalan selama 6 bulan lamanya, polisi juga tidak dapat
menemukannya. Mereka memilih untuk menutup kasusku. Karena kesulitan mencari
informasi.
[Flashback end=> back to Lay]
“Hah…hahah…hiks..hiks…” aku menangis.
Tubuhku lemah saat melihat semua itu dari mata Mei Yu.
Aku benar-benar
tak dapat menahan air mataku sekarang. Aku langsung memeluk erat yeojachinguku.
Aku tak ingin melepaskannya. Aku memusut lembut punggung belakangnya. Dia juga
memelukku erat dan menangis sejadi-jadinya.
“Mianhae, jeongmal mianhae chagi-ya.
Seharunya aku tidak meninggalkanmu saat itu. Seharunya aku menagjakmu bersamaku”
ucapku yang masih tak mau melepaskan pelukkan ku.
“Ani. Ini bukan salah, Oppa. Mungkin ini
sudah jalan hidupku. Aku sudah senang dengan Oppa memeluk ku seperti ini”
jawabnya. Aku merasakan basah dipundakku. Air matanya yang hangat mengalir
dipundakku.
“Aku akan membuka kembali kasusmu. Aku
akan menangkap dua penjahat itu. Mereka harus dihukum. Aku janji!” janji ku
kepadanya.
“Ne, Oppa. Aku percaya” jawabnya
melepaskan pelukkanku. Ia menatap ku dengan tersenyum. Tapi, air matanya masih
mengalir deras.
Aku
menghapus air matanya dengan kedua ibu jariku. Betapa lembutnya pipinya. Aku
menatap seluruh wajahnya. Aku mendekatkan wajahnya ke wajahku dan ku cium
keningnya. Kucium dengan kehangatan disana.
“Hah…hah…”
nafasku sesak. Aku mencoba untuk duduk. Aku memegang pipiku yang basah. Pasti
aku menangis.
“Gwaencanayo?”
tanya Lu Han yang menyadariku sedang terbangun.
“Ne”
jawabku menghapus air mataku.
“Kau
menangis?” tanya Lu Han menghampiriku.
“Ani.
Aku hanya…” kata-kata ku terpotong.
“Mimpi
buruk?” tanya Lu Han yang mengetahuinya.
“Ne”
jawabku sendu.
“Mei
Yu lagi?” tanyanya.
“Ne.
Lu Han, aku tahu kenapa dia meninggal. Aku tahu siapa yang membunuhnya” ujarku
dengan penuh keyakinan.
“Siapa?”
tanyanya.
“Besok,
kita harus kembali ke China. Katakan itu kepada Duizang” ucapku.
“Wae?
kenapa kita tidak ke Korea dulu? kau tidak ingin kumpul-kumpul dulu?”
“Ani.
Aku harus menyelesaikan ini. Aku harus mengungkapkan kasus ini” jawabku denga
penuh keyakinan.
“Baiklah.
Aku akan menghubunginya” ujar Lu Han menagmbil Hp-nya.
=_=_=_=_=
Besok paginya, kami akan langsung
pulang ke China sesuai keinginanku. Syukurnya aku memiliki teman yang dapat
mengerti perasaan ku. Aku sangat bangga kepada mereka. Kami berangkat jam 9
pagi tepat. Aku duduk bersama Chen di kursi VIP.
Dengan perjalanan yang cukup jauh,
akhirnya kami sampai di China. Aku langsung meminta Lu Han meminjam mobil
menejer untuk mengantarku ke kantor Polisi. Syukurnya menejer mau
meminjamkannya. Kami langsung berangkat menuju kantor Polisi.
“Permisi,
Selamat Siang. Saya bisa bertemu dengan bapak Huang Lau?” tanyaku kepada
resepsionis di kantor polisi itu.
“Wah…tepat
sekali, Beliau baru saja datang. Silahkan langsung ke ruangannya saja,
disebelah sana” tunjuknya kearah kiri.
“Khamsahamnida”ucap
ku yang lansgung menuju ruangannya. Lu Han dengan setia masih mengikutiku di
belakang.
TOK,
TOK, TOK
“Masuk!”
ucap seseorang dari dalam ruangan tersebut. Kami pun masuk ke dalam ruangan
itu.
“Saya
Lay, mungkin anda masih ingat dengan saya” ucapku setelah aku duduk.
“A…ne,
ne. Kau namjachingunya Mei yu itu, kan?” tanyanya.
“Ne”
jawabku.
“Ada
apa?”
“Begini,
aku ingin kau membuka kembali kasus Mei Yu. Aku tahu siapa pelakunya” jawabku
dengan penuh keyakinan.
“Mianhae,
bukan maksudnya saya tidak bisa, tapi kasus ini sulit” jawabnya.
“Aku
mohon! aku akan membantu penyelidikan ini” ujar Lay memelas.
“Eh…”
Huang Lau tampak ragu.
“Jebal!”
ucapku dengan sangat memohon.
“Baiklah”
jawabnya mantap.
“Khamsahamnida”
ujarku sambil tersenyum lebar. Aku langsung menjabat tangannya.
Akhirnya kasus Mei Yu dibuka
kembali. Aku mencari seorang pengacara handal untuk persidangan nanti dan ini
disetujui orang tua Mei Yu. Aku menjelaskan seluruh kejadian pemerkosaan Mei Yu
kepada Polisi. Awalnya Polisi tidak percaya dengan penjelasankanku. Tapi,
setelah diselidiki semua terbukti. Kami menemukan jam tangan Mei Yu yang
terlempar saat itu di bawah meja. Itu menjadi salah satu barang bukti.
Kami sudah mendapatkan alamat
pelaku. Mereka ada di Daejun. Polisi pun langsung berangkat ke Daejun menangkap
mereka. Ternyata mereka tidak hanya melakukan kejahatan semata, mereka juga
penjual narkoba yang dikirimkan melalui Australia. Mereka akhirnya ditahan di
penjara.
Sidang menyatakan mereka akan
dihukum mati. Karena sudah melampaui batas kejahatan. Akhirnya aku dapat
melihat kedua orang tua Mei Yu tersenyum kembali setelah puas dengan hukuman
itu. Aku pun juga. Kini hatiku snagatlah lega dan tenang.
=_=
Makam Mei Yu =_=
“Ini
untukmu!” ucapku meletakkan serangkai bunga mawar.
“Eotteohke?
kau merasa senang disana?” tanyaku yang duduk disamping makamnya.
“Pasti,
kau pasti bahagia. Aku bangga bisa menepati janjiku padamu chagi-ya” ucapku
yang mulai meneteskan air mata lagi.
“Ne, aku bahagia” ucap seseorang dari sampingku.
“Hah?
Me-mei yu?” ujar ku gagap melihatnya duduk disampingku.
“Aku sangat bahagia. Aku beruntung
memiliki mu. Walaupun aku sudah tidak ada lagi, tapi aku masih bisa merasakan
betapa kuatnya cintamu kepadaku” ucap
Mei Yu.
“Jinjja?
apakah cintaku sangat besar?” tanyaku dengan tangisan yang semakin deras.
“Emh. Sangat” jawabnya memegang kedua
pipiku.
Untuk ketiga kalinya, aku merasakan
kelembutan tangannya menyentuh pipiku. Dia menghapus air mataku. Dia tersenyum
kepadaku. Wajahnya yang cantik dan polos itu bercahaya bagaikan malaikat. Dia
mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mencium keningku, seperti yang pernah aku
lakukan padanya.
[The
End]
Closeng
Song=>Hyesung_It’s be nice if it were you
Lay,
Lay, Lay, Lay, Lay, Lay panggil acil si jablay #cetarrr, badai menyelimuti.
Gimana? dapat feelnya gak? author gak yakin readers bakal nangis baca ff-nya.
Cuz, author kaga bisa lihat #dasar author somplak +_+’. Ini ff butuh
perjuangan. Harus mencucurkan keringat dan ingus. Cuz, author harus ikut nangis
waktu bikinnya. Biar dapat feelnya gituh. Nah, sudah kebayarkan hutangnya? Setelah
ini ada ff lagi. Jadi, di tunggu aja yah..o.k? o.k? o.k? Annyeong gyeseyo, Pay
pay #tebar keringat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar